Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Hidup tidak sebatas bangun, makan, bekerja dan tidur lagi. Hidup adalah sebuah proyek di mana kita dituntut untuk melakukan hal terbaik. Dalam menjalani hidup ini, kita harus tahu apa sih sebenarnya makna hidup ini. Memaknai hidup adalah di mana kita mengetahui untuk apa kita diciptakan di dunia ini. Hidup ini adalah kita yang menentukan. Ingin tetap berdamai dengan zona nyaman ataukah memilih banting setir untuk mengubah tantangan menjadi kesempatan yang berharga serta menciptakan peluang. Bukan saatnya kita sebagai wanita hanya diam dan menunggu (diam dan menunggu itu cukup menyakitkan bukan, jangan baper dulu ya hehe).
2018 adalah tahun di mana semakin memuncaknya rasa syukur saya. Bisa dikatakan saya adalah orang yang beruntung, tapi keberuntungan saya bukanlah sebuah kebetulan. Saya yakin, keberuntungan itu hadir di sela usaha dan kerja keras yang penuh totalitas. Tepat 25 tahun usia saya saat ini, saya telah menyelami dan mendapatkan banyak hal dalam hidup ini. Menjadi wanita karier sambil membangun komunitas literasi adalah pilihan saya.
Tujuannya apa? Saya ingin menjadi sosok yang bermanfaat dan membuat perubahan positif bagi para wanita di luar sana. Itulah impian saya. Tidak ada batasan kok untuk berkarya dan menciptakan perubahan. Dengan bermodalkan keberanian, wawasan dan pengalaman membuat saya tak henti membangkitkan semangat para wanita di sekeliling saya untuk mampu berpikir kreatif dan inovatif, tidak terkecuali juga dengan Anda.
Memang, tidak semudah yang dibayangkan. Tapi secara pribadi saya tidak ingin menyulitkan impian itu. Mendapatkan pekerjaan yang bertolak belakang dengan latar pendidikan saya yaitu akuntansi membuat saya semakin mengenal siapa diri saya. Belajar dari ketidakmampuan membuat saya berada pada posisi teratas yang tidak kenal lelah untuk berkreativitas. Hampir lima tahun saya bekerja pada salah satu perusahaan biro jasa terbesar di Riau sebagai Adm. Custumer Service. Dan pekerjaan itu saya dapatkan tidak semudah berlarian di tepi pantai. Butuh proses yang panjang dan tidak sebentar.
Dengan gaji per bulan yang pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari membuat saya semakin tergugah untuk menyisihkan sebagian uang untuk menyicil uang semester kuliah sejak 2017 lalu. Kuliah sambil bekerja dari Senin hingga Sabtu tidak menyurutkan saya untuk bekerja sampingan sebagai Master Of Ceremony (MC) dan Trainer Independent. Yap, ternyata bidang Komunikasi dan Psikologi adalah jiwa saya. Mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuan itu ibarat meneguk secangkir teh hangat di teras rumah saat weekend, nikmat sekali.
Kok masih semangat sih kuliah di umur segini? Tidak ada alasan saya untuk berkata tidak akan hal itu, karena itu adalah jembatan saya untuk mewujudkan impian terbesar saya menjadi pribadi yang bermanfaat dalam perubahan positif. Di kamus mana sih ada batasan umur untuk belajar? Kalau ada, coba kasih tahu saya ya hehe. Menurut saya, ilmu itu adalah kunci berharga dalam hidup ini. Jika saldo rekening anda saat ini tinggal Rp50.000 itu pun sisa-sisa gaji Anda yang bahkan tidak bisa ditarik lagi dari ATM, atau bahkan di dompet Anda hanya tinggal selembar uang Rp10 ribu, apa yang akan Anda lakukan? Pilihan pertama tidak menutup kemungkinan meminjam uang sama teman misalnya. Tapi apakah hal itu bisa membuat Anda bertahan hidup? Jelas tidak. Tapi percayalah, dengan bekal ilmu Anda akan bisa bertahan hidup sekalipun anda berada pada posisi terbawah sekalipun.
Mungkin Anda akan tertawa geli ketika membaca ini, ya. Saya adalah wanita 25 tahun dengan status single. Bukan karena tidak ingin menjadi bagian dari sebuah fenomena akad nikah, saya juga bukan tipikal wanita yang suka memilih-milih pasangan, dan bukan pula karena saya terlalu sibuk meniti karier dan mengejar impian saya, terlebih lagi bukan karena saya trauma untuk menjalin hubungan yang serius. Wanita mana sih yang tidak ingin menikah?
Tentunya sebagai wanita yang sudah siap menikah seperti saya, atau mungkin Anda sendiri juga pasti memiliki jawaban yang sama seperti saya sedang menunggu sembari berusaha memantaskan diri (ini bukan pembelaan diri loh ya hehe). Ya, hal itu menurut saya adalah jawaban yang tepat. Menunggu bukan berarti hanya duduk manis di rumah, tetapi menunggu dalam usaha memantaskan diri. Terus memperbaiki diri menjadi lebih baik. Karena jodoh adalah cerminan diri kita sendiri kan. Ya, saya sedang di tahap itu, begitu juga Anda.
Jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan. tidak ada yang terlambat ataupun cepat. Semua sudah sesuai dengan janji Tuhan jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia ini. Hingga hari ini, menjadi wanita karier sambil membangun komunitas literasi dan berada di tahapan pemantasan diri membuat saya sangat jauh dari kata menyesal.
Pertanyaannya adalah mengapa harus menyesal jika bisa memberikan dampak perubahan positif bagi orang banyak? Tentu saja hanya orang yang tidak mempunyai impian dan minus kreativitas yang tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan penuh keraguan yang mendalam. So, jalani hidup ini sesuai dengan komitmen diri yang telah kamu pilih. Beranilah mengambil keputusan untuk berisiko. Karena pribadi yang hebat adalah pribadi yang mampu menyulap mimpi perlahan menjadi nyata dengan mengubah pola pikir untuk mampu berkreativitas dalam usaha, bekerja keras, dan bersahabat dengan risiko.
- Sebelum Menikahi Pria Beda Keyakinan, Restu Orangtua Harus Didapatkan
- Meski Dihina Bodoh dan Buruk Rupa, Jangan Sampai Dendam Melumpuhkan Jiwamu
- Jadi Tulang Punggung Keluarga, Wanita Sulung Selalu Punya Hati yang Tabah
- Kita Nggak Punya Kewajiban Mengikuti Gaya Hidup Semua Teman Kita
- Agar Cepat Punya Momongan, Kulepaskan Sesuatu yang Berharga dari Hidupku
(vem/nda)