Pengalaman Mengurus Pernikahan dengan Calon Suami Tentara

Fimela diperbarui 14 Sep 2018, 11:15 WIB

Lagi sibuk menyiapkan pernikahan? Atau mungkin punya pengalaman tak terlupakan ketika menyiapkan pernikahan? Serba-serbi mempersiapkan pernikahan memang selalu memberi kesan dan pengalaman yang tak terlupakan, seperti tulisan sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #Bridezilla ini.

***

Pernikahan? Bagiku pernikahan adalah suatu momok yang sangat menakutkan bagiku, menyatunya dua insan, bergabungnya dua jenis manusia dengan watak dan pemikiran yang berbeda hingga bersatunya dua keluarga besar dengan kehidupan yang berbeda. Hingga pada akhirnya aku bertemu dengan seorang pria.

Ia sosok yang bisa dibilang incaran semua wanita. Ya dengan postur tubuh yang tinggi, atletis, dengan kulit yang tidak hitam maupun putih. Pekerjaan yang bisa dianggap berat mempertaruhkan nyawa demi kesatuan negara Indonesia.

Aku mulai menjalin hubungan dengannya sejak 5 tahun belakangan. Hubungan yang indah namun penuh tantangan yang kita lewati, hubungan kami pun cukup dengan kondisi yang bisa dibilang LDR. Hingga pada saatnya tiba aku dan dia harus LDR lebih jauh lagi dipisahkan jarak beribu-ribu kilometernya aku di Kalimantan dan dia di ujung negara tepatnya di Papua. Namun sebelum waktu satgas itu tiba, ia berjanji padaku untuk mengikatku dalam sebuah pertunangan dan segera menuju ke pernikahan setelah satgas.



Hingga pada harinya tiba 2 hari sebelum keberangkatannya ke Papua, ia bersama keluarga besarnya datang ke rumahku. Jujur aku merasakan ketakutan yang sangat mendalam saat itu. Pernikahan yang sangat aku takutkan akan datang ke hadapanku berapa bulan ke depannya. Namun mungkin karena dia tahu apa yang aku rasakan dia memegang tanganku dengan erat sambil berkata, “Tenang apapun yang terjadi, aku selalu di sampingmu bukan di depanmu ataupun di belakangmu kita jalani ini bersama.” Entah kenapa katanya itu bisa langsung mencairkan hatiku yang membeku karena ketakutan.

Kami pun mulai membahas masalah inti dari sebuah pernikahan, tanggal, dekor, undangan, makanan, dan masalah nikah kantor. Ada satu hal yang membuatku sedikit sedih karena kami belum bisa menentukan tanggal pernikahan kami karena kami masih belum tahu jadwal kepulangan satgas dia kapan.

Dua hari kemudian aku pergi ke pelabuhan mengantarkannya berjuang demi negara ini, mendoakan yang terbaik untuknya. Sembilan bulan kujalani waktu sendirian tanpanya sambil mengurus pernikahan ini. Ya aku sudah mulai datang dan bergerilya dari satu hotel ke satu hotel yang lain mulai menanyakan ballroom, dan wedding package.



Tepatnya bulan lalu ia berkata kepadaku akan pulang saat itu, dan saat itu juga aku harus berlomba dengan waktu bersiasat agar segera bisa menentukan tanggal pernikahanku. Tanggal sudah kutentukan, pria yang akan kunikahi pun sudah di depan mataku.

Kami pun mulai mengurus masalah nikah kantor kami, SKCK, surat kesanggupan sebagai istri, foto dengan berbagai macam ukuran. Berhubung calon suamiku adalah tentara, langkah pertama yang harus aku lakukan menyerahkan SKBD ke kodim, setelah SKBD kami lolos tahap selanjutnya aku pun pergi ke batalyon untuk melanjutkan perjuangan kami.

Melengkapi semua persyaratan satu demi satu, foto kopi ini itu menyiapkan berkas dan menyalinnya menjadi tujuh rangkap. Setelah selesai dari batalyon pun kami melanjutkan perjalanan kami, menuju korem yang letak kotanya juga berbeda. Kami berdua pun berkendara dengan sepeda motornya menuju kota tujuan kami, menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam ke kota tujuan, menyelesaikan semua persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa melanjutkan ke tahapan selanjutnya.



Tahap demi tahap kami lalui, suka dan duka dijalani, salah mengisi form lalu harus menulis ulang, menunggu atasan calon suamiku dari pagi sampai sore, berkunjung ke satu per satu rumah di dalam batalyon untuk perkenalan. Tentunya mengurus nikah kantor sambil mengurus acara pernikahan kami nantinya via telepon.

Kami sengaja tidak menggunakan jasa WO untuk pernikahan kami, karena kami ingin merasakan indah dan nikmatnya mengurus pernikahan sendiri. Undangan pun kami hanya mendesain sesederhana mungkin bagi kami keindahan dalam sebuah undangan itu tak akan berarti tanpa adanya doa dari teman-teman kami yang akan datang nantinya.



Souvenir yang kami berikan pun cukup sederhana namun bagi kami cukup bermanfaat untuk digunakan di rumah, yaitu sebuah lilin. Karena kami ingin hubungan kami seperti lilin hangat, penerang, dan indah, kami ingin membagikan apa yang kami rasakan tentang lilin kepada teman kami yang datang.

Mengenai makanan kami sudah mempercayakan makanan kepada hotel tempat acara pernikahan kami. Acara kami pun cukup sederhana, tak ada resepsi yang mewah hanya ada makan siang bersama keluarga besar kami berdua dan teman-teman sesudah akad itulah impian kami berdua.

Tak terasa pernikahan kami akan kami langsungkan sebentar lagi dengan laki-laki yang mengajarkanku tentang arti pernikahan yang sesungguhnya, lelaki yang selalu mengajarkan aku tentang arti hidup dan bersabar, semoga doa dan apa yang kita lakukan selalu dalam lindungan dan kebahagiaan, amin.

(vem/nda)
What's On Fimela