Sulit untuk Menyampaikan Rindu Bila Batu Nisan Jadi Pembatasnya

Fimela Editor diperbarui 08 Sep 2021, 10:08 WIB

Aku rindu akan sentuhan tangannya yang membantuku dalam segala kesulitan. Juga merindu akan pelukan yang menghangatkanku di saat aku kedinginan. Pun nasihat-nasihatnya yang bijaksana saat aku berada dalam keputusasaan. Aku yakin ia tahu bahwa dirinya lah sosok yang teristimewa. Bersamanya, aku akan selalu mengungkapkan kebanggaanku akan dirinya yang gagah dan tampan. Tidak peduli jika seisi dunia tidak menyetujuinya. Namun, di duniaku, ayah adalah segalanya.

Hari-hariku selalu indah saat ia ada di sampingku. Ceritanya selalu menjadi hal yang selalu aku tunggu. Aku tidak pernah takut perihal bahaya, karena kharismanya mampu meluluhlantakkan segala ancaman. Siapa saja tahu bahwa ialah pahlawanku.

Dia selalu memiliki cara terhebat dalam menghadirkan senyumku, selalu berusaha menginspirasi hariku perihal mimpi-mimpi yang baru aku niatkan. Sosoknya tak pernah berhenti memberi banyak pelajaran berguna di dalam hidupku. Aku bahkan selalu kehabisan kata-kata dalam hal memujinya.

Dulu ayah dan aku berada dalam dunia yang sama. Namun, beberapa waktu yang terakhir, takdir mengubah segalanya. Aku tidak bisa marah, juga tidak pantas untuk kecewa. Aku hanya perlu ikhlas melepas semua kebiasaan yang ada. Tenanglah, ayah tak akan pernah tergantikan oleh siapapun di hati ini. Dirinya selalu ada di tempat terbaik dalam hatiku meski telah pergi.

Tapi maaf, aku tidak bisa berbohong untuk tidak bersedih. Aku tidak bisa menahan air mataku jika aku merindukanmu. Aku tidak mampu untuk langsung berdiri jika aku sedang terjatuh. Karena kehilanganmu telah mengubah seluruh hidupku.

 

Aku tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk mengunjungimu dan memelukmu. Hanya doa yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan segala rasaku. Aku berharap kau mendengar seluruh doa-doaku dari atas sana.

Aku merindu. Sungguh. Namun apalah dayaku jika kau telah lebih dahulu menyelesaikan tugasmu di dunia ini? Karena faktanya bukan jarak yang menjadi penghalang, namun batu nisan lah yang menjadi pembatas antara kau dan aku. Dan aku hanyalah anak yang mencoba menuangkan perasaannya lewat tulisan. Namun kurasa, tidak ada kata yang tepat untuk mewakili kesedihan seorang anak yang ditinggal pergi sang ayah ke surga.

(vem/nda)

What's On Fimela