Mengorbankan sedikit waktu kita untuk berbagi bisa membuat hidup jadi terasa lebih bermakna. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini.
***
Saya adalah seorang remaja perempuan berusia 19 tahun yang sedang berkuliah di salah satu perguruan tinggi. Pengalaman saya dimulai ketika saya memutuskan masuk ke dalam program “Community Service“ yang ada di kampus saya. Community Service sendiri merupakan sebuah komunitas di bawah sebuah organisasi yang membantu mengajar anak-anak yang kurang mampu.
Terdapat 6 pos mengajar yang disediakan kampus untuk tempat kami mengajar. Awalnya saya ragu jika saya bisa menjadi seorang pengajar yang baik bagi anak-anak nantinya. Namun pada akhirnya saya menyanggupi menjadi seorang pengajar karena selain saya menyukai anak-anak, saya juga ingin berbagi pengetahuan saya kepada mereka.
Kebetulan saya mendapat tugas untuk mengajar di salah satu tempat di daerah Tangerang. Pertama kali saya terjun ke lapangan, saya merasa sedih. Tempat yang saya datangi ini bagi saya tidak layak untuk belajar. Ruangan yang sempit diisi oleh sekitar 20 anak dengan 1 guru.
Ruangannya tertutup menyebabkan udara tidak dapat masuk. Papan tulisnya kecil sehingga hanya mampu menulis beberapa kalimat saja. Terdapat rak buku kecil di sudut ruangan, namun tidak ada buku di sana. Mirisnya, tidak ada ruang lebih untuk sekadar lewat, pasti salah satu harus dipindahkan agar agar seseorang bisa lewat. Saya juga miris melihat anak-anak ini memakai pakaian seadanya dan juga sandal. Mereka hanya memiliki 1 buku tulis dan pensil untuk mencatat pelajaran. Anak-anak di sini berumur sekitar 4-6 tahun. Ada yang sudah lancar menulis huruf dan berhitung pertambahan, bahkan perkalian, tetapi ada juga yang bahkan untuk sekadar menulis abjad saja masih sulit.
Saya begitu tersentuh ketika melihat anak-anak yang saya ajar begitu antusias. Mereka aktif bertanya dan sangat cepat dalam mengikuti arahan dari saya. Saya sering mengajar anak-anak yang belum bisa menulis huruf. Seringkali mereka kebingungan dalam menyalin huruf-huruf tersebut. Saya membantu memegang tangan mereka dan bersama-sama membentuk abjad di buku tulis mereka.
Mereka sangat pintar karena saya hanya mengajari mereka 2-3 kali, mereka sudah bisa menulis abjad sendiri walaupun masih perlu beberapa kali latihan agar dapat menulis berbagai abjad dengan sempurna. Beberapa anak yang sudah bisa pertambahan, saya ajari mereka berhitung bersama menggunakan jari mereka. Saya juga ajari mereka membaca walaupun sampai saat ini mereka hanya bisa membaca 1 suku kata saja. Biasanya setelah kami belajar membaca, menulis, berhitung, kami akan bernyanyi. Biasanya lagu yang kami nyanyikan yaitu lagu ABC. Setelah bernyanyi kami akan bersama-sama mengucapkan Pancasila.
Walaupun mereka harus belajar dengan kondisi yang menurut saya memprihatinkan, saya salut akan sikap mereka. Mereka mengerti sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Mereka selalu memberikan salam dan mencium tangan saya dan para pengajar yang lain ketika akan pulang. Mereka akan mengucapkan kata “tolong“ ketika mereka butuh bantuan saya atau pengajar yang lain. Mereka juga akan mengucapkan kata “terima kasih“ ketika mereka mendapat sesuatu atau mendapat pertolongan dari saya atau para pengajar yang lain.
Anak-anak ini juga penurut. Pernah suatu kali dua orang anak berkelahi saat sedang bermain bersama. Salah satu anak menangis. Saya memanggil seluruh anak untuk datang kepada saya. Saya menasihati mereka untuk tidak berkelahi dengan teman karena mereka bisa terluka. Saya tersentuh ketika salah satu anak yang berkelahi tadi mau meminta maaf kepada anak yang menangis. Walaupun mereka masih kecil, namun mereka mau mendengarkan nasihat saya.
Saya merasa bersama anak-anak ini saya merasakan bahwa menjadi seorang pahlawan tidak harus terjun ke medan perang dan berdiri di barisan terdepan untuk melindungi bangsa dan negara. Sebagai remaja dan seorang perempuan, saya merasa bahwa saya harus melakukan hal-hal yang dapat membuat perubahan lebih baik bagi bangsa dan negara.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menjadi “pahlawan“ bagi negara. Mengajar anak-anak yang kurang mampu adalah cara saya berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara juga bentuk pengorbanan saya. Bersama anak-anak ini saya juga bersyukur bahwa saya masih mendapatkan pendidikan yang layak. Bersama anak-anak ini saya merasakan waktu saya menjadi lebih berharga. Bersama anak-anak ini saya menemukan bahwa Indonesia masih membutuhkan “pahlawan-pahlawan“ untuk membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi.
- Demi Kuliahku, Ibu Kunjungi Kerabatnya Cari Pinjaman
- Aku Hamil Setelah 5 Tahun Menikah, Tapi Kenapa Suamiku Seolah Tak Peduli?
- Kukorbankan Hatiku, Kulepas Pria yang Kucinta pada Pelukan Sahabatku
- 'Mamakmu Itu, Biar Kasar Begitu tapi Hatinya Baik'
- Cinta Kami untuk Bangsa Indonesia di Sela Kesibukan Kuliah di Negeri Jiran