Remuk Hatiku Saat Suami Memilih Pelakor, Tapi Kutegarkan Jiwa demi Putraku

Fimela diperbarui 26 Apr 2018, 15:20 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Alhamdulillah, untuk semua hal yang telah terjadi dalam hidup saya. Apapun itu, semua terjadi atas kuasa dan izin dari-Nya. Saya adalah seorang single fighter, seorang single mom, dengan seorang anak lelaki lucu usia 7 tahun, yang sudah lima tahun berjuang untuk meneruskan hidup ini.

Tidak pernah membayangkan atau menginginkan saya menjadi single fighter, tetapi memang sudah ditakdirkan oleh-Nya, inilah yang terbaik bagi kami. Ayah anak lucu itu, pergi meninggalkan kami demi mengejar keinginannya bersama wanita lain, apa yang sekarang tenar dan disebut pelakor. Ceritanya panjang, namun singkat kata, pelakor itulah yang memaksa saya dan anak saya untuk keluar dari kehidupan suami sekaligus ayah anak saya.

Tidak mau menyerah dan berpangku tangan, karena hidup ini masih panjang, anak saya butuh masa depan. Tangisan, kesedihan, duka lara tidak akan mampu mengubah keadaan. Bangkitlah saya dengan sisa-sisa semangat, untuk kembali bekerja, karena waktu rumah tangga saya berakhir saya hanya punya sebuah toko, setelah sebelumnya saya resign dari bekerja di sebuah BUMN di Jakarta. Namun toko itu pun, diambil mantan suami tanpa izin dan diberikan kepada istri barunya.



Bagi saya, marah itu melelahkan, balas dendam itu tak ada gunanya. Saya ikhlaskan semuanya, dengan keyakinan bahwa rezeki dan harta pasti akan selalu ada untuk saya dan anak saya.

Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke kota Jogja, dan mengambil kuliah S2. Saya ingin menjadi  seorang akademisi sehingga harus meneruskan kuliah. Keajaiban Allah datang silih berganti pada kami berdua. Sebuah tawaran untuk menjadi dosen tidak tetap di kampus saya, memberi kesempatan pada saya sekaligus menjadi sumber rezeki bagi saya dan anak saya.

Walaupun saya masih S1, dan sedang menjalani kuliah S2, namun pihak kampus memberi kesempatan pada saya karena saya pernah punya pengalaman kerja cukup lama di Jakarta. Luar biasa, kuasa Allah, karena tidak semua orang terpilih dan bisa seperti ini, saya pun semakin yakin bahwa di balik kesakitan dan kesedihan yang kami alami, ada ribuan kebahagiaan yang akan memberi senyum untuk kami.



Meskipun menjalani kuliah sambil mengasuh anak itu tidak mudah, saya berusaha untuk menjalaninya. Kami tinggal di rumah cuma berdua, tidak ada orangtua, saudara, ataupun pembantu yang membantu saya menjaga anak saya. Untunglah sekarang ada model sekolah full day school, itulah yang membantu saya bisa menjalani kuliah sambil mengajar di kampus.

Kadang seperti tidak masuk akal, saya mengerjakan tugas kuliah, sambil menemani anak bermain, kadang sambil menyuapi dia makan, yang lebih menyedihkan kalau anak saya sakit. Sedang tugas kuliah numpuk, saya harus tetap menjaga diri saya supaya tidak ikut sakit. Bahkan saat salat malam, saya berdoa, terang-terangan minta sama Allah, supaya anak saya dan saya dijauhkan dari sakit supaya bisa tetap bisa bekerja dan kuliah. Sebuah doa yang aneh kedegarannya, tapi itu selalu saya panjatkan karena saya tak punya orang yang bisa menggantikan menjaga anak kala sakit.

Keajaiban lain yang datang pada kami adalah kemudahan mendapatkan rezeki untuk bisa membayar SPP kuliah saya. Saya kuliah tanpa beasiswa dari manapun, sempat khawatir, tapi akhirnya saya yakin bahwa Allah pasti akan kasih jalan. Saya kebetulan punya hobi menulis, hobi tersebut saya salurkan melalui banyak perlombaan menulis. Dan Allah memberi saya rezeki dari perlombaan tersebut untuk saya bisa membayar uang SPP kuliah S2. Sungguh Allah Maha Melihat, Maha Kaya, tidak akan membiarkan seorang hamba-Nya mengalami kesusahan.



Inilah pilihan hidup kami, yang sudah kami jalani sampai detik ini. Perlahan, kesedihan di tahun-tahun lalu sirna, berganti dengan senyum dan kebahagiaan. Kami akan terus berjuang supaya pada akhirnya, suatu saat nanti kami punya masa depan, terutama anak saya. Supaya suatu hari nanti, ayahnya melihat bahwa walaupun kami disingkirkan dari hidupnya, namun kami tidak patah semangat, kami tetap bertahan, dan kami juga punya masa depan.

Untuk orang-orang yang menyakiti kami di masa lalu, kami sudah memaafkan kesalahan kalian. Tidak ada gunanya membalas dendam terhadap kalian, lebih baik kami sibukkan dengan segala aktivitas yang berguna untuk masa depan.

Untuk orang-orang yang meninggalkan kami dengan cara menyakitkan. Sungguh itu adalah cara Allah untuk membersihkan kehidupan kami berdua dari orang-orang yang tidak baik bagi kami. Allah tahu bahwa kami selalu minta yang terbaik, dan mereka bukan yang terbaik bagi kami.



Untuk para wanita, ladies, moms yang pernah berurusan dengan pelakor. Sudahlah, tidak perlu marah-marah, ataupun balas dendam, itu tidak ada gunanya. Itulah yang saya lakukan, walaupun saya dicaci maki oleh pelakor tersebut di social media, tak satu pun caciannya saya balas. Saya mengikhlaskannya, saya kembalikan semua kepada Allah. Tidak ada hukum karma, tapi ada hukum sebab akibat, setiap perbuatan ada akibatnya. Serahkanlah pada Allah, maka akan ringanlah hidup kita dan terbebas dari kesedihan berkepanjangan.

Saat ini saya sedang mengerjakan tesis untuk syarat kelulusan kuliah S2. Dalam waktu dekat saya akan lulus dan diwisuda, semua jerih payah ini untuk kemenangan saya dan anak saya, untuk masa depan yang lebih baik. Doakan kami selalu ya. Allah selalu bersama orang-orang baik, dan akan selalu memberi jalan terbaik untuk menjaga kebaikan.





(vem/nda)