Puluhan Kilometer Ditempuh Setiap Hari demi Senyuman Anak-Anak Didiknya

Fimela diperbarui 19 Agu 2018, 13:00 WIB

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.

***

Kisah ini kutulis tentang sosok seorang guru wanita yang selama puluhan tahun mendedikasikan dirinya serta mengabdikan seluruh kehidupannya pada anak-anak SDN20 di Dusun Bintet Belinyu yang terletak di Propinsi Babel. Sekolah dasar yang lokasinya di pelosok kecamatan Belinyu. Lokasi SD yang sangat jauh dan rute perjalanan yang harus melalui hutan serta kondisi jalan yang tidak bersahabat tidak membuat sosok guru yang luar biasa ini menyurutkan motivasinya untuk berhenti mengajar di SDN 20 Bintet.

Dia lah Ibu Titi Mulyati, sosok perempuan yang patut kusebut sebagai pahlawan karena apa yang telah ia lakukan patut diteladani dan dijadikan contoh bagi orang lain, kepeduliannya terhadap orang lain khususnya anak-anak SD yang kurang mampu dan perjuangannya mengajar di sekolah tersebut.

Dengan mengendarai sepeda motor, Ibu Titi Mulyati setiap hari harus menempuh jalan puluhan kilometer dari rumahnya menuju sekolah SDN 20 Bintet. Setiap pagi selesai subuh beliau sudah mempersiapkan diri dengan sepeda motornya  yang setia menemani untuk mengantarkannya ke sekolah tersebut, hujan petir tidak menghalangnya untuk tidak pergi ke sekolah, karena wajah, senyum anak-anak SD setiap hari sudah terlintas di matanya menunggu kehadirannya di sekolah.

Pernah suatu hari karena musim hujan Ibu Titi hampir tidak dapat mengajar karena kondisi jalan yang tidak bersahabat, tetapi karena keinginannya yang sangat kuat untuk mengajar demi memberikan pengetahuan dasar kepada anak-anak didikannya ia rela menerjang hujan deras dengan menggunakan jas hujan. Sepatu serta buku ia masukkan dalam plastik kresek agar tidak terkena air hujan, kemudian ia masukkan lagi kedalam plastik yang lebih tebal agar air hujan tidak membasahi buku dan sepatu yang akan ia gunakan untuk mengajar kemudian ia berangkat mengendarai motor dengan doa dan harapan agar hujan segera berhenti. Inilah yang kusebut dengan perjuangan!

Tidak semua orang mampu melakukan pekerjaan dengan modal ikhlas dan kesabaran serta niat baik untuk mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan, walaupun sama-sama berkecimpung di dunia pendidikan tetapi belum tentu aku sanggup melalui perjalanan dan pengorbanan yang dilakukan oleh perempuan sehebat Ibu Titi Mulyati.

Kisah kepahlawanannya menginspirasiku ketika aku diberi kesempatan untuk berkunjung ke sekolah tempat ia mengajar. Ada dua anak-anak sekolah dasar yang sangat terbantukan dengan kedermawanan dan kebaikan Ibu Titi, Burhan dan Ahmad dua anak sekolah dasar yang tergolong anak kurang mampu yang harus menempuh jarak 15 km setiap harinya dengan berjalan kaki. Bocah kelas 4 SD tersebut sangat rajin ke sekolah walaupun harus berjalan kaki, terkadang di tengah jalan mereka menumpang dengan teman-temannya yang bersepeda, teman-temannya pun dengan senang hati memberikan tumpangan sampai di sekolah.

“Orangtua mereka tergolong yang tidak mampu, bapak ibunya cuma buruh tani  yang terkadang penghasilannya tidak menentu, cukup untuk makan saja, tetapi anak-anak ini luar biasa sekali, mereka tetap bersemangat dan rajin masuk sekolah walau hujan sekalipun, malah pernah ke sekolah pas hujan bukan pakai payung malah pakai  daun pisang, sampai di sekolah basah kuyup, kasihan sekali. Salah satunya yang bernama Ahmad usianya sebenarnya sudah bukan usia untuk anak sekolah dasar, ia memiliki keterbelakangan tetapi bagi saya itu bukan halangan untuk tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk tetap bersekolah, makanya saya perjuangkan ia harus sekolah,” kata Ibu Titi.

“Minggu yang lalu saya baru belikan mereka berdua sepeda agar mereka tidak perlu berjalan kaki lagi dan bisa boncengan berdua ke sekolah, sepedanya saya dapatkan dengan mencari sumbangan dan sebagian dari uang pribadi dan alhamdulillah masih ada yang mau menyumbangkan uangnya dan saya dapat membelikan sepeda untuk mereka berdua, saya bisa merasakan perjuangan kedua anak tersebut menempuh jarak jauh tiap hari demi bisa bersekolah. Sepeda cukup meringankan langkah kaki kedua bocah itu untuk ke sekolah.”

Mendengar cerita Ibu Titi tiba-tiba aku merasakan dadaku sesak dan terharu ikut larut dengan ceritanya. Aku membayangkan bocah sekecil itu dengan wajahnya yang kuyu dan kakinya yang kecil harus berjalan kaki belasan kilometer karena keinginannya bersekolah, bisa kurasakan juga kebahagiaan bagi kedua bocah tersebut mendapat hadiah sepeda dan  mengayuh sepedanya dengan gembira ke sekolah. Dan kegembiraan itu diberikan oleh Ibu Titi yang setiap hari harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan sepeda motornya rela mengabdi dengan ikhlas bahkan masih memikirkan orang lain dengan membelikan sepeda bagi kedua bocah tersebut.

Apa yang Ibu Titi lakukan bagiku adalah bukan sekadar kebaikan. Ia adalah pahlawan sesungguhnya, pahlawan yang tidak membutuhkan pujian dan piagam dari orang lain, semua yang ia lakukan karena ia memiliki hati dan pikiran positif untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Ia bukan sekadar guru bagi murid-muridnya, tetapi berkah kehidupan yang akan selalu membuat mata anak-anak sekolah dasar Bintet kecamatan Belinyu ini selalu berbinar-binar indah menanti kehadirannya.

Sebuah kisah yang menginspirasiku untuk lebih banyak berbuat kebaikan dengan memberikan manfaat bagi orang lain, karena sebuah kebaikan tak akan pernah sia-sia.

Semoga Ibu Titi Mulyati selalu diberikan rahmat dan keberkahan dalam hidupnya dan selalu menyebarkan virus kebaikan kepada orang banyak. Amin.

 

(vem/nda)
What's On Fimela