Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.
***
Jika pengorbanan hanya diterjemahkan lewat jalan senjata dan kekerasan, tak cukupkah peluh, sakit, dan derita yang ditelan lamat disesap ikhlas adalah definisi berkorban yang luas? Sini kukisahkan tentang Mamak, wanita sederhana dari pesisir, yang kasar tuturnya namun luas sekali maafnya. Mamak tak henti memuisikan malam dengan sibuknya di dapur, memprosakan pagi dengan ricik air cuci piring, memerdukan siang dengan tawa renyahnya di saluran radio. Biar tanpa kata romantis, biar ia hanya dapat berseru galak, aku kini memahami amarahnya adalah cinta, meski tak ayal aku sering tak memahami cinta besar itu dengan sekilas analisa.
Mamak bangun di tengah malam, sambil meraba-raba mencari saklar lampu. Ia bukan terbangun karena ingat jemuran. Ia terbangun untuk membuat jajan getuk lindri. Sudah beberapa tahun mamak harus bangun di jam 1 dini hari. Atau jika ada pesanan datang, tak jarang ia harus menahan kantuk sejak jam 10 malam. Dan semua pekerjaan melelahkan itu terhenti, saat matahari terang. Barangkali masih hanya Mamak pedagang getuk lindri di Klungkung. Jajan yang terbuat dari ubi ini ia pelajari dari Ahbak, ibunya.
Bagi sebagian orang, jajan ini terkesan kampungan dan levelnya sebatas warung pinggiran dan pasar subuh. Tapi ia hadir dari peluh, panas, dan lelah di tengah malam. Di tengah malam, Mamak akan mengeluarkan ketela itu dari kulkas. Mengukusnya di panci besar. Sambil menunggu matang, ia akan mencuci piring, membersihkan rumah di tengah dingin malam yang menusuk.
Usai matang, ketela mengepul itu akan ditumbuk. Bayangkan rasa panas yang menyerbu wajah, atau panas ketela yang menyentuh tangan membuat peluh menetes deras. Setelah cukup halus, ia akan menambahkan beberapa bahan dan mengaduknya dengan sendok hingga merata. Perjuangan sebenarnya baru akan dimulai. Setelah merata sedikit demi sedikit ia harus menggiling ketela tersebut agar warnanya tercampur dan halus. Proses menggilingnya pun tidak cukup sekali, setidaknya masing-masing adonan harus digiling hingga dua kali. Dan butuh waktu hingga subuh agar proses menggiling siap. Dan seluruh rangkaian membungkus, hingga mengantar baru selesai setidaknya jam 7 pagi.
Coba kau tanya berapa keuntungan yang tak seberapa itu dengan lelah tak terkiranya setiap hari? “Kasihan dengan pelanggan, Lia” jawabnya setiap kali aku mengajukan protes. Dan kerja superwoman yang kupanggil Mamak ini, tidak hanya itu. Sejak jam 8 pagi, ia akan membuka warung kecil di depan rumah kami. Selanjutnya, jam 1 siang ia akan siaran radio hingga jam 3 sore.
Penggemarnya ada banyak. Kalau kamu tak percaya, kamu bisa buka Facebooknya dan hitung jumlah likes postingannya. Atau menghitung tamu dan hadiah-hadiah yang kami terima setiap bulan. Kalau mau jujur, Mamak itu artis di hati penggemarnya. Ada pedagang di pasar, senggol, swalayan, supir truk, dan macam-macam profesi dan kalangan.
Belum genap lelahnya terbayar saat tiba di rumah, dia kembali membuka warung. Melayani anak-anak mengaji yang hendak membeli. Ia tekuni hingga Azan Maghrib berkumandang. Ah lelah hariannya entah mengapa menyesakkan bukan?
Mamak bukan hanya panggilan untuk wanita yang telah melahirkan, ia penyebutan untuk wanita terhormat yang seluruh tubuhnya menampung derita atas nama cinta, anak, dan ketulusan. Jika menceritakan tentang pengorbanan, maka helaan napas Mamak adalah rentetan dari miliaran helaan napas yang menyesakkan. Senyumnya adalah pahatan oleh Tuhan, dan menyakitkan jika senyum itu terhapus dari wajahnya.
Maafnya tak terbilang, meski kerap sekali berseru marah atau terkesan kasar ia tetaplah Mamak. Ia mengobati badan kami yang sakit karena pukulannya yang kesal. Atau menyediakan makan kami, saat kami usai dihukum dikunci di lemari. Atau membukakan pintu karena kami berkelahi. Mamak menahan ruah rindunya untukku yang berulang kali pergi merantau. Menggapai cita-cita dan dahaga ilmu, mengikhlaskan dengan doa, dan kekhawatiran yang ia sembunyikan rapat-rapat.
Mamak adalah pribadi yang galak. Aku bahkan dulu sempat mengira, bahwa aku anak pungut. Hal ini karena sifat Mamak yang keras dan cepat sekali marah. Aku sering dipukuli, dimasukkan ke lemari, dicubit karena kerap sekali menangis dan berkelahi. Pokoknya Mamak itu menakutkan. Tapi Ayah suka sekali membelanya. “Mamakmu itu, biar kasar begitu tapi hatinya baik."
Bukannya terhibur, aku makin dongkol. Baik apanya, apa jangan-jangan aku dipungut saat bayi? Aku pun akhirnya berimajinasi. Di balik sifatnya yang kasar, Mamak suka sekali berkelakar. Meski kadang-kadang tak tahu tempat. Ia pernah berkelakar saat menjadi pembawa acara di pengajian, saat melihat penceramah muda yang gugup atau di rumah sakit untuk menghibur kerabat yang sakit. Sifat itulah yang membawa ia dicintai banyak orang.
Belum lagi saat aku di tanah rantau. Jarak memisahkan kami ratusan kilometer. Jika ia khawatir sekali, bukan nada khawatirnya yang bertanya. Tapi suara Ayah yang berwibawa akan bertanya soal kabar. Ia pengecut sekali saat khawatir.
Kau tahu? Doa Mamak itu mujarab sekali. Cukup pintakan doa saat berlomba, maka tak ayal aku pasti keluar jadi juara. Dari mulai debat, cerdas cermat, hingga lomba berpuisi di pengajian. Pernah sekali aku meminta doa Mamak untuk sebuah lomba. Dan kau tahu apa jawabnya? “Mamak ini malu Lia, masak kamu terus yang dikasih juara sama Allah. Sudahlah sekali-sekali kalah tak masalah." Dan benar saja, aku kalah.
Dia adalah pahlawan tidak hanya dengan tenaga yang berpeluh, bahkan dengan lisan yang keramat, bagi keluarganya. Tidak hanya tentang melahirkan yang menyakitkan, namun juga tentang kasih dan ketulusan.
- Cinta Kami untuk Bangsa Indonesia di Sela Kesibukan Kuliah di Negeri Jiran
- Luasnya Samudra Hati Ibu Mertua yang Tulus Menerima Kekuranganku Apa Adanya
- Ibu Hamil Juga Punya Perasaan, Tolong Pengertiannya Ya!
- Dulu Saya Berpikir Kalau Menikah adalah Hal yang Sangat Menyenangkan
- Pengalaman Berinteraksi dengan Pelajar yang Maunya Nikah Aja Selepas SMP
(vem/nda)