Review: Novel The God of Small Things - Arundhati Roy

Endah Wijayanti diperbarui 28 Sep 2018, 19:30 WIB

Judul: The God of Small Things

Penulis: Arundhati Roy

Penerjemah: Reni Indardini

Penyunting: Teguh Afandi, Yuli PritaniaFoto penulis: Guravi Gujarat

Foto sampul: Sanjeev Saith

Penata aksara: TBDCetakan ke-1, Juni 2018

Penerbit: Noura (PT. Mizan Publika)

Tidak ada yang berarti banyak.Tidak banyak yang benar-benar berarti.Hanya ada air mata di wajah Rahel dan Esthappen. Kehampaan dan keheningan menyayat batin keduanya. Dua saudara kembar itu berpelukan erat, saling menguatkan.

Terlalu banyak luka yang mengungkung hidup Rahel dan Esthappen. Peristiwa masa silam berkelindan dengan apa yang mereka hadapi kini, terus saja menggoreskan pilu. Semakin pedih ketika mereka menyadari telah menjadi bagian dari Yang Mahakecil, menantang Yang Mahabesar.Novel debut Arundhati Roy ini telah lama menjadi perbincangan internasional. Sensitivitas tema di tengah kondisi sosial budaya yang kaku, membuat novel ini disanjung sekaligus dihujat.

Novel ini pula yang mengantarkan Arundhati Roy sebagai pemenang Man Booker Prize 1997 dan menjadikannya sebagai salah satu penulis kenamaan dunia. Dengan diksi dan lapisan bahasa begitu indah, The God of Small Things menyuguhkan beragam gugatan sosial yang memikat.  ***

Pemenang Man Booker Prize One of Time's 5 Best Book New York Times Bestseller menjadi salah satu daya tarik novel The God of Small Things. Apa yang membuat novel ini bisa mendapat penghargaan bergengsi? Tapi di sisi lain novel ini pernah dihujat dan dilarang terbit di negaranya sendiri? Banyak isu yang diangkat di novel ini, mulai dari  gender, seksualitas, SARA, hingga sejumlah fakta sejarah dan budaya strata di India. Cerita dibuka dengan sebuah tragedi, kematian Sophie Mol. Ceita kemudian mengalir dengan alur maju dan mundur. Di kota Ayemenem, ada keluarga besar pengusaha yang membuat manisan buah dalam kemasan, Paradise Pickles & Preserves. Bisnis di bidang agrobisnis itu pun sangat sukses. Estha dan Rahel, si kembar ini baru bertemu kembali setelah 23 tahun berpisah. Ada sebuah misteri yang pernah terjdi saat mereka berusia 9 tahun. Saat itu usai pemakaman Sophie Mol, Ammu membawa Rahel dan Estha ke kantor polisi. Ammu membuat pengakuan yang cukup mengejutkan, ia mengatakan kalau dirinya lah yang membunuh Sophie Mol.Cerita berpusat pada keluarga pengusaha yang terhormat di Ayemenem tersebut.

Nenek Rahel yang buta, mamachi yang sering disakiti oleh suaminya sendiri. Kakek Estha dan Rahel yang bertemperamen keras, Papachi. Nenek-bibi Estha dan Rahel, adik dari Papachi. Lalu ada paman Rahel, Chackoo seorang lulusan Oxford yang di satu sisi menyuarakan kesetaraan tetap malah meniduri para pekerja wanitanya. Bibi Rahel, Baby Kochamma yang pindah agama setalah cinta pertamanya kandas. Ibu Rahel, Ammu yang mencintai seseorang dari kasta rendah dan memiliki hidup penuh derita karena suaminya sangat temperamen dan pemabuk. Pembantu keluarga Mamachi, Velutha yang menjadi figur ayah bayi Estha dan Rahel. Ayah Velutha, Vellya Paaperr yang sangat setia pada keluarga Mamachi. Putri Chacko dan Margaret Kochamma (saudara sepupu si kembar Estha dan Rahel), Sophie Mol.

Novel ini sangat detail menggambarkan keadaan India di masa lalu. Kehidupan patriarki di masyarakat India sangat kuat pun jadi isu yang butuh perhatian khusus. Perbedaan perlakuan orangtua kepada anak perempuan dan anak laki-laki, kekerasan dalam rumah tangga, dan bagaimana kondisi istri yang harus selalu patuh pada suami apapun kondisinya membuat novel ini terasa begitu faktual. Arundhati Roy menjalin cerita dengan membuat setiap karakternya dengan begitu solid. Masing-masing punya tragedi sendiri, memiliki rasa tidak aman dengan situasi yang dihadapi, hingga perasaan putus asa tidak bisa memenuhi setiap impiannya. Alur cerita yang tidak linear dengan dimensi waktu yang maju dan mundur memang membutuhkan kejelian dan kesabaran pembaca mengikuti peristiwa demi peristiwa. Hal-hal kecil mempengaruhi hal-hal besar. Sistem kasta, pernikahan, dan afiliasi politik menjadi isu-isu yang begitu sensitif tapi juga butuh perhatian khusus disuarakan dengan jalinan cerita yang kuat.

The God of Small Things, novel sastra yang akan memperkaya wawasan dan isu-isu penting yang membuat kita ikut merenungkannya. Ada kepedihan, rasa putus asa, dan rasa takut yang tak bisa dielakkan. Tapi setiap hal kecil, disadari atau tidak, bakal mempengaruhi hal-hal besar yang ada di sekitar kita.

 

(vem/nda)

What's On Fimela