Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
September tahun ini usiaku tepat 23 tahun. Banyak sudah teman dan kerabat yang mulai mengirimiku undangan, pertanda mereka melepas status lajang. Tak jarang saat pertemuan atau reuni banyak orang bertanya padaku, "Kapan menikah?" atau "Di mana pacarmu?"
Bisa dibilang aku memang baru satu kali pacaran seumur hidupku, yang mana hubungan itu hanya bertahan 1 tahun karena banyaknya drama antara aku dan dia, dan lagi tak banyak orang tahu mengenai hubunganku dengan dia sehingga beberapa orang beranggapan aku menjomblo sejak lahir.
Tak jarang cibiran dan celaan turut ditujukan padaku karena statusku tersebut. Mereka bilang aku terlalu pemilih. Hey, bukankah pacaran adalah suatu proses pengenalan untuk ke jenjang pernikahan, jadi tak salah jika aku memilih calon suami terbaik versiku sendiri kan?
Mereka bilang aku lesbian, selama ini aku memang belum menjalin hubungan dengan laki-laki lagi, tapi apakah itu berarti aku pacaran dengan perempuan? Lalu mereka juga bilang bahwa aku kena kutukan karena terlalu pemilih jadi tidak ada laki-laki yang mendekatiku.
Aku memang tidak berdekatan dengan lawan jenis melebihi pertemanan, aku hanya berusaha tegas pada mereka karena aku belum siap untuk menjalin hubungan lagi. Ada hal yang harus kulakukan, ada impian yang harus kukejar dan ada orang yang harapannya masih menggantung padaku, orang tuaku.
Kamu tahu, ada perasaan sakit hati dalam diriku saat menjalin hubungan sebelumnya. Orang yang saat itu kusukai, tidak benar-benar menyukaiku. Dia sering menghinaku dan juga membandingkan diriku dengan mantan-mantannya. Dia bilang keluargaku tak sekaya keluarga mantannya, yang orangtuanya memiliki mobil dan tinggal di komplek perumahan. Dia bilang aku tak sepintar mantannya yang bisa diterima di PTN. Dia bilang aku tak secantik pacarnya, yang setiap bulan melakukan perawatan di klinik kecantikan.
Orangtuaku memang bukan orang berada, mereka hanya mampu hidup sederhana dengan kebahagiaan. Tanpa dia tahu yang sebenarnya, aku pernah diterima di salah satu PTN. Tapi orangtuaku memintaku untuk kuliah di universitas swasta supaya bisa kuliah sambil bekerja dengan harapan dapat membantu memperbaiki kondisi perekonomian keluarga. Adikku masih sekolah, jadi apakah aku salah jika menghemat pengeluaranku untuk tidak melakukan perawatan ke klinik kecantikan demi membiayai pendidikan adikku?
Ada harapan besar orang-orang di sekitarku padaku. Kamu tahu, alasan itulah yang membuatku tetap memilih berkomitmen untuk menjomblo dan fokus mengejar pendidikan serta karierku demi mengubah nasib keluargaku. Perasaan kecewaku belum berkurang sedikit pun pada mantanku dulu, tapi tolong untuk kamu yang berada di luar sana yang tak mengerti jalan hidupku, jika memang tak bisa membantu tak perlulah berbicara yang macam-macam agar tak menambah kekecewaanku.
Percayalah hanya dengan menghargai pilihan dan keputusan seseorang, tidak lantas akan membuatmu kehilangan sesuatu yang berharga.
- Menolak Dijodohkan, Aku Malah Disebut Cewek Sarjana Tak Tahu Diri
- Pria yang Terus Menyiksa Batin, Nggak Layak Dipertahankan!
- Telanjur Cinta, Kunikahi Duda Meski Awalnya Ditentang Orangtua
- Remuk Hatiku Saat Suami Memilih Pelakor, Tapi Kutegarkan Jiwa demi Putraku
- Kepergian Ayah untuk Selamanya Jadi Titik Balik Hidupku
(vem/nda)