“Ning, dadi nak luh to harus kuat sing dadi manying nyemak gae!” Itulah pesan yang meme selalu sampaikan kepadaku sebagai anak perempuannya. Meme selalu menasihatiku bahwa menjadi perempuan itu haruslah kuat dan tidak boleh manja dalam mengambil pekerjaan. Perempuan memang identik dengan makhluk yang lemah lembut dan kerap dipandang lebih lemah ketimbang laki-laki. Namun, memetidaklah sependapat dengan hal ini. Menurutnya, perempuan harus mandiri dan pekerja keras sehingga tidak menjadi beban di keluarga.
Meme adalah perempuan Bali yang tegar dan kuat dalam menjalani hidup. Perempuan Bali memang dikenal sangat tangguh dan mandiri. Meme tidak pernah memilih-milih pekerjaan dan selalu ingin membantu bape dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Bape yang hanya sebagai tukang ojek cukup kewalahan dalam membiayai kebutuhan kami. Pekerjaan apapun meme ambil untuk meringankan beban bape sebagai kepala keluarga.
Dengan hanya bermodalkan ijazah SMP, meme mengawali kariernya dengan bekerja sebagai buruh tenun di sebuah pabrik di dekat rumahku. Meme sudah bekerja sebagai buruh tenun di pabrik itu selama 12 tahun, yaitu dari tahun 1995 – 2007. Meme pun terpaksa membawaku dan kakak ketika kami masih kecil ke pabrik bersamanya. Masih jelas di ingatanku, perjuangan meme sebagai seorang perempuan dan tentunya seorang ibu untuk selalu menjaga kami sebagai anak-anaknya dan memastikan kebutuhan kami terpenuhi. Bahkan, ketika meme mengandung adikku, memetetap bekerja dan tak pernah kenal lelah sedikit pun.
Setelah melahirkan adik, meme memutuskan untuk bekerja di rumah karena saat itu adik masih sangat kecil dan tidak ada yang menjaganya di rumah karena kami sebagai anak-anaknya harus sekolah dan bape juga harus bekerja. Sambil menjaga adik, meme menenun di rumah. Meme pun pernah memberikanku selembar kain tenun yang aku gunakan untuk mengikuti lomba mendongeng di sekolah dan aku sangat bangga dapat memberikan hasil untuknya walaupun hanya sebagai juara tiga.
Ongkos menenun memanglah tidak seberapa. Meme terkadang hanya mendapatkan uang seratus lima puluh ribu rupiah setiap lima belas hari tergantung dari berapa meter kain yang mampu ditenun. Namun, hal itu tidak membuatnya mengeluh dan berputus asa. Baginya, hidup itu adalah perjuangan dan kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Dengan hasil menenun yang kurang pasti, meme kerap menjadi tukang pembawa bahan bangunan ketika ada penduduk yang membeli bahan bangunan seperti pasir, batu, batu bata, keramik, dan lain sebagainya. Memejuga kerap menjadi buruh tani ketika ada yang sedang panen di sawah.
Ketika ada pekerjaan, meme tidak pernah melewatkannya. Baginya, hidup itu adalah bekerja karena kita tidak akan bisa hidup tanpa bekerja. Bekerja itu adalah pengabdian, mengabdi untuk keluarga. Kami sangat bangga mempunyai perempuan tangguh seperti meme. Meme mengajarkanku dan keluarga agar senantiasa bersyukur dan selalu berusaha tanpa memandang gender karena baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama untuk bertahan hidup.
- Kita Tak Bisa Hidup Hanya dengan Satu Cinta Saja
- Ketika Sahabat Menikah, Luaskan Hati untuk Tetap Mendoakan Kebahagiaannya
- Persahabatan Rusak karena Naksir Pria yang Sama? Duh, Jangan Kekanakan Deh!
- Dalam Persahabatan, Boleh Kok Marahan Tapi Habis Itu Kudu Ketawa Lagi
- Di Balik Canda Seorang Ayah, Ada Beban Berat yang Disembunyikannya Sendiri