Setelah melalui serangkaian acara, yaitu roadshow ke lebih dari 20 universitas di Indonesia serta babak seleksi, Kino Youth Innovator (KYIA) 2018 sampai kepada puncaknya, yaitu tahapan grand final. Tahapan seleksi yang dibuka sejak bulan Mei hingga Juni 2017, berhasil mengumpulkan 327 proposal yang berasal dari 39 universitas di seluruh Indonesia.
Dari proposal yang terkumpul, diseleksi 10 proposal untuk maju ke babak Grand Final, dan hasilnya KYIA 2018 ini dimenangkan oleh Hibar Syahrul Gafur, perwakilan dari Institut Teknologi Bandung.
Di tahun ketiga ini, KYIA 2018, berhasil mengumpulkan 327 proposal dari 39 universitas. Dari proposal tersebut, terpilihlah 10 finalis dari 9 universitas yang masuk ke dalam babak final, yaitu perwakilan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas.Makasar, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dan Universitas Brawijaya.
Kesepuluh finalis ini mengikuti tahapan final defense challenge yang diadakan pada 28-30 Agustus 2018. Pada tahap ini, finalis harus mempresentasikan dan mempertahankan ide inovasinya di hadapan para juri yang berpengalaman, yaitu Dr.Pepey Riawati Kurnia, MM, coordinator of PDMA (Product Development Management Association), serta perwakilan Research and Development serta Product Innovation PT. Kino Indonesia,Tbk, yaitu Setiawan Wijaya, M.Eng dan Lulu Kumala Dewi, ST, MM.
“Kami sangat kagum atas ide-ide inovasi yang disubmit oleh para mahasiswa. Semuanya out of the box dan secara lugas mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia, sesuai dengan tema tahun ini yaitu Empower Life Through Nature,” cerita Budi.Budi Santoso, Product Innovation Director PT. Kino Indonesia, Tbk.
Penilaian juri terdiri dari beberapa aspek yaitu Originality dengan bobot 20%, dimana inovasi yang disampaikan belum ada di pasar atau memiliki diferensiasi yang tinggi dengan produk sejenis di pasaran; Effectiveness dan problem solving dengan bobot 35%, yaitu bagaimana inovasi dapat memberikan manfaat serta efektif menjadi solusi bagi kebutuhan masyarakat secara luas; Feasibility dan Sustainability dengan bobot 30%, adalah bagaimana produk inovasi dapat bertahan dan berkesinambungan; serta Presentation values dengan bobot 15% adalah bagaimana peserta menyampaikan idenya dengan menarik.
“Effectiveness dan problem solving mendapat porsi yang lebih besar, karena di situlah makna inovasi. Inovasi bukanlah hanya sekedar menciptakan hal- hal baru, namun juga bagaimana ia menjawab kebutuhan pasar. Inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, akan berhasil, namun yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar akan dilupakan,” jelas Budi.
“Saya sangat senang dengan apa yang saya raih. Kompetisinya tidak mudah, namun saya yakin bahwa inovasi produk yang saya ciptakan ini memiliki manfaat yang cukup besar di dunia kesehatan, terutama bagi para wanita. Oleh karenanya, saya berharap, ke depannya PT. Kino Indonesia, Tbk dapat mewujudkan produk ini,” ucap Hibar Syahrul Gafur, pemenang pertama KYIA 2018.
Ide inovasi dari para pemenang akan dikaji, dieksplorasi, serta dipersiapkan lebih matang, sehingga ke depannya dapat diadaptasi menjadi salah satu produk Kino. “Sesuai value glocal (global to local) yang dianut Kino, ide-ide anak bangsa yang menggunakan bahan-bahan lokal sangat kami apresiasi dan berpotensi besar untuk dikembangkan,” cerita Budi.
Setelah berbagai penilaian yang dijalani oleh para peserta, ditetapkan 3 pemenang utama dan dua pemenang harapan, di antaranya adalah:
• Juara 1: Institut Teknologi Bandung, yang diwakili oleh Hibar Syahrul Gafur.
• Juara 2: Universitas Indonesia, yang diwakili oleh Kenny Anderson dan Joey Irvine Julianto
• Juara 3: Institut Pertanian Bogor, yang diwakili oleh Fatimah Azzahra dan Ayu Luthfiani Syifa
• Juara Harapan 1: Universitas Kristen Satya Wacana, yang diwakili Yoga Andika Putra dan I Gede Kesha Aditya
• Juara Harapan 2: Universitas Gajah Mada, dengan perwakilan Abdurrahman Wachid Shaffar dan Aya Shofia.