*Based on a true story.
Aku memang wanita muda, mereka yang seusiku mungkin saja akan menjadi seorang ‘peminta’ bila menjadi kekasihmu. Meskipun aku seorang wanita yang populer di kampus negeri ternama di Kota Kembang (Bandung), dengan segudang prestasi, tetapi aku hanya wanita muda yang kelak akan menjadi seorang istri dan ibu yang sederhana. Jadi, kau tak perlu membelikanku apa-apa, aku akan tetap menjadi kekasih setiamu, bahkan bila takdir-Nya mengizinkan kita dalam pernikahan.
Kala itu, ibumu sangat bahagia, karena kamu diterima di kampus top di Kota Bandung. Hingga saat itu kamu bercerita panjang lebar tentang keinginanmu dan keinginan orangtuamu yang tak memiliki titik temu yang harmoni. Kamu pun lulus dengan predikat Cum Laude, ya, sesuai dengan harapan orangtuamu, kamu akhirnya lolos menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) meski sejujurnya kamu lebih suka berbisnis.
Kamu pun akhirnya melamarku. Ya, akhirnya kita menikah. Kamu memilih jalan untuk keluar dari status PNS-mu dan akhirnya kelurgamu menyalahkanku karena mengira akulah yang telah mempengaruhimu. Aku tak dendam. Kamu pun mulai mengajakku ‘keluar dari pondok mertua indah’. Kamu selalu memberiku nasihat bahwa, pasangan pengantin memang harus mandiri, tak boleh tinggal serumah dengan mertua, karena akan menjadi percikan api yang kelak akan menyala-nyala. Meskipun tinggal di rumah orangtua, kita mendapat segala fasilitas ‘wah’, hidup mandiri rasanya lebih baik bagi kita.
Aku bahagia meskipun kita tinggal di rumah petak kontrakan, kita saat itu mulai membuka bisnis produksi kulit hewan untuk bahan tas dan sepatu. Suamiku, ingatkah saat itu kala kita dibentak oleh pemilik kontrakan? Dimarahi tetangga? Hanya karena kulit yang kita produksi berbau sengat, ya mungkin bagi mereka itu bau busuk karena mereka tak terbiasa seperti kita. Aku pun tersenyum saat mengingat hal itu. Kita akhirnya terpaksa pindah, ooh tidak, tepatnya kita disuruh pindah oleh mereka.
Kerja keras kita membuahkan hasil. 10 tahun berlalu, kita memiliki semuanya, pabrik pengolahan kulit, rumah megah, mobil mewah, serta puluhan karyawan. Tetapi, saat itu, kita belum dikaruniai buah hati. Setiap malam aku menagis, karena memikirkan ucapan ibumu yang menyayat hati. Awalnya aku selalu tak jujur padamu tentang tangisku di setiap malam, aku hanya berkata kepadamu, "Aku baik-baik saja, aku hanya rindu keluarga."
Ibumu memintaku untuk meninggalkanmu. Beliau berkata aku hanyalah wanita mandul yang tak berguna, aku bertahan denganmu karena hartamu. Tetapi itu sungguh tidak benar, sedari dulu aku hanya sosok wanita sederhana, aku tidak gila harta atau tahta, dalam hidupku, aku hanya butuh pria baik yang bertanggungjawab terhadap keluarga. Tetapi, ibumu selalu merisaukanku melalui pesan singkat yang intens dia kirim kepadaku. Hingga aku tak tahan lagi, aku memilih mundur. Kamu tak tahan karena selalu melihat ibu bertengkar denganku. Itu normal, bila kamu membela ibumu. Aku takkan pernah dendam.
Maha Besar Tuhan dengan segala kuasa-Nya. Berselang dua tahun pernikahan barumu, kamu tak pula dikaruniani sang buah hati, pasangan hidupmu saat itu memang sangat kaya raya, sepadan dengan keluargamu, bila dibandingkan dengan aku yang berasal dari keluarga yang sederhana. Pasanganmu mampu mengelurkan uang hingga puluhan juta untuk proses kehamilan, tetapi akhirnya semua tahu, ternyata bukan aku yang mandul, tetapi kamu. Kamu saat itu amat terluka karena harus bercerai untuk kedua kalinya, kamu dan keluargamu meminta maaf, ya inilah aku dengan segala kesederhanaanku, aku memaafkanmu dan keluargamu.
Kuasa Tuhan akhirnya membuat kita bersatu dalam ikatan pernikahan yang baru. Percayalah suamiku, aku akan tetap setia meskipun hari ini kamu dalam keadaan stroke di usia senjamu. Hartamu mulai tergerogoti untuk upaya penyembuhanmu. Tak apa bagiku, karena sungguh cintaku bukan untuk harta dan tahta, tetapi kamu adalah hartaku yang paling berharga.
- Please, Jangan Memaksa Minta Diundang Kalau Ternyata Tidak Datang!
- Lika-Liku Menuju Pernikahanku: Mama Nekat Utang dari Bank demi Ambisinya
- Banyak Tantangan Jelang Nikah, Seperti Muncul Rasa Tak Yakin pada Pasangan
- Calon Suami Masih Simpan Foto Mantan, Cemburu Hampir Merusak Rencana Nikah
- Menjaga Ibu dari Rasa Kesepiannya dan Mengusir Rasa Takutnya