Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.
***
Semenjak ditinggal asisten rumah tangga dan tak kunjung mendapatkan penggantinya yang cocok untuk menjaga anak pertama saya, pengorbanan menjadi satu-satunya keputusan yang harus saya ambil. Saya harus mengorbankan pekerjaan dan karier yang sedang saya bangun.
Sebagai ibu bekerja yang menghabiskan waktu dari pagi hingga sore bahkan terkadang sampai malam hari, karena selain bekerja saya juga harus kuliah setelah jam pulang kantor, saya sangat terbantu sekali dengan keberadaan asisten rumah tangga yang cukup telaten mengurus anak saya. Hubungan saya dengan asisten rumah tangga juga terbilang cukup dekat bahkan saya sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri.
Sampai akhirnya pada pertengahan tahun 2017, asisten rumah tangga saya mengungkapkan ingin berhenti bekerja untuk mengurus anaknya di kampung. Saya pun menjadi dilema, sudah berusaha mencari penggantinya namun sulit untuk menemukan yang cocok.
Kurang lebih selama hampir dua bulan saya memikirkan keputusan apa yang harus saya ambil, pernah suatu hari ibu mertua saya menawarkan diri untuk menjaga anak saya di Lampung sambil saya mencari asisten rumah tangga yang baru, bisa dibilang awalnya saya berat hati untuk menerima saran ini karena seharusnya sayalah yang bertanggung jawab untuk mengurus anak saya tanpa merepotkan ibu mertua.
Namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya pun mencoba menjalaninya, berpisah dengan anak saya selama kurang lebih 10 hari benar-benar waktu yang sangat lama buat saya dan hampir setiap malam saya menangis. Dihinggapi rasa bersalah karena harus mengorbankan kebersamaan dan waktu yang berharga dengan anak hanya demi pekerjaan saya. Bisa dibilang saya seperti kehilangan semangat dan tidak memiliki motivasi lagi dalam bekerja, saya terus memikirkan keputusan apa yang harus saya ambil, akhirnya setelah memikirkan dengan matang dan berdiskusi dengan suami, saya pun memilih untuk berhenti dari pekerjaan dan mengurus anak kami sendiri.
Awalnya ini adalah keputusan yang sulit bagi saya, terbiasa dengan aktivitas di luar rumah dari pagi hingga sore hari, memiliki banyak relasi dan memiliki penghasilan sendiri. Tapi perasaan ini tidak berlangsung lama hingga saya benar-benar menjalani peran seutuhnya menjadi seorang ibu rumah tangga, saya baru menyadari bahwa waktu bersama anak adalah hal yang paling berharga dalam hidup saya, yang telah saya lewatkan selama ini.
Saya terlalu fokus dengan dunia pekerjaan, bahkan pernah beberapa kali ketika saya berangkat bekerja, anak saya belum bangun dan ketika pulang bekerja anak saya sudah tidur. Kondisi ini membuat saya terlena akan peran saya sebagai ibu yang seharusnya menjadi orang pertama yang selalu dia sapa saat bangun, menjadi teman yang selalu menemaninya bermain, dan membacakan dongeng hingga mengantarnya terlelap tidur.
Sekarang, sudah satu tahun saya mengorbankan pekerjaan dan karier demi anak dan bagi saya ini adalah salah satu hal membahagiakan yang pernah saya lakukan untuk keluarga kecil saya. Di saat saya sedang meniti karier ke posisi yang lebih baik saya dihadapkan dengan kondisi yang membuat saya dilema, tapi saya percaya pengorbanan saya ini adalah investasi kebahagiaan yang saya lakukan untuk keluarga saya dan bekal keharmonisan untuk anak saya yang menerima pengasuhan langsung dari ibunya.
Dan saya bangga dengan diri saya sendiri yang mampu mengesampingkan ego dan keinginan pribadi demi kebahagiaan anak saya, karena saya percaya yang dibutuhkan anak hanyalah kehangatan dan kebersamaan dengan ibunya yang bisa dia lihat sepanjang hari dari mulai bangun hingga tidurnya.
Tapi saya tetap yakin, bahwa setiap ibu sejatinya sudah berkorban dalam hidupnya terlepas dia tetap bekerja maupun menjadi ibu rumah tangga. Karena menjadi ibu bekerja pun dia harus mengorbankan waktu dengan anaknya demi membantu perekonomian keluarga, begitu juga dengan ibu yang memilih mengasuh anaknya sendiri pun telah berkorban pekerjaan demi waktu bersama anaknya.
- Kehilangan Sebelah Sayap Bukan Berarti Akhir dari Segalanya
- Air Mata Masih Mengalir di Pipi Saat Kuingat Wajah Mama di Sela Doaku
- Dua Wanita yang Merajut Sepasang Sayap Malaikat
- Dalam Hidup, Selalu Ada Sosok yang Jasanya Takkan Pernah Mampu Kita Balas
- Berkorban dan Berjuang di Usia 25 Tahun, Aku Yakin Tidak Ada Yang Sia-sia