Dua Wanita yang Merajut Sepasang Sayap Malaikat

Fimela diperbarui 16 Agu 2018, 10:20 WIB

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.

***

Secara  umum "malaikat tak bersayap" selalu ditujukan kepada sosok orangtua. Ya, karena tidak ada yang bisa menandingi pengorbanan orangtua untuk anaknya, itu jelas dan tak ada yang boleh menggugatnya. Kebanyakan dari kita ketika diperhadapkan  oleh pertanyaan, “Siapa malaikat tak bersayap dalam hidupmu?” jawaban bagi  banyak orang, satu-satunya manusia yang berhak menyandang malaikat tak bersayap adalah hanya ibu dan bapak. Tapi perjalanan hidup yang telah dituliskan sang Sutradara Tertinggi mengubah jawabanku menjadi ibuku dan tanteku.

Paradigma itu berubah tepat 20 tahun lalu, bahtera rumah tangga bapak dan ibuku dirundung masalah karena tidak adanya kecocokan lagi dan akhirnya mereka memilih untuk bercerai dan menjalani hidup masing-masing. Saya yang waktu itu masih berumur 4 tahun, bocah kecil yang tidak tahu apa-apa dititipkan ke saudara ibu karena ibuku akan ke Malaysia untuk bekerja.



Di sinilah proses perubahan paradigma itu dimulai. Ibu yang sedang banting tulang di negara tetangga untuk biaya hidupku hanya pulang 1 kali dalam 3 tahun sedangkan bapak hanya kabar bahwa beliau telah menikah yang terdengar. Sementara saya sibuk menjalani hari tanpa orangtua hanya hidup berdua dengan tante yang kebetulan tak punya anak, beliau hanya merawat anak-anak dari saudara-saudaranya dengan sepenuh hati.

Ibuku, beliau adalah sosok perempuan yang kuat seperti Cut Nyak Dien. Sosok perempuan kuat yang rela melakukan apa saja, meskipun pekerjaan tersebut harus mengandalkan fisik yang kuat agar saya menjadi anak yang pintar, alhamdulillah  setiap kenaikan  kelas saya mampu masuk 5 besar siswa berprestasi. Setidaknya beliau bisa tersenyum bangga karena itu.  Ibu adalah malaikat tak bersayapku yang sangat kubanggakan.



Tanteku, beliau adalah perempuan  kedua yang sangat menyayangiku dan selalu memberi semangat setiap apa yang ingin kulakukan. Bagiku, beliau adalah sosok perempuan yang cerdas seperti Kartini. Setiap kiriman uang dari ibu untuk biaya hidup dan sekolahku diatur sedemikian rupa dan ditabung untuk biaya kuliah. Beliau rela tidak memenuhi kebutuhannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Tante adalah malaikat tak bersayapku yang kedua.

Melihat kerja keras mereka hanya untuk hidupku membuatku yakin dan semangat untuk mencapai cita-cita meskipun ke sekolah harus jalan kaki dengan jarak 7 km, tanpa uang jajan seperti anak sekolah pada umumnya. Cobaan terbesarnya adalah ketika teman-teman bercerita tentang bagaimana bahagianya kedua orangtua mereka dan saya hanya bisa memaksa munculnya kenangan bapak dan ibu yang sedikitpun tak tersimpan di memori ingatan. Akhirnya tak ada yang bisa kuceritakan menyangkut kebersamaan mereka berdua tapi berkat ibu dan tanteku memiliki banyak hal untuk diceriakan kepada tema-teman yang tak kalah bermakna dari cerita mereka.



Mereka mengajarkanku banyak hal mulai soal keagamaan, kemandirian, kerja keras, kesabaraan dan kekuatan dan semua itu merupakan bekal yang sangat berharga untuk hidupku sampai sekarang ini.

Karena kerja keras dua perempuan tangguh tersebut saya berhasil lulus S1 dengan hasil yang membuat bibir mereka tersenyum lebar  dan berkat doa mereka berdua saya lulus kuliah profesi yang biaya kuliahnya ditanggung pemerintah yang sekarang sedang saya geluti.

Ibu, tante, saya tak mampu membalas semua jasa-jasa kalian, tapi saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat kalian bahagia.

Terima kasih ibu, terima kasih tante karena kalian hidupku menjadi lebih berarti. Kalian adalah pahlawan yang akan selalu ada dalam hatiku.


 


(vem/nda)
What's On Fimela