Review: Novel Fiesta - Ernest Hemingway

Fimela diperbarui 03 Agu 2018, 19:30 WIB

Judul: Fiesta
Penulis: Ernest Hemingway
Penerjemah: Rahmani
Penyunting: Rh. Widada, Rika Iffati Farihah
Penerbit: Bentang Pustaka

Di keriuhan fiesta dan pertunjukan adu-banteng San Fermin, garis pemisah antara hidup dan mati begitu tipis.
 
Jake—seorang jurnalis Amerika—bersama kawan-kawannya, yang hanya berniat menikmati liburan di Eropa, tiba-tiba harus menghadapi berbagai hal yang mengguncang kenyamanan hidup mereka. Semua ini berawal dari kehadiran Lady Brett Ashley, seorang wanita aristokrat yang cantik, mandiri, tetapi liar. Segera pesona wanita itu memikat Jake dan kawan-kawannya. Namun, ternyata cinta Lady Brett justru dia berikan kepada seorang matador tampan dan belia.
 
Fiesta adalah novel pertama Ernest Hemingway yang membuktikan citra dirinya sebagai penulis genius sekaligus membawanya ke panggung dunia sastra abad 20. Dalam novel ini, Hemingway—yang memang merupakan penggemar fanatik adu-banteng—dengan piawai merajut simbolisme pertarungan manusia-banteng ke dalam karakter dan kehidupan tokoh-tokoh tersebut. Di tengah pesta habis-habisan dan pertunjukan kematian nyaris setiap hari, mereka ditantang untuk mempertahankan makna perburuan kesenangan, perebutan cinta, dan apa yang sesungguhnya benar-benar berarti bagi mereka.

***

Dua pria mencintai wanita yang sama. Sayangnya, wanita tersebut malah terpikat pada pria lain yang usianya lebih muda. Hm, tampaknya bakal jadi kisah cinta yang cukup rumit ya.

Jakes Barnes, veteran Amerika yang beralih profesi menjadi jurnalis. Ia memiliki teman bernama Robert Cohn, seorang petinju amatir yang baru saja mempublikasikan novel pertamanya. Jakes dan Robert mencintai seorang perempuan bernama Brett Ashley. Sayangnya, Brett ini bukan tipikal wanita yang bisa dibilang setia. Ia seorang "petualang" yang sering bergonta-ganti pasangan dan mencintai banyak lelaki. Bahkan ia terpikat dengan seorang pria belia yang masih berusia 19 tahun.

Mereka kemudian menghabiskan waktu bersama ke Spanyol untuk ikut merayakan Fiesta. Fiesta berlangsung selama tujuh hari. Dalam perayaan tersebut, mereka menghabiskan waktu untuk menari, minum, dan hanyut dalam hiruk pikuk di dalamnya.

Kamu tidak bisa lari dari dirimu sendiri dengan cara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tidak ada manfaatnya.



Di tengah riuhnya Fiesta, rasa cinta dan gejolak cemburu mulai bermunculan. Ada perasaan-perasaan terluka, trauma, dan tertekan yang akhirnya terungkap. Tidak bisa bersama seseorang yang dicintai begitu dalam jelas jadi tragedi tersendiri.

Ada banyak pesan-pesan soal kehidupan hingga kritik sosial yang disampaikan Hemingway dalam novel ini. Bukan cuma soal cinta yang cukup rumit tapi juga kita akan diajak untuk merenungkan banyak aspek dalam kehidupan.

Berbagai detail menarik juga diceritakan Hemingway dengan begitu apik. Suasana Paris di dekade 20an yang dideskripsikan dengan begitu detail. Juga soal adu Banteng atau corrida de toros yang merupakan kebudayaan khas orang Spanyol. Ternyata aksi adu banteng mengandung seninya tersendiri. Bahkan menjadi matador jadi lambang kegagahan di Spanyol. Dari kacamata Jake, kita akan ikut dibuat terhanyut untuk memahami makna di balik permainan matador. Meski sempat ada kericuhan yang terjadi hingga kejadian yang cukup pahit  yang harus diterima Jake.

Buat penggemar karya-karya Ernest Hemingway, novel yang satu ini jangan sampai dilewatkan begitu saja. Novel yang berjudul asli The Sun Also Rises ini pertama kali terbit tahun 1926. Karya klasik ini pun masih sering diperbincangkan mengingat Ernest Hemingway pernah meraih Nobel Sastra Dunia pada tahun 1954.

(vem/nda)
What's On Fimela