Ingin Pernikahan yang Berkesan, Tetap Harus Memikirkan Anggaran

Fimela diperbarui 21 Sep 2018, 17:00 WIB

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Selasa (18/09) tepat tujuh bulan saya menjalin hubungan serius dengan calon istri saya bernama Hagainy Lahagu. Serius di sini memiliki makna yang mendalam: menikah. Kapan? Rencananya kami akan melangsungkan momen sakral itu tahun depan, 2019.

Tanggalnya tepat pada hari ulang tahunnya di bulan Agustus. Apabila dihitung mundur ke bulan ini, saya masih memiliki sebelas bulan untuk menyiapkan segalanya. Tung hitung menghitung, ternyata besaran target yang harus dikumpulkan mencapai angka yang fantastis bagi kami berdua, Rp50 juta.

Besar dan hampir membuat setiap hari kepala saya migrain. Apabila dirata-ratakan, dalam sebulan saya harus mengumpulkan pundi-pundi dengan nominal Rp4,5 juta. Saya adalah orang sederhana yang bekerja sebagai karyawan biasa di salah satu perusahaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.



Gaji yang diterima sebenarnya relatif cukup meski tak terlalu besar. Untuk itu, setiap bulan saya harus bisa menyisihkan uang untuk menuju ke kursi pelaminan. Saya merasa sangat beruntung menemukan sosok baik hati yang saya yakini akan menjadi istri dan ibu yang baik dari anak-anak kami kelak.

Wanita luar biasa bernama Hagainy ini selalu ada di samping saya. Memberikan saya semangat. Mendukung dan selalu mendoakan saya setiap saat. Persiapan yang kami lakukan dalam waktu dekat yaitu menyongsong momen tunangan yang rencananya akan dihelat pada bulan Desember tahun ini.

Kenapa dipilih pada bulan ke-12 ini? Karena di bulan akhir tahun ini juga merupakan bulan kelahiran saya. Kami berdua kerap kali sibuk mencari cincin tunangan melalui media sosial. Bingung dan tak bisa menyukai satu pilihan bentuk cincin. Bagi kami berdua semuanya bagus di mata.

Secara teknis, tunangan yang akan kami langsungkan akan digelar dengan cara sederhana juga. Kumpul dan makan bersama kedua belah pihak keluarga. Hagainy pun sudah menuliskan daftar anggota keluarga yang akan hadir di tunangan kami nanti. Lagi, dia sangat luar biasa dalam hal mempersiapkan.



Untuk tempat atau lokasi pernikahan, kami berdua kerap kali berkeliling di Kota Bogor. Ya, calon istri saya berdomisili di Bogor. Tak hanya melakukan survei ke beberapa tempat, kami berdua pun sering bertanya kepada teman kami tentang lokasi yang cocok digunakan untuk mengucap janji kami kelak.

Bahkan, kami berdua pun sudah memimpikan tentang dekorasi sederhana bernuansa alam saat kami menikah nanti. Nuansa bambu dan kayu serta rerumputan menjadi impian dalam benak kami. Namun, kami pun berencana melakukan konvoi anti mainstream. Kami akan naik sepeda motor berdua menggunakan pakaian pernikahan ditemani sejumlah komunitas sepeda motor yang ada di Kota Bogor.

Kami berdua pun rutin melakukan komunikasi dengan orangtua. Bertanya dan meminta saran kepada mereka terkait ide kami. Apakah boleh, atau tidak boleh? Maklum, ide-ide kami berdua dianggap aneh oleh mereka. Padahal, di lain sisi kami ingin melangsungkan pernikahan dalam cara yang berbeda, namun tetap berkesan.

Di balik itu semua, yang menempati nomor wahid tetap anggaran. Kami berdua berjibaku memenuhi kebutuhan itu. Karena segala persiapan yang kami lakukan tak akan jauh dari kebutuhan dana.

Kami berdua saling mencintai dan menyayangi. Bagi kami, menikah tak sebatas hidup bersama semata namun juga saling membangun dan memberi dampak positif bagi seluruh anggota keluarga dan orang lain. Semoga, apa yang menjadi impian kami berdua dapat terwujud indah pada waktunya. Amin.





(vem/nda)