Hidup kadang tidak seindah yang kita bayangkan. Sering kali apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha tapi Tuhan pelaksana. Walaupun semua terasa pahit dan menyakitkan hidup harus terus berjalan. Ambillah hikmah dan hal-hal positif yang terkandung di dalamnya. Orang bijak berkata, “Kita belum tentu bisa melakukan hal-hal besar, tapi kita pasti bisa melakukan hal-hal kecil dengan semangat yang besar."
Apapun itu lakukanlah dengan hati yang ikhlas dan tulus. Teruslah melangkah dan membuktikan betapa mengagumkannya dirimu. Menjadi agen perubahan yang berlandaskan kedisiplinan, pribadi yang konsisten. Berkarakter jujur, peduli pada lingkungan, dedikasi tinggi terhadap tugas dan tanggung jawab, dan antusias dalam berkarya.
Namaku Sari, aku adalah seorang gadis yang terlahir dari keluarga yang sederhana. Kami tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota, bahkan di perkebunan, ya ayahku memilih membuat rumah kecil di kebun kami agar mudah mengerjakan pekerjaannya. Meskipun dari keluarga sederhana aku sangat bersemangat untuk sekolah. Aku ingin meraih cita-cita yang kuimpikan , entah mengapa dari kecil aku sangat mengagumi guru-guruku, menurutku profesi guru adalah yang terbaik.
Sehingga aku pun berpikir ingin menjadi guru jika besar nanti. Kehidupan kami saat itu pas-pasan, dari empat bersaudara aku yang berkuliah, dan adik bungsuku masih Kelas satu SMA sekarang sedangkan abang dan adikku yang lain memilih bekerja setelah lulus SMA. Tetapi tidak dengan aku, aku sedikit memaksa ingin meneruskan pendidikan di bangku perkuliahan. Dengan segala usaha akhirnya aku diterima di salah satu universitas negeri di Pekanbaru. Meskipun saat itu aku ingin memilih jurusan keguruan tetapi aku mengurungkan niatku sehingga aku memilih jurusan yang lagi hits saat itu, yaitu Teknologi Informasi, karena menurut orang-orang ini adalah jurusan yang sedang banyak dibutuhkan dan memiliki gaji yang tinggi sehingga lebih menjanjikan masa depan yang cerah.
Karena mengingat sulitnya perjuangan orangtuaku, yang ada di dalam pikiranku hanyalah cepat lulus kuliah dan dapat pekerjaan yang baik. Hari-hari pun berlalu, aku berkuliah dengan semangat di atas keterbatasan ekonomi, berbagai proposal beasiswa pun aku ajukan demi meringankan beban orangtuaku. Dan akhirnya aku pun lulus dan diwisuda, aku masih mengingat hari itu, bukan gelar sarjana yang kusandang yang membuatku bangga dan bahagia saat itu, tapi senyum mengembang diiringi air mata bahagia dari kedua orangtuaku yang sungguh membuatku semakin haru, sungguh itu rasa yang luar biasa.
Setelah lulus ternyata mencari pekerjaan tidak mudah. Aku berusaha keras mencari lowongan pekerjaan, entah berapa banyak amplop coklat yang sudah kusebar, mengirim CV dan lamaran sebanyak mungkin ke beberapa perusahaan. Mendapatkan panggilan kerja hingga akhirnya aku diterima di salah satu instansi dan menandatangani kontrak kerja. Alhamdulillah dengan gaji yang cukup besar untuk ukuran fresh graduate sepertiku. Namun aku tidak nyaman dengan profesiku, jelas sekali bukan ini yang kuinginkan.
Aku termasuk orang yang sulit bermuka dua dan menjadi penjilat demi sebuah jabatan. Kegalauan mulai terjadi pada diriku, hatiku terus menolak semuanya. Meskipun aku di kantor tapi aku sering tidak fokus. Kebetulan tak selang dari itu kontrak kerjaku berakhir dan aku pun memutuskan untuk tidak memperpanjangnya, meskipun orangtuaku sangat kecewa dan menyayangkannya. Tapi aku meyakinkan aku akan mencari pekerjaan lain.
Akhirnya aku pun pulang kampung dan memasukkan beberapa lamaran kerja ke sekolah-sekolah. Dan aku pun diterima di sekolah tempat aku mengajar sekarang. Ya ini adalah pilihanku menjadi seorang guru. Aku bangga dan bahagia berdiri di depan kelas, memberi penjelasan, pendidikan dan pengarahan terhadap anak didikku.
Aku bangga menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Aku sangat senang ketika mereka memanggilku Bu Guru. Aku senang ketika mereka memberi salam dan mencium tanganku, menjadi salah satu orang yang mereka ceritakan dan mereka kenang dalam hidupnya. Dan aku bangga dan bahagia ketika aku ikut menyaksikan mereka meraih masa depan dan cita-cita mereka. Walaupun masih ada di antara mereka yang sedikit badung dan tak menghiraukanku, tapi itu tidak membuat semangatku goyah justru mereka menjadi tantangan tersendiri untukku.
Alhamdulillah aku sangat menikmati pekerjaanku sekarang, ada kepuasan batin yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan sekarang orangtuaku pun mendukung keputusanku meskipun profesi ini tidak dipandang glamor dan begelimang materi, bahkan mereka yang menguatkan ketika di awal aku sempat goyah karena gaji yang ditawarkan lima kali lipat lebih kecil dari gajiku sebelumnya. Mengajar sambil berbisnis online alhamdulillah rezeki selalu datang tak terduga-duga. Selamat berkarya dan mengabdi, apa pun pilihan hidup kita semoga Allah meridhoi usaha dan niat baik kita.
- Masa-Masa Sulit Saat Sekolah Bisa Membuat Mental Seorang Wanita Lebih Kuat
- Berulang Kali Gagal Menjalin Cinta Bisa Membuat Seseorang Takut Menikah?
- Menikahi Pria yang Punya 8 Anak, Aku Kehilangan Senyum Ayahku
- Bergelar Sarjana Jadi Ibu Rumah Tangga, Nggak Masalah Kok!
- Jomblo Itu Pilihan, Bukan Kutukan
(vem/nda)