Selalu Libatkan Tuhan dalam Urusan Apapun, Karier dan Jodoh Pun Dimudahkan

Fimela diperbarui 09 Mei 2018, 13:00 WIB
Setiap orang punya kisah dan perjuangannya sendiri untuk menjadi lebih baik. Meski kadang harus terluka dan melewati ujian yang berat, tak pernah ada kata terlambat untuk selalu memperbaiki diri. Seperti tulisan sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Menulis Vemale Ramadan 2018, Ceritakan Usahamu Wujudkan Bersih Hati ini. Ada sesuatu yang begitu menggugah perasaan dari kisah ini.
 
***
Aku Dini Andriyani, teman dan keluarga memanggilku dengan sebutan Dini. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Dari kecil selalu diajarkan untuk mandiri dan bertanggungjawab untuk adik-adikku. Aku kuliah di program Bachelor of Midwifery di salah satu universitas di Yogyakarta dan menyelesaikan studi itu pada bulan Agustus 2015.

Setelah kuliah berharap mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan penghasilan yang mapan menurutku, yang cukup untuk memenuhi kebutuhanku juga orang tua beserta adik-adikku. Berharap yang terbaik mempunyai impian besar dan ambisius itulah yang membuatku semangat untuk berjuang, tetapi perjuangan tidak selalu berakhir sesuai harapan bukan?

Harapanku menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi terbaik di tempatku, tetapi setelah tiga bulan lamanya aku mencari pekerjaan tidak ada satu pun universitas atau instansi yang menghubungiku. Sempat putus asa dan sedih sekali, aku merasa menjadi beban untuk orangtuaku.

Akhirnya aku memutuskan untuk bekerja di bidang apapun asalkan itu halal. Berhubung saat itu ada sebuah perusahaan yang mencari karyawan cukup banyak aku mencoba untuk memulai semuanya di sana, dan aku yakin aku diterima karena mereka melihat background-ku yang sebelumnya pernah menjadi asisten dosen.

Alhamdulillah setelah mengikuti beberapa tahap tes akhirnya aku benar diterima, “Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar,” itu ucapanku pertama kali. Aku berkarier di dunia bisnis sejak akhir tahun 2015. Banyak yang terlewati dan pengalaman yang aku dapatkan beberapa tahun itu. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau aku ditunjuk menjadi salah satu pemegang cabang dari divisi perusahaan itu, aku berpikir ini jalan Tuhan, takdir, juga tangga kehidupan yang harus aku jalani.

Selama satu tahun lebih untuk memegang andil itu, dan melakukan perluasan wilayah ke daerah Jawa. Seiring waktu pergerakan bisnis menurun di akhir 2017 setelah perluasan wilayah itu karena terlalu banyak masalah internal juga eksternal yang menghambat pergerakan bisnis itu.

Aku dipercayai menjadi ketua yang memimpin teman-teman juga partner yang lain, dengan berjalannya waktu cukup berat menjadi ketua dan aku merasa beban ini tidak sanggup aku pikul. Masalah terbesar dari internal yang membuat kepalaku hampir pecah aku dicaci maki bahkan dibilang bodoh, sok pinter, sok bisa dll oleh partner kerjaku sendiri. Cukup berat rasanya sampai aku mengeluarkan air mata saat itu karena tidak seorang pun yang mengerti dan memberikan pembelaan atas project yang aku lakukan.

Project itu memberikan kesempatan kepada orang-orang tetentu saja untuk bisa menjadi partner di new project itu dan mereka yang mencaci memang tidak masuk kualifikasi bagian dari project itu. Satu pelajaran penting untukku, “Niat baik tidak selalu bisa diterima baik juga oleh orang lain.” Niat baik belum tentu orang menilai yang kita lakukan baik. So, yang terpenting tetap pada ketulusan menolong orang jangan hiraukan jikalau amanah yang kamu lakukan dihadapkan dengan cacian makian.

Aku ikhlas dan pasrah saat itu, hanya Tuhan yang dapat membantuku melewati ini semua. Beberapa malam aku berdoa dan memikirkan untuk pengambilan keputusan dan meminta kepada Tuhan keputusan terbaik dan Tuhan memberikan jalan kebaikan setelah ini.

Finally, bulan Januari 2018 aku mengundurkan diri menjadi ketua. Karena semenjak konflik itu terjadi semuanya menjadi kurang baik, dan orang lain mengatakan juga menilai adanya dua  pemimpin di sana. Silaturahmi tetap berjalan sampai saat ini dan aku melupakan apa yang mereka katakan, mencoba untuk tidak mengingat itu supaya mereka bisa selalu menjadi temanku seperti dulu.

Aku menyadari aku dipilih tidak dengan cara yang lumrah, mungkin itu penilaian orang terhadap kinerjaku dan akhirnya mempercayaiku. Tidak lama setelah itu berjalan timbul masalah eksternal lagi dan itu membuat aku bulat untuk mengundurkan diri dari perusahaan itu dengan harapan hidupku bisa lebih berarti untuk membantu orang lain walaupun tidak dengan jabatan itu atau perusahaan itu.

Salah seorang mitraku yang aku anggap seperti keluarga sendiri yang memang banyak sekali aku mendapatkan pelajaran kehidupan ilmu bisnis, golongan bisnis bahkan sampai investasi leher ke atas aku diajarkan. Akhirnya ada tawaran ide kepadaku untuk menjalankan bisnis lagi tetapi di perusahaan yang berbeda.

Pada Bulan Februari 2018 akhirnya aku memutuskan untuk fokus dan menjalani bisnis yang baru ini, karena value system sangat sesuai dengan impian dan ambisiku dapat membantu banyak orang. Beberapa waktu berjalan dan mulai ada tekanan dari beberapa orang di sekitarku yang berkaitan dengan bisnis untuk melakukan ini itu dan mempelajari ini itu. Aku tahu aku masih sangat banyak kekurangan dan di saat itulah aku mencapai titik terberat, terjatuh dan down.

