Bergabung dengan Perusahaan Start Up Bukanlah Bekerja, Melainkan Berkarya

Fimela diperbarui 09 Mei 2018, 09:30 WIB

Ladies, jangan pernah takut bergabung dengan perusahaan yang bergelut di dunia teknologi karena kesan dominasi kaum pria. Jangan pula takluk dengan paradigma bahwa perempuan tidak akan pernah mengerti dunia teknologi digital. Karena sejatinya ide dan pemikiran kamu bisa sangat digunakan untuk perusahaan macam ini.

Demikian disampaikan oleh Ambrosia Tyas selaku Senior Brand and Communications Manager Bukalapak saat berbincang secara eksklusif dengan vemale.com. Oci, sapaan karib Ambrosia, bisa menyampaikan ini berkat pengalamannya bergabung dengan perusahaan teknologi Start Up macam Bukalapak sejak tahun 2015 silam.

"Kerja di Start Up itu bukan kerja tapi berkarya. Karena kita melihat tantangan yang ada lalu harus mengalahkan tantangan itu dari hasil pemikiran dan karya kita sendiri," ujar Oci yang hari itu bertemu kami di bilangan Epicentrum Walk, Jakarta Selatan. 

"Kalau kita bekerja di perusahaan yang pakemnya sudah ada dan birokrasinya sudah tertata, akhirnya kita kerja itu lebih mengikuti pola yang sudah ada. Ngga bisa berkreasi di luar dari itu karena ada keterbatasan dari atasan ke bawah," ujarnya memberi perbandingan.

Oci tergabung di Bukalapak setelah makan asam-garam dunia agensi dan periklanan sejak tahun 2007 silam. Saat itu, perempuan kelahiran 2 November 1987 ini seharusnya masih mengenyam bangku kuliah. Tapi karena keterbatasan dana, Oci akhirnya magang di sebuah perusahaan agensi di dekat kampus yakni Edelman Indonesia.

Hanya dalam tempo setahun, Oci diangkat menjadi karyawan di perusahaan itu. Mulai dari situlah pengalaman Oci mengelola kebutuhan klien dan pengenalan brand ditempa. Setelah bertahan lima tahun, ia keluar dari Edelman Indonesia dan sempat pindah ke beberapa agensi berbeda sebelum akhirnya berlabuh di Bukalapak.

"Aku tergabung di Bukalapak di 2015 sampai sekarang sebagai Brand Manager. Hanya saja waktu itu Bukalapak belum sebesar sekarang. Tapi setelah ada suntikan dana mulailah ada dorongan agar ada ada publikasi yang lebih luas dengan brand yang lebih besar," kenang Oci.

Pengalaman Oci di ragam agensi akhirnya diterapkan sempurna. Sebab pada akhirnya perusahaan tempatnya bernaung itu beberapa kali memenangi penghargaan macam Millward Brown Indonesia di kategori 'Top 50 Most Valuable Indonesia Brands 2016' dan 'Indonesia Most Creative Company 2016'.

"Semua achievment personal aku ngga ada karena itu semua based on team. Kami sampai menang tiga kali Citra Pariwara (penghargaan tertinggi untuk iklan terbaik) semua dari tim yang bekerja sama. Karena kita bukan kerja bukan based on birokrasi kita jadi bisa mengembangkan segala macam ide," tambah Oci lagi.

Namun, namanya juga tergabung di sebuah perusahaan rintisan, semua usaha Oci ini juga diikuti dengan kecepatan bekerja dan kemampuan beradaptasi yang baik. Pasalnya, perusahaan rintisan menuntut kegesitan dan dinamika yang cepat berubah. Jangan kaget juga jika suatu peraturan bisa berubah 180 derajat di keesokan harinya karena tuntutan kebutuhan bisnis.

"Orang-orang di Start Up itu sangat luwes. Hari ini bisa begini dan besok berbeda lagi," tuturnya.

Selain itu, Oci dan timnya juga punya tugas berat mengenalkan Bukalapak sebagai sebuah platform E-Commerce. Karena ternyata masih banyak saudara-saudara kita di penjuru Indonesia yang belum melek dengan teknologi. Ini biasanya terjadi di wilayah-wilayah sub-urban yang memang akses teknologinya masih sulit.

Meski demikian, jangan lihat kerja kerasnya, tapi nikmatilah hasil jadinya. Oci sekarang tergabung dengan salah satu Start Up terbaik di Indonesia. Ia juga mencatatkan nama sebagai salah satu Brand Manager yang diperhitungkan di Tanah Air.

Ketika ditanya apa kiatnya bisa sampai mencapai titik kesuksesan itu, ia menjawab,"Banyak hal-hal di bidang teknologi digital yang bisa dikembangkan perempuan karena kita bisa memberi insight yang berbeda. Jangan pernah punya rasa takut karena kemampuan kita sendiri."

(vem/zzu)