Cerita mengenai hubungan intim orang lain terkadang membuat kita merasa tidak nyaman. Sebab, itu adalah ranah yang sangat privat sehingga membuat sebagian orang merasa itu adalah kisah yang tidak perlu diceritakan.
Mereka yang membicarakannya akan dianggap bragging yakni sekadar pamer tapi pada kenyataannya tidak memiliki kehidupan seks yang baik. Bahkan beberapa waktu lalu di Twitter terjadi perbincangan hangat bahwa mereka yang heboh bicara soal ranjang, malah sejatinya biasanya biasa-biasa saja saat berhubungan intim. Benarkah demikian?
Dikatakan oleh Psikolog & Sexpert Elizabeth Santosa (Miss Lizzy) bahwa tidak semua orang yang membicarakan kehidupan seksnya dianggap sebagai bragging (pembual, sombong). Karena bisa saja memang dia memiliki kehidupan seks yang baik dan bercerita kepada orang lain dengan tujuan menginspirasi.
"Jadi ada dua perspektif ketika seseorang menceritakan soal kehidupan seks. Ada yang memang dianggap netral, ada yang memang dianggap bragging. Itu tergantung dari perspektif orang lain yang mendengarkan cerita itu," ujar Miss Lizzy dalam korespondensinya dengan vemale.com, Selasa (24/4).
Dalam ilmu sosial-psikologi, bragging kehidupan seks tidak termasuk dalam gangguan kejiwaan. Ia juga tidak termasuk dalam perilaku narsis karena dianggap hanya bragging dalam satu aspek hidup. Bragging masuk dalam karakter seseorang yang ekstrovert yang memang suka bicara apa adanya.
"Namun, bragging merupakan suatu perilaku yang memang kurang disukai oleh lingkungan sosial karena dianggap sombong, tidak punya empati, merasa lebih baik. Apalagi di Indonesia kita lebih ke toleransi, sopan-satun, dan memikirkan orang lain. Jadi menceritakan kesuksesan atau yang hebat-hebat, tidak diterima, apalagi bragging soal sex life," tambah perempuan cantik yang sudah memiliki dua anak ini.
Seseorang bisa terindikasi sebagai pembual sejati ketika ada banyak yang dilebih-lebihkan dalam kehidupan percintaannya. Dikatakan Miss Lizzy bahwa bragging macam ini sudah menjadi sebuah bentuk pertahanan diri karena ada sesuatu yang ditutupi dalam hidupnya.
Si pembual merasa harus menutupi kekurangannya dengan cara modifikasi informasi di media sosial. Padahal, kita sebagai orang di sekelilingnya, tidak terlalu peduli dengan aspek kekurangan yang ia miliki.
Untuk membedakan seorang pembual dan seorang yang bercerita dengan tulus, bisa kamu lihat dari caranya berkomunikasi dengan pendengarnya. "Ketika dia bicara dan dia bersedia mendengarkan lawan bicaranya, nah itu ada komunikasi yang seimbang. Dan itu artinya apa yang dia bicarakan memang apa adanya," ujar Miss Lizzy soal ciri orang yang memang jujur soal kehidupan seksnya.
"Tapi ketika dia menggunakan bahasa-bahasa hiperbola dan tidak imbang antara hal baik dengan hal buruk, nah itu bragging. Berikutnya, kalau orang lain sedang bercerita dan dia langsung nimpalin ngga mau kalah, itu udah pasti bragging karena tidak terjadi komunikasi yang sehat," tutur Miss Lizzy lagi.
Nah, bagaimana Ladies? Sudah terpikirkan olehmu siapa yang masuk dalam karakter dua ciri di atas? Semoga informasi ini membantu dalam kehidupan sosialmu ya :)
(vem/zzu)