Menikah Itu Mudah, yang Sulit adalah Berdamai dengan Perubahan Hidup

Fimela diperbarui 10 Apr 2018, 14:30 WIB

Hidup memang tentang pilihan. Setiap wanita pun berhak menentukan dan mengambil pilihannya sendiri dalam hidup. Seperti cerita sahabat Vemale yang disertakan dalam Lomba Menulis April 2018 My Life My Choice ini. Meski kadang membuat sebuah pilihan itu tak mudah, hidup justru bisa terasa lebih bermakna karenanya.

***

Perempuan dengan segala pilihan hidup dan konsekuensi yang telah dipilihnya adalah aku. Tepat di bulan Desember 2017 aku menerima ajakan dari laki-laki untuk menikah yang kini telah resmi menjadi suami. Dan pilihan yang paling dekat yang harus aku hadapi adalah memilih untuk resigndari pekerjaanku di salah satu kantor di Bogor dan memilih pindah ke Bekasi untuk satu atap dengan suami.

Alasannya jarak yang ditempuh setiap hari Bekasi-Bogor tidaklah cukup 3 jam untuk sampai di kantor tepat waktu. Jadi pilihan yang cukup berat untukku yang kita pun juga tahu bahwa mencari pekerjaan baru itu tidaklah mudah, apalagi dengan status baru yang kini sudah melekat bahwa statusku kini sudah menikah. Tapi aku percaya Tuhan tidak akan memberikan masalah di luar batas kemampuanku.

Aku percaya bahwa dalam hidup ini setiap orang memiliki masalah, dan pilihanku untuk menikah adalah membuka masalah-masalah lain yang pasti akan terjadi. Ucapan selamat datang pada gerbang kehidupan baru sudah terucap saat orang-orang menyalamiku di acara resepsi pernikahan, memberikan senyuman pada setiap undangan yang datang membuktikan bahwa aku telah siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi di hari-hari berikutnya. Menikah itu mudah, yang sulit adalah bertahan pada pilihan yang sudah kita buat untuk berumah tangga dengan dia yang sudah kita yakin pun pasti akan memiliki masalah. Pasti.

Ringannya setelah menikah bahwa segala sesuatu bisa dibagi dengan dia orang yang aku percaya untuk membagi kehidupan ini. Dia pernah bilang bahwa label baru yang telah disematkan pada statusku sebagai istri tidak menghentikan impianku selama itu baik. Jika bekerja kembali setelah menikah adalah menjadi pilihanku, dia mendukung sepenuhnya. Asalkan pekerjaan itu tidak mengganggu tanggung jawab sebagai istri. Dan jika suatu hari nanti diberikan kepercayaan untuk memiliki anak, itu tidak mengkerdilkan impian diri sendiri di atas impian bersama. Karena berdamai dengan kehidupan adalah cara kita sebagai manusia untuk selalu belajar atas masalah-masalah yang sudah dipersiapkan Tuhan agar kita menjadi manusia yang lebih kuat dari sebelumnya.

“Ini adalah keputusan yang terbesar yang pernah aku buat dalam hidup, tentang masa depan yang entah apapun yang akan terjadi aku percaya bahwa kita bisa melewati masalah bersama-sama, bersama kamu yang aku pilih menjadi teman dalam menjalani kehidupan.”

Karena dalam kenyataannya dalam pernikahan bukan tentang menenggelamkan mimpi-mimpi yang pernah diri sendiri bangun lantas mimpi itu harus dilupakan karena status menikah, tetapi dengan menikah justru ada orang yang telah kita pilih untuk mendengar dan mendukung agar apa yang menjadi keinginan itu supaya terwujud.

Jadi menikah bukan lagi alasan untuk tidak melanjutkan mimpi ya teman. My life is my choice, karena dalam setiap keputusan selalu menghadirkan pilihan-pilihan berikutnya jadi jadikan masalah sebagai tempat kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumya. Semoga.

(vem/nda)
What's On Fimela