Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Apapun pilihan yang diambil, tetaplah selalu berpegang pada-Nya.
Saya lupa dari mana, tapi saya selalu ingat sebuah kutipan, bahwa hidup adalah kumpulan pilihan, mulai dari pilihan kecil, cukup besar sampai pilihan yang besar. Saya ingat pilihan besar pertama saya adalah waktu SMA untuk jurusan saat kuliah. Saat itu, saya tertarik sekali dengan manajemen dan bertekad untuk bisa mempelajarinya lebih banyak lagi. Saya beruntung sekali dibesarkan oleh orangtua yang toleran dan menghargai pilihan anak-anaknya. Atas pilihan tersebut, orangtua mendukung sepenuhnya. Dan sepertinya, pilihan ini sangat dirahmati oleh-Nya, sehingga saya berhasil masuk melalui jalur PMDK di universitas negeri, dan menjalani kehidupan perkuliahan seperti yang saya bayangkan ketika memilih jurusan tersebut.
Setelah lulus saya bekerja di sebuah perusahaan properti, dan sekitar 4 tahun setelah itu, saya kembali harus membuat keputusan besar, bertahan dengan kondisi harus ke luar kota atau keluar dari perusahaan tersebut. Saya mendiskusikannya dengan orangtua, dan orangtua saya tidak setuju mengenai itu, alasannya karena saya perempuan, mereka khawatir melepaskan saya sendirian. Sebenarnya terbersit untuk mencoba ke luar kota, namun karena orangtua terlihat sangat berat hati, saya memantapkan hati dan memilih untuk keluar dari pekerjaan tersebut. Saat itu sebenarnya saya ditawari untuk bekerja di sebuah bank dengan deskripsi pekerjaan yang kurang lebih sama dengan sebelumnya. Tapi karena saya sudah mengerti pekerjaan apa yang benar-benar ingin saya lakukan dan ternyata agak berbeda yang selama ini saya jalani, saya memilih untuk menolak kesempatan tersebut.
Kemudian saya sempat tidak bekerja cukup lama, bukan berarti tidak berusaha, hanya saja belum jalannya saya untuk bekerja kembali saat itu. Alhamdulillah tabungan saat itu cukup untuk membiayai keperluan saya dan membantu orangtua, seperti sudah dipersiapkan untuk menghadapi hal tersebut. Apakah sempat terbersit penyesalan karena menolak beberapa hal tersebut? Kadang-kadang muncul keinginan menyesalinya. Tapi sekali lagi, semuanya adalah pilihan yang sudah saya ambil, terlebih lagi pilihan tersebut direstui oleh-Nya, sehingga bisa saya jalani dan lewati.
Bersyukur sekali saya merasakan Tuhan selalu menuntun saya pada pilihan-pilihan yang baik, termasuk saat menolak tawaran-tawaran seperti pekerjaan terdahulu yang disayangkan oleh banyak orang. Waktu di rumah itu saya anggap sebagai pengganti waktu-waktu saya tidak bersama keluarga dan karena selama 4 tahun tersebut saya terlalu sibuk, pulang malam dan berangkat lagi keesokan paginya. Dengan menelaah hal-hal tersebut, dengan izin-Nya, saya memantapkan hati dan pikiran bahwa pilihan-pilihan yang sudah diambil adalah pilihan tepat dan keinginan untuk menyesali hal tersebut tidak ada lagi.
Sampai saat ini, saya masih dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Pilihan kecil kebanyakan, namun tidak menutup kesempatan saya akan membuat pilihan besar segera, mengenai keluar dari keluarga untuk hidup bersama orang lain, misalnya. Sejauh ini saya menikmati pilihan-pilihan saya tersebut, namun tak lupa selalu berdoa pada Tuhan agar pilihan tersebut selalu direstui dan diarahkan kepada hal baik. Bukankah hidup adalah tentang memilih?
- Setelah Rahimku Diangkat, Salahkah Bila Kuizinkan Suami Berpoligami?
- Saat Tuhan Memberi Air Mata, Itu Ujian Agar Kamu Lebih Kuat di Masa Depan
- Karena Dia Percaya Bahwa Tuhan Bukan Pemberi Harapan Palsu
- Wanita Mandiri Memang Harus Bertahan Hidup dengan Jerih Payah Sendiri
- Menghidupi Keluarga Tanpa Pekerjaan Tetap, Selalu Ada Cara Menjemput Rezeki