Mom, Hati-Hati Dampak Ekspose Video Menghukum Anak di Social Media

Fimela diperbarui 16 Agu 2018, 11:04 WIB

Mom, keberadaan social media platform saat ini seolah menjadi pintu yang membukakan akses kita ke dalam kehidupan orang lain. Tak terkecuali kehidupan keluarga seseorang.

Kini, segala aktivitas seseorang dapat diketahui dengan mudahnya, hanya berbekal aplikasi di handphone. Apalagi saat ini beberapa aplikasi social media memperbolehkan penggunanya mengadakan live streaming sendiri.

Sayangnya, sebagian orang tua justru salah kaprah memaknai kecanggihan teknologi yang justru membahayakan orang lain, terlebih anak-anaknya. Seperti mengunggah foto dan video anak yang menunjukkan identitas sekolah dan alamatnya bahkan sampai mengunggah video anak yang tidak pantas diketahui orang lain, karena mempermalukan anaknya sendiri.

Mungkin terdengar aneh, masak iya orang tua mempermalukan anaknya sendiri dan disebar ke khalayak ramai? Nyatanya, hal tersebut memang ada dan dilakukan oleh ribuan orang tua di seluruh dunia. Dilansir dari parents.com, mengutip temuan dari The Sun, sebanyak 30.000 klip di internet berisi muatan orang tua yang melakukan kekerasan atau bullying terhadap anaknya sendiri. Seperti misalnya, mencukur habis rambut anak sebagai hukuman, melemparkan dan merusak mainan anak untuk mendisiplinkannya,

Sebuah kasus ekstrem tertangkap kamera di tahun 2015. Seorang ibu bernama Jessica Beagley memaksa anak lelakinya untuk meminum hot sauce (sambal) karena berbohong, kemudian ia berteriak memarahi sang anak yang dihukum mandi air es. Karena videonya yang viral ini, Beagley ditangkap atas tuduhan kekerasan anak dan harus membayar sanksi sebagai $2,500.

Banyak orang tua menganggap merekam anak yang sedang menjalani hukumannya adalah bagian dari cara mendisiplinkan mereka. Di sisi lain, para orang tua yang melakukan hal ini beranggapan bahwa memposting online video hukuman anak adalah salah satu bentuk taktik mendisiplinkan mereka, sekaligus untuk mendapatkan dukungan dari followersnya. Orang tua yang melakukannya sebetulnya membutuhkan perhatian, perasaan nyaman dan pembenarakan akan sikapnya.

Anak merasa orang tua melanggar persetujuan dan kesepakatan tentang privasinya (consent). Bagaimana pun juga, dihukum dan kejadian itu diketahui banyak orang bukanlah hal yang membanggakan. Dampak jangka panjang dari perilaku orang tua ini akan mencederai kepercayaan dan rasa hormat anak. Dari sisi anak, akibatnya adalah self-esteem yang rendah karena ia merasa gagal menjadi pribadi yang baik.

Kembalikan lagi pada diri kita sendiri. Bagaimana jika kita ada di posisi mereka? Seolah kita melakukan kesalahan dalam pekerjaan dan bos kita merekam momen di mana kita dimarahi dan dimaki-maki di depan ratusan karyawan lain, kemudian mengunggahnya ke internet. Tentu rasanya malu sekali dan akan menimbulkan trauma.

Semoga kita para orang tua dapat memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita, mendidik mereka dengan cinta, kasih sayang dan sikap empati.

(vem/wnd)