Masa yang menyakitkan adalah saat menunggu. Kau harus dapat bertahan dengan semua kemungkinan dan percaya bahwa dia akan datang bila saatnya telah tiba. Aku telah menanti seseorang selama lebih dari 5 tahun, aku percaya bila dia akan datang pada saat yang sangat tepat. Dia adalah cinta pertamaku, cinta pertama di masa remajaku.
Seseorang mengatakan padaku, "Untuk apa mengharapkan orang yang tak akan kembali?" Benar, dia mungkin tak pernah kembali lagi padaku, besar kemungkinan dia tak akan kembali. Tapi apa yang dapat kuperbuat saat hatiku yang menunggunya? Aku tak ingin menunggu lama. Jujur aku telah muak dengan perasaan ini, teramat sangat. Namun melupakannya bukankah itu sangat kejam? Melupakannya sama saja dengan menghilangkan setiap kenangan manisku bersamanya. Di saat aku harus kehilangan sosok itu dalam hidupku, dia lah yang memelukku dan menggenggam tanganku dengan erat, ia tak pernah meninggalkanku sendiri.
Bulan berganti menjadi tahun, usiaku telah menginjak angka dewasa, hatiku masih tertutup menanti seseorang yang tak pasti. Entah karena tatapannya yang selalu menjanjikan atau senyumnya tak pernah habis akupun tak tahu, tapi aku jatuh cinta padanya, seseorang yang dapat membuat jantungku berdegup tak karuan walau hanya mendengar namanya. Bodoh memang, tapi inilah aku dengan kisah cinta yang terlalu flat. Aku berusaha menyakinkan diriku untuk mencoba membuka hati pada orang lain, tapi gagal. Usahaku tak sebesar itu, kisah cinta remajaku yang polos masih memenjarakan hatiku padanya.
Hatiku telah lama terkunci dan selembar kainnya tertinggal di sana, aku menantinya. Aku menantinya bahkan saat ia bersama dengan wanita lain, aku menantinya walau ia pergi jauh entah ke mana dan aku menantinya walau aku tahu bahwa ia takkan kembali. Mengikuti hati adalah pilihan terbaik untukku, "Salahkah bila diriku terlalu mencintaimu?" Menurutku sebaris lagu dari Fatin bukan lagi kata lebay yang terlalu klise saat kau jatuh cinta, rasa aneh yang dipikirkan orang bukanlah hal konyol untukmu.
Bertemu dengan orang lain, bertemu dengan cerita baru, aku juga pernah mengalaminya. Masa-masa di mana bukan aku yang mencintai tapi orang itu yang mencintaiku, sangat mencintaiku. Bodohnya aku yang masih terus memikirkannya, bayangan dirinya tak pernah jauh meninggalkanku.
Aku yang telah terjerat cinta pertama padanya, kini usiaku 19 tahun, sudah lebih dari 10 tahun kami saling mengenal, dan kurasa lebih dari 10 tahun aku menyukainya, rasa ini masih tertinggal, rasa ini tetap ada. Jika dapat kugambarkan dengan 100 balon, kupikir aku sudah meletuskan 86 balon. Masih ada 14 balon lagi yang sepertinya tak sanggup untuk kuletuskan, jadi aku membiarkannya.
Namun tak kusangka jika perasaan ini bertahan untuk waktu yang sangat lama. Cinta pertama, kuharap kau akan selalu bahagia dimanapun kau berada, pada siapapun kau bersandar. Kau dan aku tahu apa arti dari hidup, mengertilah walau sedikit. Kata mereka kau tak kan kembali, tapi aku percaya kau akan kembali, walau bukan sebagai kekasihku.
Kata orang tak selamanya cinta pertama itu berakhir indah, namun tak sedikit juga yang menerima manisnya cinta pertama. Cinta bukan hanya tentang menerima, memberi, mengikhlaskan ataupun berkorban, tapi cinta juga adalah tentang seberapa mampu kau menantinya dan seberapa kuat kau mempertahankannya, dia tak pernah memaksaku untuk menantinya tapi entah kenapa hatiku menginginkannya. Rasanya menyenangkan dan mendebarkan. Cepat kembali ke tanah air. Aku merindukanmu.
- Aku Memang Tomboy tapi Aku Masih Tetap Seorang Perempuan
- 5 Cara Berhenti Mengasihani Diri Sendiri Setelah Dicampakkan Pria
- 5 Kerugian Mencintai Seseorang yang Tak Pernah Bisa Dimiliki
- 5 Alasan Wanita Tetap Mencintai Pria yang Tak Pernah Bisa Dimilikinya
- 5 Efek Negatif Bertahan Terlalu Lama dalam Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
(vem/nda)