Punya pengalaman tak menyenangkan atau tak terlupakan soal pertanyaan 'kapan'? Kata 'kapan' memang bisa jadi kata yang cukup bikin hidup nggak tenang. Seperti kisah sahabat Vemale yang disertakan dalam kompetisi Stop Tanya Kapan! Ungkapkan Perasaanmu Lewat Lomba Menulis Juli 2018 ini. Pada dasarnya kamu nggak pernah sendirian menghadapi kegalauan dan kecemasan karena pertanyaan 'kapan'.
***
Pertanyaan "kapan" merupakan suatu pertanyaan yang sering sekali ditanyakan pada saat kita berkumpul dengan orang-orang yang sudah lama tidak berjumpa ataupun dengan keluarga besar. Tentunya pertanyaan tersebut terdengar bising sekali di telinga. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu seringkali muncul ketika mereka membandingkan kita dengan yang lain.
Aku mengambil keputusan untuk kuliah di Kedokteran Gigi, di mana semua orang tahu bahwa kuliah kedokteran adalah kuliah yang menghabiskan umur. Di saat teman-teman SMA ku yang lain sudah lulus dan mulai bekerja, aku baru memasuki program profesi (koass). Pertanyaan-pertanyaan seperti “Kapan lulus?” “Kok lama banget lulusnya?” mulai bermunculan yang membuat orang lain yang tidak tahu berpikir bahwa aku orang bodoh yang tidak lulus-lulus.
Saat itu aku terus menjawab dengan membela diriku, aku menjelaskan bahwa memang kuliah kedokteran itu butuh waktu minimal 5 tahun, tidak seperti kuliah ekonomi ataupun yang lain. Namun jawabanku tidak membuat mereka berhenti bertanya hal tersebut di pertemuan-pertemuan berikutnya.
Aku hanya bisa berkata dalam hati, “Memang siapa yang tidak mau cepat lulus dan cepat bekerja sehingga bisa punya uang sendiri? Siapa yang tidak mau cepat-cepat membahagiakan orangtua?” Pertanyaan tersebut terus menghantui pikiranku, apalagi aku harus terus berjuang dengan pasien dan dosen-dosen di koas-ku. Namun itulah proses.
Waktu pun berlalu. Akhirnya aku merasa berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan kelulusanku saat itu. Aku langsung diterima bekerja di suatu klinik pengobatan gigi. Namun ternyata aku salah. Orang-orang tersebut kini mengubah pertanyaannya menjadi, “Kapan nikah?” apalagi saat menghadiri pernikahan saudara atau teman. Pertanyaan, “Kapan nyusul?” terdengar sangat menusuk di telinga dan di hati. Saat ini aku hanya menjawab mereka dengan tersenyum dan berkata, “Ada waktunya Tuhan."
Setiap orang punya waktu dan prosesnya sendiri. Waktuku, waktumu, dan waktunya jelas berbeda. Belajar untuk menghargai waktu orang sangatlah penting. Banyak orang yang lulus tepat pada waktunya namun menganggur sampai beberapa tahun. Dan ada juga orang yang terlambat lulus langsung mendapat pekerjaan.
Ada orang yang tidak menikah namun mempunyai anak, namun ada pula orang yang lama menikah dan menantikan anak sampai sekarang. Semua orang juga ingin menikah. Namun menikah atau tidak menikah adalah urusan pribadi. Adalah lebih baik untuk tidak menikah daripada ujungnya bercerai. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu tidak akan berhenti sampai kapanpun dan akan terus berlanjut.
Bahkan di negara lain pertanyaan tersebut seringkali dianggap tidak sopan. Jauh lebih baik melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk hari depan kita daripada bertanya ataupun memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Tidak semua buah berbuah di musim yang sama, begitu pula dengan manusia.
- Jika Tak Bisa Memberi Kepastian Maka Lepaskanlah, Cinta Bukan Permainan
- Jangan Merasa Ciut dengan Tanya Kapan, Sebab Tuhan Akan Selalu Menolongmu
- Jangan Terlalu Perfeksionis, Jaga Kesehatan Tetap Jadi Prioritas Utama
- Meski Maut Memisahkan Kekasih Hati, Cinta Sejati Akan Selamanya Abadi
- Ayah Mengembuskan Napas Terakhirnya di Pelukanku