Karena bisnis yang aku jalani ini belum ada hasil sama sekali, uangku habis entah kemana, bahkan aku tidak memiliki uang sama sekali, dan parahnya aku memberatkan adikku dengan meminjam uang darinya untuk biaya hidupku sementara waktu. Aku tidak pernah bercerita ke siapa pun, termasuk ke adik-adik juga orangtuaku.

Aku tidak ingin ini menjadi beban mereka yang berharap kepadaku dan tahunya aku baik-baik saja. Aku merasa sangat lelah, aku merasa aku tidak berguna dan aku tidak sanggup lagi menjalani itu. Aku merasa Tuhan tidak menyayangiku, Tuhan kejam terhadapku dan membiarkan aku merasa kesepian, menderita, dan sedih karena bukannya aku yang meringankan atau memberi tetapi malah sebaliknya aku saat ini meminta.

Saat-saat terpuruk benar-benar berat, terkadang berpikir, "Ya Tuhan, hinanya aku sampai aku dibersihkan seperti ini sampai tidak memiliki apapun." Bisnisku belum jalan, belum ada hasil, tidak ada pergerakan sedikit pun. Padahal aku sudah berusaha berbagai cara supaya itu berjalan.

Segala macam yang dipelajari dan banyak yang berhasil dengan cara itu, tapi itu tidak terjadi untukku. Sampai-sampai aku cerita sambil menangis ke adikku karena sudah tidak tahan. Adikku selalu menguatkanku, dan dia menyarankan untuk ceritakan ke mama supaya mama tahu dan juga mendoakan teteh katanya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita, aku takut bila aku cerita itu akan membuat mereka kecewa terhadapku. Di saat itu masih amat berat bagiku tetapi mama selalu bilang selalu minta pertolongan Tuhan dan ibadah juga lakukan hal-hal baik terus. "Rezeki pasti ada di saat yang tepat, bersabarlah!" ucap mama.

Pada suatu hari hati kecilku berkata, aku akan dapat bekerja lebih baik, gigih untuk diriku dan orang-orang yang aku sayang atas kemampuan ku sendiri dan bukan tuntutan dari orang lain. Karena itu membuat aku tidak ikhlas untuk bekerja, padahal itu bisnis sendiri-sendiri bukan tergantung orang lain tapi diri sendiri.

Setelah beberapa waktu aku mencoba menjalani itu seadanya sambil meminta yang terbaik oleh Tuhanku. Aku mulai memasuki komunitas-komunitas entrepreneur muda dan tentunya tergabung dalam komunitas bisnis yang sama. Mungkin ini cara Tuhan untuk membantuku, memberikan semangat berjuang, memberikan warna untuk kehidupanku.

Seseorang menghubungiku dari komunitas bisnis yang sama, yang terpikir dalam benakku saat itu ini bisa jadi mentor bisnisku nanti, aku bisa belajar banyak dengannya. Selalu komunikasi dan membicarakan trik bisnis juga bisnis yang sedang dijalani. Selang beberapa waktu komunikasi selalu lancar dan aku merasa tujuan dan percakapan berbeda sudah, aku merasa tujuan dia berbeda bukan semata untuk berbagi ilmu tetapi mencari pendamping hidup.

Beberapa minggu terlewati dia mengatakan ingin menemuiku, ya biasa saja kalau mau kopdar dengan teman satu komunitas. Akhirnya pertengahan Maret 2018 dia datang menemuiku, dan yah seperti spekulasiku di awal. Dia datang melamarku dan menginginkan aku menjadi pendamping hidupnya. Alhamdulillah lamaran itu sudah berlangsung dan selanjutnya mencapai jenjang sahnya lagi seusai lebaran nanti.

Untuk pendamping hidup aku tidak pernah berpikir sebelumnya seperti apa, aku memang sangat fokus pada karierku dan aku tidak sempat  memikirkan untuk bisa memiliki pendamping saat itu. Aku selalu berpikir aku bekerja untuk adik-adik dan orangtuaku. Keinginanku memang kepada Tuhan aku dipertemukan dengan lelaki terakhir dan dia adalah jodohku. Alhamdulillah aku bersyukur Allah memberikan rezeki dan nikmat yang lebih dari semua itu. Terima kasih Tuhan, Engkau menjaga kesendirianku dengan mengirimkan kekasih halal nantinya.

Aku tidak tahu bila sebenarnya Tuhan selalu memberikan yang terbaik dan cara terbaik menurut-Nya. Selalu libatkan Tuhan untuk setiap urusan apapun. Rezeki bukan hanya berupa finansial saja, jodoh, kesehatan, kebahagiaan dan cinta kasih, juga keberkahan itulah rezeki yang patut kita syukuri yang kadang kita merasa itu bukan apa–apa.  

Saat aku menulis ini, aku merasa di sinilah kehidupanku baru dimulai dan inilah kejutan juga cara terbaik dari Tuhan untuk umat-Nya. Selalu bersyukur dengan keadaan sesulit apapun, karena masih ada nikmat kesehatan dan kebersamaan untuk keluarga kita. Lalui dengan baik proses itu, nikmati karena itu akan jadi cerita indah juga menjadikan kita pribadi yang kuat, hati yang tegar, mental yang kuat, dewasa juga mandiri.

Perjalanan hidup sangatlah menyenangkan bila kita selalu bersyukur bahwa setiap kegagalan, kesedihan, kesusahan, keterpurukan, ada selalu doa orangtua dan doa adik-adik tersayang dan Tuhan yang selalu menjaga juga menguatkanku.

(vem/nda)