Ada pepatah mengatakan “Apapun yang tengah kamu hadapi, percaya bahwa Tuhan akan memberi jalan keluarnya, bahkan dengan cara yang tak pernah kamu bayangkan." Pepatah itu seakan mengingatkanku pada suatu kejadian. Kala itu aku baru saja lulus dari bangku SMA dan aku bersyukur dapat diterima di salah satu perguruan tinggi di kotaku. Aku sangat senang dan bersemangat untuk kuliah. Aku saat itu sangat berharap akan mempunyai banyak cerita yang indah pada saat kuliah. Namun hal itu sirna begitu saja saat musibah datang melandaku.
Awal masuk kuliah aku mempunyai beberapa teman yang menyenangkan. Mereka semua mempunyai karakter yang berbeda-beda. Aku pada awalnya tidak menyangka bahwa aku bisa berteman dengan mereka. Semua orang takjub dengan pertemanan kami. Hari demi hari kami lewati dengan baik dan hingga pada akhirnya, ada suatu kejadian yang tak terduga menimpa diriku.
Entah mengapa, mereka semua tiba-tiba saja menjauhi diriku. Aku merasa dicampakkan, terasingkan, terbuang, dan seperti sampah. Hal itu membuat aku sedih karena orang yang sudah aku percaya ternyata berbuat seperti itu. Aku benar-benar kecewa dengan sikap mereka, hatiku sangat hancur. Ingin rasanya aku memutar waktuku untuk kembali ke zaman SMA. Aku membenci masa-masa kuliahku, ingin rasanya aku mati saja. Sebegitu hancur dan stresnya aku karena sikap mereka yang seperti itu kepadaku. Akibat kejadian itu, hari-hariku terasa suram, selalu ada tangisan di setiap harinya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku benar-benar sendiri. Hari-hariku serasa hambar, tidak ada yang menyenangkan. Hingga pada suatu hari, ada dua teman kuliah yang menghampiriku. Mereka adalah temanku semasa SD. Hubungan kami sempat terputus karena setelah lulus dari bangku SD, sudah tidak pernah lagi satu sekolah. Namun, takdir berkata lain, pada saat kuliah kami dipertemukan kembali setelah sekian lama. Mereka hadir di saat yang tepat. Mereka menyadari keadaanku yang sangat buruk. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung menceritakan semuanya, apa yang sedang aku alami saat itu. Tangisan pun langsung pecah begitu saja, tak kuasa aku menahannya.
Dua temanku sangat terkejut mendengar ceritaku. Mereka bahkan tak menyangka bahwa kejadian seperti itu bisa menimpa diriku dan dilakukan oleh orang-orang itu. Mendengar cerita tersebut, mereka merasa kasihan kepadaku. Hingga pada akhirnya, mereka memberi saran supaya aku segera bangkit dan anggap saja masalah itu tidak pernah ada. Mereka juga sangat siap menemaniku setiap saat. Aku sangat terharu mendengar perkataan mereka, ternyata masih ada yang mau berteman denganku. Benar adanya, bahwa Tuhan tidak akan pernah memberi masalah di luar batas kemampuan seorang hamba-Nya.
Pada awalnya aku takut bahwa rasa kepercayaanku akan dikhianati lagi, namun ternyata hal itu berbeda. Kehadiran mereka sangatlah membuat hari-hariku lebih berwarna lagi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaanku ke depannya bila tidak ada mereka.
Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka. Hadirnya mereka di kehidupanku adalah sebuah anugerah yang tidak pernah terduga, mereka seperti pahlawan yang sangat menakjubkan. Mereka sudah kuanggap sebagai keluarga sendiri. Semua masalah yang ada terkait percintaan, kuliah, keluarga, dan apapun itu serasa selesai bila dibicarakan dengan mereka semua.
Terima kasih Tuhan, Engkau telah menghadirkan mereka di kehidupanku hingga akhirnya aku bisa kembali seperti dahulu bahkan menjadi lebih baik lagi. Tuhan, satu pintaku berikanlah pertemanan ini bisa tetap terjalin hingga maut yang memisahkan, amin.
- Stres dan Berantem Lumrah Dialami Pasangan yang Mau Menikah
- Bolak-Balik Dijodohkan Tapi Kalau Belum Sreg di Hati, Mau Gimana Lagi?
- Di Balik Capeknya Mempersiapkan Pernikahan, Ada Hati yang Sedang Dikuatkan
- Indahnya Hari Pernikahan Bukan Terletak pada Kemewahannya Semata
- Usia Belum 20 Tahun, Terpaksa Menerima Perjodohan karena Masalah Ekonomi
(vem/nda)