Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.
***
Perkenalkan nama saya Yessika Maria Siregar dan akan berbagi mengenai apa yang saya alami dan saya cintai. Tepatnya pada tahun 2009, saya lulus Diploma 3 Perpustakaan dan diterima kerja di STMIK Budidarma Medan sebagai pustakawan. Tetapi saya bingung di saat bersamaan saya juga ingin menjadi penyanyi.
Saya mengikuti audisi Indonesian Idol pada waktu itu dan rela panas-panasan tentunya untuk mengantre dari pagi sampai malam. Pada tahap awal saya lulus audisi dan senangnya minta ampun. Saya disuruh pulang untuk mengikuti audisi lagi dan latihan terus menerus. Tahap kedua saya pun lolos dan tahap ketiga seleksi inilah ada juri artisnya seperti Anang Hermansyah, Rossa dan Agnes Monica. Saya deg-degan, mungkin karena mau bertemu dengan artist papan atas. Nah, pas mau mendapatkan golden tiket saya harus gagal supaya lolos ke Jakarta.
Saya merasa down padahal sudah latihan di mana saja dan Tuhan telah menunjukkan jalannya bahwa profesi penyanyi bukanlah pilihan saya yang tepat. Saya harus bangkit untuk memikirkan profesi saya dan sesuai dengan jurusan saya, yaitu pustakawan. Keputusan saya sudah bulat dan berserah apa yang saya ambil dan impikan semoga Tuhan memberkati pekerjaan saya hingga tua nanti. Saya berusaha supaya profesi ini dapat membuat orang senang dengan melayani para pemustaka sebaik mungkin dan realita memang, secara tidak langsung rendahnya minat seseorang untuk menjadi seorang pustakawan merupakan suatu bukti bahwa profesi pustakawan masih dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, parahnya lagi bagi segelintir orang masih ada yang beranggapan pustakawan bukanlah sebuah profesi karena setiap orang bisa menjadi seorang pustakawan.
Dewasa ini masyarakat Indonesia sedikit banyak telah mengenal atau mengetahui perpustakaan dan pustakawan melalui media massa yang ditulis sebagai artikel atau berita biasa di radio dan televisi. Sekolah-sekolah perpustakaan pun telah banyak didirikan, dan seminar-seminar untuk peningkatan perpustakaan pun telah banyak diselenggarakan. Pustakawan boleh sedikit merasa bangga perjuangannya selama ini sudah mulai didengar dan diperhatikan. Menjadi seorang pustakawan bagi saya bila dlihat dari segi pengabdian ke masyarakat sebenarnya tidak jauh berbeda dengan profesi guru, polisi, dokter.
Sebagai gambaran saja, dalam dunia pendidikan tidak mungkin dapat dipisahkan dari yang namanya buku, bahkan ada pepatah yang mengatakan, “Buku adalah jendela dunia” atau "Baca buku buka dunia.” Sekarang bagaimana kita mendapatkan sebuah buku secara lengkap, jawabnya hanya dua, yaitu membeli dan meminjam. Mungkin bagi mereka yang berkantong tebal membeli merupakan sesuatu yang logis, tetapi bagi golongan menengah ke bawah membeli hanyalah sebuah mimpi, maka meminjam merupakan sebuah solusi.
Berbicara tentang meminjam buku, pasti tidak asing dengan yang namanya perpustakaan, di tempat inilah biasanya tersedia bermacam-macam jenis buku yang terletak secara terstruktur sesuai subyek di rak-rak yang telah tersedia, pertanyaannya sekarang apakah buku-buku tersebut bisa tertata sesuai subyek, bila tidak ada yang mengolah? Tentu tidak, karena di balik semua itu ada pustakawan-pustakawan yang senantiasa mengolah, merawat, hingga mengelola jajaran buku sehingga ketika ada pemustaka yang menginginkan buku tersebut sudah tersedia di rak. Bayangkan saja bila di perpustakaan tidak ada pustakawan seperti saya, mungkin banyak pemustaka yang jadi stres gara-gara mencari buku di antara ribuan tumpukan buku yang tersedia.
Selain dari segi pengabdian, profesi pustakawan juga bisa sejajar dengan guru, dosen, dan sebagainya. Bila dilihat dari segi pendapatan dan akhir-akhir ini sedang gencar UU tentang sertifikasi Pustakawan, dengan UU ini Pustakawan tidak perlu lagi was-was soal gaji. Dari segi peluang pun profesi pustakawan bisa dikatakan lebih menjanjikan, karena seperti kita tahu masih banyak instansi perpustakaan yang membutuhkan pustakawan, itu masih bertolak belakang dengan sedikitnya calon pustakawan, jadi bisa dipastikan bahwa menjadi pustakawan peluangnya lebih besar bila dibandingkan profesi lain, semisal guru dan sebagainya.
Melihat kenyataan di atas, seharusnya tidak ada lagi alasan profesi pustakawan dianaktirikan. Sekarang yang perlu dilakukan dunia kepustakawanan yaitu membangun lagi citra pustakawan di lingkungan masyarakat, sehingga ke depannya akan dijumpai seorang anak yang dari kecil memiliki cita-cita sebagai pustakawan. Dengan begitu saya dan teman-teman pustakawan lainnya akan beranggapan, “Jadi pustakawan, mengapa tidak?”
- Karena Dia Percaya Bahwa Tuhan Bukan Pemberi Harapan Palsu
- Wanita Mandiri Memang Harus Bertahan Hidup dengan Jerih Payah Sendiri
- Menghidupi Keluarga Tanpa Pekerjaan Tetap, Selalu Ada Cara Menjemput Rezeki
- Jangan Lupa Bersyukur Sebab Semua Akan Indah pada Waktunya
- Melepas Keinginan Merantau demi Orangtua, Ternyata Ini Memang yang Terbaik
(vem/nda)