Hai ladies, apa kabar? Kenalin nih nama aku Lina Marina Rohman, panggil saja Lina atau teman-temanku kadang memanggilku Suin alias super Iin, itu nama keren aku sewaktu kuliah dulu hehe, sekarang aku berusia 25 tahun, dan kebetulan aku menikah tanggal 2 September lalu dengan suamiku, Ilham yang sangat aku kagumi dan sayangi.
Aku bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman barang. Dia yang sekarang menjadi suamiku adalah atasanku yang suka memerintahku kapanpun dia mau, dan bisa dibilang dia sangat menyebalkan karena dia terbilang orang yang cerewet, misalkan saja ketika ada kesalahan input data pada komputer atau entri barang dia selalu menceramahiku dari pagi sampai sore, kebayang nggak tuh?
Sebelum aku bekerja di perusahaan ini, aku adalah wanita yang bebas, di mana pekerjaanku sebelumnya mendukungku untuk melakukan apapun yang aku mau tanpa adanya aturan-aturan yang baku yang seakan mengikatku. Namun aku keluar karena ada permasalahan internal dan sudahlah aku sudah tidak memikirkannya lagi.
Aku juga pernah kerja jadi call center dan ternyata cuma bertahan satu bulan saja, kebayang kan betapa aku benci dengan kultur perusahaannya? Tapi karena kebutuhan finansial yang mendesak it’s okay sekarang aku menurunkan egoku dan berkerja dengan membuang semua mimpi kebebasanku, ditambah usiaku yang waktu itu sudah 24 tahun dan menimbang sekarang susah cari kerjaan, finallyaku kerja di sini, di perusahaan yang mempertemukanku dengan suamiku.
Selama aku bekerja sebenarnya aku menyimpan rasa pada seseorang, yang diam-diam selama aku bekerja aku selalu memperhatikannya, dan tentunya bukan yang sekarang menjadi suamiku. Dia orang yang kutaksir bisa dikatakan ganteng, berpendidikan, dan yang paling istimewa dia sepertinya cocok dengan kepribadianku, tapi ya sudahlah karena dia sudah pindah kerjaan, dan aku takut suamiku cemburu jadi nggak bakalan diperpanjang lagi ceritanya hehe.
Waktu itu di awal tahun 2018, tiba-tiba dia dengan spontan mendekat dan mengobrol serius denganku, dan betapa terkejutnya aku dia mengucapkan kata-kata yang sebelumnya tabu didengar olehku, dia bilang, “Menikahlah denganku," dengan hati bak disambar petir waktu itu aku bingung mau menjawab apa dan harus bagaimana, sementara dia adalah atasanku sendiri. Setelah satu bulan aku mengabaikannya tanpa ada kepastian, akhirnya aku mengatakan ya, dan terlihat senyum bahagia di wajahnya.
Bukan keputusan yang tidak mendasar aku mengatakan ya, tapi aku sudah mengonsultasikan kepada teman-teman dekat dan keluargaku mengenai pernikahan ini, terlebih aku melihat sosok yang mandiri dan dia adalah seorang yatim piatu, sehingga aku tahu betul susahnya hidup mandiri tanpa orang tua, karena aku sendiri adalah seorang yatim. Finally aku akan menikahi seseorang yang tidak pernah aku pacari sebelumnya.
Dari prosesi lamaran sampai ke pernikahan, aku merasakan berbagai rintangan, dan kebetulan ketika kami berdua memutuskan untuk married, kami tidak mau ngerepotin keluarga, apalagi merepotkan masalah biaya. Sehingga kami buka tabungan bersama untuk biaya nikah nanti. Alhasil sebelum 1 bulan pernikahanku digelar kami berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp25 juta, itu juga selain tabungan bersama, kami membuka tabungan kami masing-masing.
Dan dilema yang menurutku tak kalah menarik sebelum aku mengumumkan akan menikah, mendadak mantanku dan orang-orang yang aku sukai sebelumnya menghubungiku, dan itu adalah salah satu beban terberat dalam hidupku, tapi ya sudahlah, aku sudah menganggap calon suamiku paling sempurna dibanding yang lainnya.
Kultur perusahaan membuatku sangat sulit untuk berbuat bebas, dan bahkan dalam seminggu cuma 1 hari aja liburnya, apalagi untuk persiapan pernikahan sampai gol nikahnya cuma dikasih 4 hari cuti, dan itupun aku sebagai seorang istri harus mengalah dengan peraturan yang ada bahwa pasangan suami istri tidak boleh bekerja di tempat yang sama.
Sepintas aku sedih sih dengan peraturan tersebut, karena aku pikir aku yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung keluarga yang menghidupi adik-adik dan ibuku tiba-tiba harus berhenti bekerja demi pernikahan, tapi ya sudahlah karena kau percaya rezekiku sudah diatur oleh yang di atas. Dan yang tidak kalah hebohnya aku harus mempersiapkan persiapan pernikahan seperti dekorasi, makanan, rias, foto, ke KUA, dan lain sebagainya dengan waktu yang singkat.
Akhirnya pernikahan pun terjadi, hari itu disambut dengan tangisan bahagia keluarga dan teman-teman dekatku walaupun dilakukan dengan sederhana, upacara pernikahan kami berlangsung dengan khidmat. Ada sekitar 1000 tamu undangan yang hadir dalam acara pernikahan kami, aku yang selalu bergaya tomboy dan tanpa make up, tiba-tiba menggunakan high heels dan make up yang tebal untuk riasan di wajahku, ditambah harus bersalaman dengan tamu undangan yang masih berjibaku sampai menjelang sore, dan ada hal menarik lagi ketika acara resepsi pernikahan sudah beres ajaibnya tamu-tamu masih berdatangan sampe malem, aku bergumam dalam hati please ini udah malem, nggak ngerti apa yang mau dilakukan sama pengantin baru? Maksudnya pengen istirahat gitu.
Begitulah drama seputar pernikahanku yang bisa dikatakan tidak biasa, karena perlu perjuangan ekstra, tidak lupa semoga kisahku bisa menginspirasi banyak orang yang membaca, terutama kamu jomblo-jomblo yang masih galau mikirin jodohmu. Tenang aja Allah sudah memberikan jodoh yang terbaik buatmu, mungkin belum dipertemukan saja, siapa tahu kamu berjodoh dengan orang yang tak terduga sepertiku. Well, jangan putus asa mengejar jodohmu.
- Balada Susah Sinyal di Tengah Repotnya Persiapan Nikah
- Disuruh Cepat-Cepat Menikah, Persiapan Jadi Serba Mendadak
- Ujian Terbesar Mempersiapkan Pernikahan Justru dari Orangtua Sendiri
- Saat Hampir Putus Asa, Jodoh Datang dengan Cara Terbaik-Nya
- Guyonan Berujung Lamaran, Menikah di Usia 22 Tahun dengan Budget Rp20 Juta