Dua Minggu Kenalan Langsung Ngajak Nikah, Kupikir Dia Sopir Tapi Ternyata..

Fimela diperbarui 17 Sep 2018, 13:00 WIB

Diawali dengan ajakan seorang teman untuk bekerja di sebuah perusahaan di kawasan Jakarta Timur. Mengawali pertemuanku dengan suamiku sekarang. Saat itu kupikir dia seorang sopir pribadi para bos-bosku, sementara aku menjabat sebagai seorang sekretaris. Aku sering menyuruhnya untuk mengantarku membeli keperluan kantor, seringnya berbincang-bincang. Pada akhirnya kami dekat, padahal kepribadian kami bagai langit dan bumi. Saya tipikal wanita mandiri, tangguh dan maskulin, berbanding terbalik dengan dia pria yang klimis, rapi, wangi, dan super bersih.

Yang menarik adalah ketika perkenalan kami yang hanya dua minggu membuatnya langsung yakin saya yang akan dia nikahi. Tanpa lambat kata diapun menyatakan keseriusannya untuk segera menemui keluarga saya untuk melamar saya, padahal perkenalan kami cukup singkat. Dua minggu perkenalan tanpa ada status pacaran atau apapun, katakanlah ini salah satu bentuk ta'aruf zaman milenial.



Saya cukup terkejut dan merasa belum siap untuk secepat itu menerima seorang laki-laki, di mana saat itu saya pun sudah menjalani hubungan yang pasang surut selama 3 tahun dengan mantan pacar saya. Saya hanya menjalani salat istikharah dan meminta petunjuk siapa yang harus saya pilih untuk imam saya di masa depan. Akhirnya petunjuk itu mulai terlihat kepada dia yang baru saya kenal, dan belum terlalu tau kisah sebelumnya seperti apa.

Saya pun sudah mengambil keputusan untuk menanggapi serius permintaannya. Barulah dia mulai cerita siapa dia sebenarnya, ternyata dia jajaran direksi salah satu kantor kami. Cara dia yang terlihat low profile dan kepribadiannya yang bertolak belakang dari saya membuat saya jatuh cinta.

Saya merasa saat itu mantan saya yang lebih cocok mendampingi saya karena kami sama-sama suka dunia outdoor, ternyata Tuhan lebih tahu siapa yang lebih cocok untuk melengkapi saya, saya yang cuek, tomboy, maskulin, dan lebih suka dunia outdoor mendapatkan lelaki yang lebih suka merawat diri, menjaga penampilan, dan jauh dari dunia outdoor.



Bapak mertua meminta kami untuk menikah sebulan kemudian, tapi kami masih meminta waktu untuk mengurus semuanya, akhirnya lamaran dilakukan 4 bulan setelah perkenalan kami, dan pernikahan berlangsung sebulan setelahnya. Setelah menjadi suami semakin mengenal kepribadiannya secara langsung. Istilahnya baru merasakan pacaran setelah menikah, bagaimana dia yang super rapi bertemu dengan istri yang cuek dan cenderung lebih kelaki-lakian. Haha.



Akhirnya membuktikan semuanya sekarang saya hamil, hanya berselang dua bulan setelah menikah kami mendapatkan karunia ini. Dis ela-sela saya masih belajar bagaimana menjadi seorang istri dan seorang “wanita”, sekarang harus belajar lagi menjadi seorang ibu. Betapa nikmatnya menjadi seorang istri yang mempunyai seorang suami yang super bersih.

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

(vem/nda)
What's On Fimela