Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.
***
Seorang Mama adalah pahlawan bagi semua anak, tidak ketinggalan bagi aku. Sejak usia 3 tahun aku sudah menjadi anak yatim setelah Papa meninggal akibat penyakit Hepatitis B, meninggalkan Mama yang menjadi janda saat masih berusia 35 tahun bersamaku dan kakak lelakiku.
Menjadi janda di usia yang masih terbilang muda bukanlah hal mudah, di samping itu Mama harus menjadi orangtua tunggal untuk dua anak. Namun memiliki status tersebut tidak menjadikan Mama gampang menyerah dan larut dalam kesedihan. Mama tetap menjalani hari senormal mungkin.
Selain mengurus anak, Mama harus membagi waktu untuk mengurus orangtuanya yang sakit di usia lansia. Dibandingkan saudara-saudari kandungnya yang lulus sebagai sarjana hingga memiliki status pekerjaan yang mengagumkan, Mama yang hanya seorang PNS golongan bawah bukanlah apa-apa. Meski begitu, Mama tetap menjalani hari tanpa mengeluh. Menahan sakit hati karena cibiran keluarga dan tetangga hingga menabung untuk kebutuhan rumah tangga yang selalu meningkat dijalani oleh Mama dengan senyum dan kerja keras.
Tahun-tahun berlalu bukanlah tanpa rintangan yang berat. Pada tahun 2007 aku sudah menjalani pendidikan di salah satu SMK Pariwisata di Jakarta. Walaupun begitu aku ternyata masih belum memahami pengorbanan besar Mama, terutama kepada diriku. Mama selalu mengalah, bahkan untuk masalah kecil seperti makanan. Mama lebih memilih menyimpan nasi Padang bungkus yang didapat dari kantornya supaya bisa kumakan saat pulang sekolah dan memilih makan di warung dengan sayur sop dan tempe orek kesukaannya. Kecil? Benar. Berharga? Ya. Mengapa aku tidak menyadari hal sepele seperti ini? Bodohnya aku. Karena hal sederhana itu yang kemudian menjadi kenangan indah bagiku.
Pada tahun 2007 saat aku sedang mempersiapkan diri untuk UAS, Mama sakit. Setelah menyelesaikan minggu ujian dan melewati promnite, Mama masuk rumah sakit. Mama divonis mengidap penyakit kanker otak. Bagai disambar petir saat aku mendengar kondisi Mama yang hanya sering kulihat di sinetron ada di depan mataku. Aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak mengerti.
Mama mendengar kondisi sebenarnya dari adik ipar Mama karena tidak satupun dari aku dan kakakku berani mengungkapkan. Hari-hari berikutnya kujalani seperti awan mendung. Mama yang energik, Mama yang lincah, Mama yang selalu mengajarkan banyak hal dengan cara sederhana kemudian berubah. Di matanya tak ada lagi semangat seperti yang kulihat tiap pagi sebelum aku berangkat sekolah. Tubuhnya yang kurus terlihat sangat lemah. Semua berubah. Perlahan dan menyakitkan. Kesabaranku yang masih labil teruji dengan emosi yang kadang sulit kutahan, membuatku menyesal hingga saat ini. Bagiku ini adalah cobaan terberat bagiku. 15 bulan Mama berjuang tanpa mengeluh dan tetap dalam diam.
Tanggal 22 Agustus 2008 jam 10 pagi adalah tanggal di mana akhirnya perjuangan Mama berakhir. Dua hari setelah aku berulang tahun ke 18 tahun. Mama yang saat-saat terakhir hanya bisa berbaring di tempat tidur dan sulit menelan makanan pergi saat aku tidak ada di sampingnya.
Aku yang saat itu bekerja di perusahaan travel dekat rumah mendengar kabar dari Kakakku melalui telepon. Aku pulang ke rumah dan melihat beberapa tetangga sudah berkumpul depan rumah, teman baik Mama yang juga tetangga sebelah rumah memelukku saat aku masuk rumah sembari kulihat wajah kosong kakakku yang sedang diajak bicara oleh seseorang.
Aku melangkah pelan ke kamar dan melihat kakak sepupu, yang selama 3 bulan terakhir membantu merawat Mama, menangi terisak. Aku melihat wajah Mama yang seperti tertidur terlihat agak pucat. Aku mengumpulkan kekuatan dan berbisik di telinganya, “Ma, nggak apa-apa ya, udah nggak sakit lagi sekarang. Jangan khawatir ya, Ma.”
Setelah peristiwa itu, hidupku berubah. Tangisku pecah saat kuingat wajah Mama. Tak ada lagi ucapan 2in1 yang selalu kulakukan untuk Mama setiap bulan Desember karena ulangtahunnya yang berdekatan dengan hari Ibu. Aku perlahan menyadari bahwa Mama telah mengajarkan banyak hal yang sangat bermanfaat yang membuatku semakin menghargai hidup, tetap bekerja keras untuk menggapai impian dan bersyukur dengan segala keterbatasan. Cara hidup Mama yang sederhana dan tidak pernah mengeluh kulakukan dalam menjalani hidupku dalam mencapai masa depan.
10 tahun sudah berlalu sejak kepergian Mama, namun aku tidak pernah lupa tentang senyum terakhirnya yang bersahaja. Apa yang kuhadapi saat ini tak bisa dibandingkan dengan kehidupan Mama selama 15 tahun sebagai janda dengan dua orang anak di masa lalu.
Air mata masih mengalir di pipi kala kuingat wajah Mama di sela doaku kepada Sang Pencipta. Aku bersyukur dapat menjalani hidupku dengan baik meski jauh dari sempurna tapi penuh kebahagiaan. Saat ini aku tengah menjalani kuliah karyawan di salah satu universitas swasta di Jakarta, sebagai bukti janjiku pada Mama bahwa aku harus menggapai gelar sarjana. Meski aku memulai sangat terlambat di usia 25 tahun dan dengan banyaknya keterbatasan, kujalani semuanya dengan niat yang kuat agar keinginan Mama terlaksana.
Mamaku adalah pahlawanku, my truly wonder woman. Syukurku kupanjatkan karena Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan sosok ibu seperti Mamaku tercinta.
Doaku untuk Mama agar dapat beristirahat dalam damai. Segala kerja kerasnya terbayar sudah. I love you, Ma. Terima kasih untuk bimbinganmu hingga aku dewasa. Jangan khawatir, aku pasti bahagia.
- Dua Wanita yang Merajut Sepasang Sayap Malaikat
- Dalam Hidup, Selalu Ada Sosok yang Jasanya Takkan Pernah Mampu Kita Balas
- Berkorban dan Berjuang di Usia 25 Tahun, Aku Yakin Tidak Ada Yang Sia-sia
- Ibu, Beristirahatlah dengan Tenang Bersama Doa yang Kutitipkan pada Allah
- Memiliki Ibu yang Pekerja Keras, Aku Ditempa Jadi Wanita yang Lebih Tegar
(vem/nda)