Sebuah penelitian menemukan bahwa beberapa faktor genetik serta terdengarnya bunyi yang tidak wajar saat anak bernafas, khususnya saat anak masih berusia dini, dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit asma pada anak.
Pada penelitian tersebut, sekitar 90 persen anak dari total 500 anak yang menjadi partisipan memiliki dua buah salinan variasi genetik dan mengalami nafas yang berbunyi ketika masih bayi. Mereka semua diketahui menderita penyakit asma sejak usia 6 tahun.
Seperti yang dikutip dari webmd.com, anak-anak yang memiliki orang tua atau keluarga yang memiliki sejarah penyakit asma berpotensi empat kali lebih tinggi untuk menderita penyakit asma. Terbukti, anak-anak yang terlibat dalam penelitian tersebut memang memiliki anggota keluarga yang memiliki riwayat serangan asma.
Setengah dari anak-anak yang berpartisipasi pada penelitian tersebut memiliki satu salinan variasi genetik, sedangkan 25 persen lainnya memiliki 2 salinan variasi genetik. Variasi genetik sendiri biasa ditemukan di kromosom 17.
Menurut Carole Ober, ahli genetika dari Universitas Chicago, interaksi antara nafas berbunyi dan variasi genetik pada kromosom 17 yang dimiliki oleh anak-anak tersebut merupakan penyebab meningkatnya resiko terjadinya penyakit asma.
Hubungan antara nafas yang berbunyi dan variasi genetik pada kromosom 17 ini kemudian ditunjukkan dalam asosiasi, bukan hubungan sebab akibat.
Pravianti Ayu Mirantiraras
(vem/sfg)