Tetanggaku Jodohku, Pria yang Lebih Tua 13 Tahun Itu Kini Jadi Suamiku

Fimela diperbarui 24 Apr 2018, 14:30 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Kejadian 10 tahun yang lalu tidak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Bahkan banyak teman yang menganggap aku nekat mengambil keputusan yang berarti bagi masa depanku kelak. Saat itu, aku hanya dikasih waktu 10 menit melalui telepon oleh orangtua untuk menjawab ya atau tidak, karena kondisinya aku tinggal berjauhan dengan keluarga yaitu di luar kota. Pertanyaan yang sebenarnya sudah aku rasakan gelagat dari orangtua beberapa bulan sebelumnya.

Tahun 2008 kedua orangtua berniat melakukan ibadah haji dan umurku sudah di ambang 27 tahun. Mereka menginginkan aku menikah atau setidaknya sudah ada calon suami yang mereka percaya baik untuk diriku. Akhirnya kata pasrah aku sampaikan kepada kedua orangtua. Ya, mereka yang akhirnya mencarikan pasangan hidupku.

Ridha Allah SWT terletak pada ridha kedua orang tua itulah yang membuat aku mantap menjawab saat itu. Di samping itu, aku akrab dengan kedua calon mertuaku, itulah yang menambah keyakinan aku untuk menerima lamarannya. Laki–laki itu sebenarnya bukan orang yang baru aku kenal tapi dia adalah teman bermain dari pamanku. Usia kami terpaut 13 tahun, jarak usia yang cukup jauh.



Tetanggaku idolaku, begitu yang orang–orang sampaikan ketika mengetahui bahwa aku akan dilamarnya. Jujur, antara percaya atau tidak ternyata sudah sejak tiga tahun yang lalu dia memiliki rasa cinta atau mengagumi aku, begitulah yang aku dengar perkataan dari calon kakak ipar waktu itu. Dalam hatiku bertanya, kenapa selama ini dia tidak pernah menegur ketika aku pulang kampung dan berkunjung ke rumahnya ketika hari raya? Banyak pertanyaan yang bergelayut di hati.

Senang juga rasanya ada pengagum rahasia selama ini. Akhirnya, pertemuan pertama kami pun terjadi, dia berkunjung ke rumahku, detak jantung tak beraturan yang dirasa. Ya Allah, benarkah laki–laki di depan mataku ini yang tak pernah bertegur sapa, tak pernah bertatap muka kelak akan menjadi imamku di dunia ini?

Bismillah, aku terima dia dan kami pun larut dalam pembicaraan untuk mengenal pribadi satu sama lain. Hanya seminggu waktu kami dapat bertemu dan dalam seminggu itu dia mengajak aku untuk mengunjungi kedua orang kakaknya. Rasanya aku semakin yakin dia serius untuk menjadikan aku pasangan hidupnya, karena dia benar-benar memanfaatkan waktu yang singkat untuk menunjukkan itikad baiknya.

Bismillah, Ya Rabb, kalau dia jodohku dekatkanlah dia kepadaku. Doa itu selalu aku panjatkan di setiap sujudku kepada Allah SWT, dan akhirnya pertanda doaku diijabah Allah SWT terlihat, perusahaan tempat aku bekerja melakukan ekspansi di kampung halamanku dan aku pun tidak perlu melakukan pengunduran diri, melainkan mutasi ke kampung halaman yang terjadi. Betapa senang hati kami dan kedua orangtua kami saat mendengar kabar itu.



Semakin dekat kini kami, dan hari bahagia itu pun terjadi pada tanggal 04 April 2009. Aku dan dia telah sah menjadi suami istri. Terlihat jelas kebahagiaan di kedua orangtua kami. Kebahagiaan orangtua aku yang berhasil mencarikan pasangan hidup untuk diriku dan kebahagiaan orangtuanya karena anak bungsu mereka yang usianya hampir kepala empat kini telah menemukan pasangan hidupnya. Dalam pesta pernikahan pun terdengar jelas lagu Pacar Tiga Langkah dinyanyikan berulang kali oleh sahabat–sahabat kami untuk menambah keceriaan dalam suasana pernikahan kami dan tentunya untuk menggoda kami juga.

My Life My Choice, itulah kata–kata yang tergambar jelas dalam kehidupan setelah pernikahan kami. Karakter pribadi masing–masing kini jelas terlihat dan dirasakan. Aku yang dulu terbiasa dengan perhatian dan kata – kata sayang dari mantan, kini tidak terlihat ada di diri suamiku. Memang tidak mungkin aku memaksakan suamiku untuk menjadi diri orang lain agar aku tidak kehilangan hal–hal yang dulu biasa aku terima.

Berat hati ini menerima awalnya, bahkan air mata sering jatuh dan bahkan mulai muncul pikiran–pikiran aneh di hati, benar atau tidak dia mencintaiku? Apakah dia menikahiku karena orangtuanya? Masih banyak pertanyaan–pertanyaan yang hanya membuat semakin sakit hati saat itu. Akhirnya, dia merasakan apa yang aku khawatirkan, dia menjelaskan bahwa bentuk perhatian terhadap aku tidak mesti diungkapkan. Kesetiaan dan keseriusan menjadi imam bagiku yang akan dilakukannya.



Allah SWT memberikan kami waktu selama setahun pernikahan untuk mengenal pribadi masing–masing, karena tepat di usia pernikahan pertama aku dinyatakan hamil. Alhamdulillah Ya Rabb, betapa bahagianya keluarga besar kami saat itu, meskipun di bulan kehamilan ketiga, kami mendapat ujian besar dikarenakan aku mengalami keguguran karena mendapat kecelakaan. Namun, tiga bulan kemudian aku kembali hamil dan akhirnya melahirkan anak pertama kami seorang bayi laki–laki yang kini telah berusia 7 tahun dan 5 tahun kemudian kembali diberikan amanah berupa bayi perempuan yang saat ini berusia hampir 2 tahun.

My Life My Choice, membuat aku kini merasa menjadi wanita yang sempurna dan bahagia di dunia ini. Bersamamu “Pacar Tiga Langkahku“ semoga kita selalu menjadi pasangan yang sakinah, mawaddah dan rahmah di bumi Allah SWT. Ketika kita yakin dengan pilihan kita di dalam hidup ini, maka segala permasalahan yang terjadi akan mampu dilewati.






(vem/nda)