Cinta Kami untuk Bangsa Indonesia di Sela Kesibukan Kuliah di Negeri Jiran

Fimela diperbarui 21 Agu 2018, 10:10 WIB

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan sekecil apapun untuk orang lain dan bangsanya.

***

Pengorbanan untuk bangsa sebesar apapun yang kita lakukan saat ini, rasa-rasanya tidak akan pernah mampu dibandingkan dengan pengorbanan pahlawan pada masa perjuangan kemerdekaan. Tapi bagaimanapun itu, selalu ada rasa ingin berkorban dalam diri seseorang. Dan saya melihat sosok pahlawan dalam diri teman-teman saya, beberapa pelajar Indonesia yang saat ini sedang belajar di negeri jiran, Malaysia.

Belajar di negeri orang, sama sekali tidak melunturkan semangat nasionalisme kami, bahkan rasa cinta tanah air semakin dalam tertanam di dalam sanubari kami. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia sedang berduka dengan bencana gempa bumi di Lombok yang memakan korban ratusan jiwa juga kerugian material yang tidak sedikit. Ibu pertiwi berduka karena musibah yang tidak dapat dielakkan ini. Hati kami pun tergerak untuk berbuat sesuatu untuk saudara-saudara di Lombok. Kami pun sepakat untuk membuat aksi penggalangan dana di sekitar daerah tempat kami kuliah.

Di sela-sela kesibukan kami yang lumayan sangat padat, seperti mengerjakan tugas-tugas kuliah, ada yang sibuk mengerjakan tesis dan revisi yang tak kunjung usai, dan juga beberapa teman yang melakukan kerja part-time, mereka rela mengorbankan waktu dan tenaga untuk melakukan aksi mulia ini. Bukan seberapa banyak ringgit yang bisa kami kumpulkan, tapi seberapa murni empati kita pada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah.

Aksi ini adalah bentuk nyata solidaritas dan kepedulian kami pada negeri tercinta yang sedang tertimpa musibah. Dan saya sangat salut pada perjuangan teman-teman dalam mengumpulkan dana ini. Selama empat hari mereka bergantian untuk mengumpulkan dana untuk korban gempa di Lombok. Berdiri berjam-jam di sudut pasar malam, di halte bus, dan berjalan di sekitar kampus. Bangun pagi-pagi menyempatkan mengumpulkan sumbangan sebelum melakukan aktivitas akademik. Yang mereka lakukan begitu tulus tanpa pamrih. Dan saya sangat bangga memiliki teman-teman yang begitu peduli seperti mereka. Pengorbanan mereka yang mengesampingkan sementara kepentingan pribadi demi kepentingan sosial adalah hal patut diacungi jempol.

Aksi sosial saya dan teman-teman lakukan bukan itu saja, tanggal 17 Agustus hari Jumat lalu. Kami juga mengadakan beberapa kegiatan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-73 di negeri orang. Lagi-lagi pengorbanan terlihat di sini. Bukan hanya waktu dan tenaga, tapi juga uang yang dikorbankan.

Beberapa teman yang berdomisili di luar area kampus juga datang untuk terlibat dalam acara peringatan kemerdekaan ini. Tanggal 16 Agustus hari Kamis, teman-teman sudah berkumpul untuk pembuatan video. Pagi-pagi sekali mereka sudah melakukan persiapan dengan memakai dresscodeserba merah putih.

Proses pengambilan video yang mengambil latar di beberapa tempat saat cuaca yang sedang panas menggila adalah tantangan yang harus dilalui. Meskipun cuaca tak bersahabat, tak sedikitpun rasa kesal dan lelah di wajah kami. Malah sebaliknya, wajah kami terlihat ceria. Gurau dan candaan mengiringi proses pengambilan video. Selesai pengambilan video, proses editing, finishing dan juga launching video pun harus dilakukan. Lagi-lagi pengorbanan mereka di sini patut diapresiasi. Teman saya yang bernama Dhia Amjad mengorbankan waktu dari pagi sampai malam untuk proses editing video kemerdekaan ini. Dan sekali lagi, apa yang teman-teman lakukan demi memperingati kemerdekaan Indonesia benar-benar luar biasa menurut saya.

Tanggal 17 Agustus pun tiba, dan kami pagi-pagi sudah bersiap di lapangan untuk melakukan upacara bendera. Di sini momen mengharukan sekaligus menggelikan terlihat. Beberapa teman sudah lupa dengan urutan kegiatan upacara bendera dan ini lucu menurut saya.

Kami melakukan gladi bersih 10 menit sebelum upacara. Semua perlengkapan upacara bendera serba minimalis. Tidak ada tiang bendera, tidak ada microphone, juga paduan suara. Penaikan bendera pada tiang bendera tidak boleh dilaksanakan karena kami berada di negeri orang. Jadi kami hanya mengibarkan di tangan kami. Karena tidak ada paduan suara, kami lah yang menghormati bendera juga menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dan momen saat bendera berkibar diiringi lagu kebangsaan Indonesia berkumandang, merupakan momen yang sangat mengharukan bagi kami.

Beberapa dari kami sempat meneteskan air mata karena saking menghayati setiap prosesi upacara. Setelah upacara yang penuh hikmat berlangsung, kami melakukan permainan seperti yang biasa dilakukan di Indonesia. Keseruan dan keceriaan terlihat di sini meskipun harus berpanas-panasan tanpa ada makanan atau pun minuman tersedia. Dan lagi-lagi pengorbanan terlihat di sini, sampai akhirnya ada seorang dosen yang juga berasal dari Indonesia bermurah hati menyisihkan rezekinya membelikan minuman untuk kami. Mungkin apa yang kami lakukan untuk Indonesia tidak seberapa dan tidak memberikan dampak yang besar untuk Indonesia.

Negara Indonesia sudah merdeka selama 73 tahun, kami ingin menjadi pahlawan untuk bangsa, turut serta memajukan Indonesia menjadi bangsa yang beradab dan dipandang hormat oleh negara lain. Kami ingin pulang mengabdi kembali di negeri Indonesia tercinta setelah kami selesai belajar. Kami tahu, apa yang kami lakukan untuk negeri tidak ada apa-apanya saat ini. Tapi kami yakin, dari yang sedikit ini maka akan terkumpul menjadi banyak.

Kami yakin, suatu saat kami akan bisa berbuat lebih untuk kemajuan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Kami mulai dari sini, kami mulai saat ini juga, bukan nanti. Dan Indonesia, tunggu kami kembali untuk mengabdi.

(vem/nda)