Fimela.com, Jakarta Periklanan yang masuk dalam kategori industri kreatif saat ini kian berkembang pesat. Contohnya adalah perusahaan iklan internasional, Dentsu Aegis Network (DAN) yang beroperasi di 145 negara di seluruh dunia, dengan sekitar 300 perusahaan di bawahnya.
Dari ratusan kantor DAN, salah satunya beroperasi di Indonesia dan dipimpin oleh Maya Watono. Dia menjadi wanita pertama dan termuda yang berhasil menempati posisi puncak kepemimpinan di DAN Indonesia.
Menempati posisi sebagai CEO menjadi tanggungjawab baru bagi Maya. Itu karena DAN Indonesia tersebar dalam 15 unit brand yang terdiri dari Brand Agencies (DwiSapta, Dentsu Indonesia, Dentsu One, Dentsu MainAd), Media agencies (DSP MEDIA, Dentsu X, Carat, Vizeum, Posterscope), Digital Agencies (Dentsu X Digital, Isobar, ipVK, iNexus), Brand Activation Agencies (Bee Activator), dan Content Agency (Dentsu X Sport & Entertainment).
Hingga kini DAN Indonesia memiliki hampir seribu orang karyawan. Selain itu, Maya menegaskan bahwa tanggungjawab pada ribuan karyawannya, justru dinilainya sebagai tantangan tersendiri sebagai seorang pemimpin. DAN Indonesia hadir dengan menawarkan hal yang berbeda, berupa produk.
"Yang kami jual melainkan service, idea, dan expertise. Semuanya adalah keahlian yang kami tawarkan, bukanlah berupa barang jadi. Maka dari itu, people are our Assets. Sangatlah penting bagaimana kita me-manage talent yang ada," tegas Maya.
Singkat Tentang Maya Watono
What's On Fimela
powered by
Maya adalah anak sulung Adjie Watono. Singkat cerita Maya di industri periklanan Indonesia, dimulai sejak 2006, tepatnya saat kantor agensi iklan bernama MainAd dibuka di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Di bawah kepemimpinan wanita yang menempuh pendidikan di University of Western Australia ini, bisnis MainAd berkembang pesat dan Maya dinilai mampu memimpin MainAd dengan baik, berkat kerja keras dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah.
Kemudian pada 2009 Maya mendapat tanggung jawab baru dengan memegang DSP Media (Media house agency). Di bawah kepimpinan Maya, DSP Media tumbuh lima lipat berkat perubahan struktur, sistem, dan job flow yang dilakukan oleh Maya.
Sukses memimpin DSP Media dan MainAd, Maya diangkat menjadi Managing Director DwiSapta Group pada 2012, dengan menangani enam perusahaan dan menelurkan dua perusahaan baru, yaitu Main Media & iNexus. Selain itu, Maya memiliki pengaruh besar di industri periklanan Indonesia dengan menjadi Ketua International Affairs, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I). Salah satu prestasi Maya adalah membawa Indonesia di puncak keberhasilan, saat mengalahkan Thailand dan Filipina pada proses bidding kongres bergengsi insan periklanan se-Asia, yaitu Ad Asia 2017.
Terpilihnya Indonesia merupakan suatu kebanggaan, apalagi P3I sempat absen pada penyelenggaraan AdAsia selama kurun waktu 20 tahun. Indonesia tercatat terakhir kali berperan sebagai tuan rumah di AdAsia pada 1995. AdAsia 2017 di bawah kepemimpinan Maya berhasil menjadi kongres periklanan se-Asia terbaik yang pernah ada.
Prospek Advertising Maya Watono
Mengenai trend advertising 2019, Maya mengatakan saat ini kondisi pasar memang sedang melambat. Apalagi jika berbicara mengenai disrupsi, terutama dari sisi digital. Menurutnya sangat penting bagi untuk bisa menyikapi tantangan yang sedang terjadi saat ini.
Disrupsi adalah global trend yang lalu menjadi ASEAN trend, dan sekarang menjadi Indonesian trend. Jadi tidak bisa dipungkiri dengan adanya fenomena ini, business model pun sudah berubah. Dari konvensional dan sekarang sudah mengarah ke digital.
"Apalagi di 2019 adalah tahun politik. Situasi politik selama periode kampanye, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden menjadi pertimbangan untuk para pemasang iklan untuk tetap beriklan atau cenderung wait and see. Kondisi akhir tahun 2018 bisa menjadi gambaran. Ketika situasi ekonomi kurang baik bagi industri yang ditandai meroketnya nilai dollar Amerika, dan belanja iklan terkena dampaknya. Belanja iklan 2018, menurut Nielsen sampai Oktober 2018, hanya bertumbuh 4%," jelas ibu tiga anak itu.
Maya sebagai pemimpin puncak perusahaan periklanan DAN Indonesia, berusaha untuk menyikapi perkembangan zaman dengan mendigitalisasi SDM, melihat proses bisnis dan klien. SDM merupakan ujung tombak perusahaan periklanan dan harus diberikan senjata-senjata anyar guna memperkuat daya saing perusahaan.
"Dengan tegas perusahaan memprioritaskan penanganan SDM, baik dari segi regional maupun inisiatif sendiri. Kami juga menyiapkan pelatihan, software, dan tools untuk dapat mengerti market yang sedang berkembang. Setiap talent dilengkapi dengan pengetahuan digital dan workflow, agar bisa beradaptasi dengan lanskap digital terkini," terang Maya.
Reporter: TP Stella Maris