Menikah Memang Impian Wanita Tapi Bukan Paksaan karena Desakan Usia

Fimela diperbarui 28 Jul 2018, 14:30 WIB

Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.

***

Menikah adalah impian gadis yang sudah berusia 29 tahun. Namun, tak kunjung jua hingga berbagai pertanyaan pun kian hari kian membuat hati tak kunjung bertepi. Begitu juga ketika melihat teman-teman yang sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. “Wah, bahagia sekali mereka,” pikirku dalam hati.

Sedangkan aku di sini yang masih setia dengan kesendirianku ditemani berbagai kesibukanku. Harus rela pasang telinga di mana dan kapan saja untuk menjawab tentang kapan menikah? Kuliah sudah, bekerja sudah? Usia sudah mendekati kepala tiga lho. Nah, sekaranglah waktunya untuk menikah. Ayolah jangan terlalu dipilih, ntar niat memilih jadi tak dipilih orang. Begitu saja selalu. Aku menganggap mereka sebagai pemerhati yang setia yang setiap harinya selalu mencari info terbaru tentang aku. Mencoba berpikir positif.

Mereka dengan santainya berbicara tanpa berpikir apa akibat dari bicara mereka, tapi itulah manusia. Selalu saja mencari kekurangan orang lain. Mendengar itu awalnya aku kesal, marah, minder tapi karena terlalu sering mendengar pertanyaan itu aku dengan tenang dan tersenyum menjawab, “Iya. Ya tolong doakan jodohku ya agar secepatnya dikirimkan sang Pencipta,” atau jawabku, “Priaku masih otw ke sini.”

Menikah memang kerinduan setiap insan yang masih single tapi bukan berarti karena usia yang tinggi membuat kita berpikiran asal jadi. Manusia makhluk yang rasional wajar saja untuk tetap memilih mana yang terbaik menjadi pendampingnya untuk seumur hidup. Karena menikah bukanlah ajang permainan yang kalau sudah bosan bisa diganti, tapi itu adalah tiket sekali perjalanan kita untuk menuju kebahagiaan. Ketika kamu salah pilih maka seumur hidup kamu akan menderita.

Tak ada alasan bagiku untuk tidak memaknai hidup dengan bersyukur, walaupun kita sebagai manusia biasa sering sekali patah semangat bila kita dipertanyakan dengan beberapa pertanyaan klise itu. Namun itu tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak berusaha. Mari tetap mencoba menanam kebaikan untuk mendapatkan yang terbaik.

Toh, jodoh sudah ada yang mengatur. Tugas kita manusia berbenah diri untuk menantikan jawaban doa kita. Memang bukan sekarang tapi yakinlah pada janji-Nya. Suatu hari nanti dia akan mempertemukan kamu dengan jodohmu di waktu yang tepat dengan cara yang tepat pula.

(vem/nda)
What's On Fimela