Maaf, Berhentilah Memintaku Mencukur Alisku!

Fimela diperbarui 23 Apr 2018, 13:00 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Bagiku, segala hal dalam kehidupan selalu memiliki pilihan. Bahkan, memilih untuk enggak mencukur alis adalah sebuah keputusan.

Tiga tahun lalu, tepatnya pertengahan 2015, aku mulai melirik dunia kecantikan dengan mencoba berbagai macam lipstik. Enggak lama bagiku untuk menyadari bahwa aku memiliki passion di dunia kecantikan dan bermimpi untuk bekerja di industri kecantikan atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan kecantikan, seperti beauty journalist, fotografer, dan content creator.

Semakin banyak hal tentang kecantikan yang aku tahu, termasuk sebuah standar kecantikan yang ditetapkan entah oleh siapa namun sukses memengaruhi pandangan kaum hawa beserta para pelaku industri kecantikan di dunia.



Bicara soal kecantikan berarti bicara tentang wajah beserta fitur yang ada di atasnya. Aku memiliki alis yang cukup tebal dan nyambung. Jujur, aku bangga sekali memiliki tipe alis seperti ini. Rasanya seperti Frida Kahlo! Sewaktu sekolah, teman-temanku juga banyak yang menyukai alisku karena unik. Tentu saja aku semakin bangga. Sayangnya, semakin “terjerat” dalam dunia kecantikan, aku sadar bahwa enggak semua orang ikut bangga dengan tipe alisku ini.    



“Mata kamu bagus, besar dan kelopak matanya cantik. Tinggal rapihin aja ini alis, harus cukur ya,” ujar atasanku sambil menyapukan eyeshadow di kelopak mataku.

Sempat magang di sebuah perusahaan kosmetik memang menjadi bumerang untuk aku yang menyukai dunia kecantikan. Alisku yang nyambung disarankan oleh atasanku untuk dicukur. Lalu, bermunculan juga komentar negatif dari orang-orang yang mengatakan bahwa riasan mataku terlihat aneh karena alisku yang “berantakan".

“Everything looks good but your eyebrow,” ujar partner kerjaku di kantor saat ini. Dia juga memberikan saran yang sama dengan atasanku di tempat magang dulu, “Kamu seenggaknya rapihin deh alis kamu,” aku membalasnya dengan senyum dan berujar dalam hati, “Duh!”



Masih banyak celotehan negatif yang aku terima dari orang-orang namun terlalu panjang bila aku uraikan di sini. Walaupun becanda dan akhirnya menjadi bahan tawaan bersama, jujur saja aku cukup sakit hati dan kesal mendengarnya. Maksudku, memangnya kenapa kalau alisku nyambung? Toh banyak orang di luar sana yang alisnya sama denganku dan sukses berkarier, contohnya ya Frida Kahlo.

My life, my choice. Dalam hidup, banyak rintangan dan masalah yang harus dihadapi. Termasuk masalah sederhana dan sepele seperti ini. Bagiku, cara terbaik menghadapi orang-orang yang berkomentar negatif tentang alisku adalah untuk enggak mendengarkan omongan mereka dan fokus ke apa yang aku suka. Semoga dengan adanya kontribusiku di dunia kecantikan dapat memberikan pandangan lain terhadap orang-orang bahwa sebuah standar kecantikan bukan sesuatu yang harus selalu diikuti. My life, my eyebrow, my choice!


    


(vem/nda)