Fimela.com, Jakarta Angela Ponce, finalis transgender pertama Miss Universe ini tak berhasil lolos ke babak final 20 besar. Meski pulang dengan tangan kosong, namun keberhasilannya masuk ke ajang Miss Universe 2018, telah jadi kemenangan tersendiri untuknya.
Terkait keikutsertaannya di ajang Miss Universe, ia ingin menyoroti tingkat bunuh diri kalangan remaja transgender. Selain itu kontestan berusia 27 tahun ini juga ngin memperjuangkan hak-hak para transgender.
Sebelum berhasil menjadi finalis Miss Universe 2018, Ponce telah mengikuti seleksi Miss World di tahun 2015. Namun di hari pelaksanaan ia baru diberi tahu bahwa peraturannya tak mengizinkan seorang perempuan transgender untuk berpartisipasi dalam kontes tersebut.
Merasa hancur akan peraturan dan kenyataan yang harus dihadapinya, semangat Ponce untuk bisa ikut berkompetisi di ajang ini tak surut. Ia justru semakin ingin membuktikan orang sepertinya bisa maju dan meraih perhatian dunia.
Lebih lanjut bagi Angela Ponce bila ia berhasil meraih kemenangan di ajang Miss Universe, itu akan jadi sebuah hal yang besar, baik untuk dirinya dan kaum transgender, juga Donald Trump. "Lebih dari sekedar pesan kepada (Trump), itu akan menjadi kemenangan bagi hak asasi manusia," katanya, seperti dikutip dari laman Yahoo.
Sebelumnya, organisasi Miss Universe yang dimiliki oleh Donald Trump ini melarang orang-orang transgender untuk mengikuti kontes ini. Namun pada tahun 2012, aturan tersebut resmi dicabut.
Kisah Angela Ponce
Ingin mengangkat hak-hak transgender, Angela berkisah tentang berbagai penolakan yang pernah dialaminya, khususnya di industri mode.
"Industri mode suka berbcara tentang kebebasan dan kreativitas. Tetapi sering kali saya pergi casting dan mereka memberi saya pekerjaan, dan kemudian agen saya menelpon dan mengatakan bahwa mereka telah mengubah pikiran mereka, karena mengetahui saya seorang perempuan trans," tuturnya kepada Time, dilansir dari laman Yahoo.