Nak, Masih Ingatkah Dulu Kita Pernah Berjuang Antara Hidup dan Mati?

Fimela diperbarui 05 Jul 2018, 11:15 WIB

Duhai buah hatiku, belahan jiwaku sejak engkau lahir dan dipercayakan Tuhan kepada kami orangtuamu yang sangat tidak sempurna ini, derajat kami seketika itu terangkat, suasana berubah menjadi syahdu. Kesucianmu mengharumkan keharmonisan keluarga kecil ini, tugas kami hanya menjaga, membesarkan, dan mengantarkanmu menjadi manusia yang berakhlak mulia. Walau kami sendiri banyak sekali kekurangan, menjagamu adalah pekerjaan terindah yang diberikan Tuhan saat ini. Oh anakku tumbuhlah sehat, jadilah pemuda tangguh dan berguna untuk kebaikan.

Desember 2017 di mana prediksi hari persalinan segera tiba. Sejak hari pertama dinyatakan hamil, tidak pernah ada hasil USG yang mengkhawatirkan baik pemeriksaan bidan maupun dokter kandungan, semua berjalan baik dan lancar. Inilah kesalahan kami yang pertama ketika semua begitu baik dan lancar kami terlalu menikmati zona nyaman itu, seharusnya kami lebih sensitif dan pintar untuk mencari second opinion mengenai kehamilan Karena tidak ada yang sempurna menyangkut suatu kehamilan.



Benar saja bayi yang di prediksi lahir tanggal 12 bulan 12, tidak menunjukkan tanda-tanda apapun. Hari persalinan ditunda sampai terjadi kontraksi atau maksimal tujuh hari dari jadwal yang seharusnya. Akhirnya 19 Desember 2017 kau harus dilahirkan dengan bantuan induksi. Hampir 24 jam kami menanti, sakit ini adalah sakit penantian yang diharapkan berakhir dengan air mata kebahagiaan.

Persalinan pun dilakukan ternyata selama ini kau tersiksa di dalam rahim, terlilit tali pusar hingga semua leher tertutup, teracun air ketuban yang sudah sangat keruh karena stres. Kita berdua di antara hidup dan mati. Kita berdua berjuang untuk hidup. Oh anakku sayang, maafkan mama yang lengah menjagamu, sehingga kau harus tersiksa dengan banyaknya suntikan yang harus dirasakan bahkan sejak baru saja di lahirkan. Tapi saya tahu Tuhan Maha Baik dan tidak akan memberi cobaan di luar batas kekuatan hamba-Nya.



Saat ini kita berdua selamat, sehat dan alhamdulillah engkau tumbuh sehat, walau ketika dilahirkan beratmu kurang. Sudah 6 bulan berlalu sejak persalinan tersebut, persalinan yang penuh dengan rasa sakit, air mata dan kesedihan. Sebagai orangtua saya bukanlah ibu yang sempurna tetapi berusaha menjadi yang terbaik untuk anak, itu yang sedang kami coba lakukan.

Selalu menjaga kesehatannya dengan memberi ASI eksklusif, MPASI dengan menu diet yang sehat karena bayi menderita alergi. Selalu memastikan mendengar tawanya setiap hari. Karena tawanya adalah musik yang paling indah di telinga saya. Walau kami sebagai orangtua tidak bisa bersama-sama menjagamu selayaknya keluarga normal lainnya, tapi kasih sayang ini tidak akan pernah luntur ataupun berkurang. Karena kasih sayang kami akan selalu menjadi pelita dalam perjalanan hidupnya. Menjaga titipan Tuhan yang paling berharga ini adalah pekerjaan berat yang paling menyenangkan dalam hidup, semoga menjadi amanah dan keberkahan untuk kami.



Dengan banyaknya pengalaman hidup yang sudah pernah saya jalani, keegoisan yang sering saya lakukan, mengandung dan melahirkan adalah proses terindah dan pertobatan  yang saya rasakan. Walaupun pada akhirnya saya mengalami trauma yang sangat besar dengan proses tersebut, mata hati ini terbuka. Rasa keibuan yang tidak pernah saya miliki sebelumnya timbul dan tumbuh setiap harinya. Rasa syukur karena diberi kepercayaan untuk menjaganya semakin hari semakin bertambah.

Walau ada kesedihan di balik semua itu, pernikahan mengalami banyak dilema dan terpisah. Saya harus mengasuhnya sendiri karena suami bertugas di kota lain. Tapi itulah hidup setiap detiknya bisa berubah dan tidak bisa Kita prediksi ke depannya, bisa jadi kita tertawa dan 5 menit berikutnya kita menangis.

Saat ini prioritas saya adalah menjaga bayi saya dengan segenap hati dan kekuatan yang ada. Tanpa coba menoleh ke belakang dan menangis. Mencoba berjalan lurus dengan senyuman, karena anak saya membutuhkan ibunya. Ibu yang kuat, mandiri dan penuh kasih sayang. Dan itulah yang akan saya berikan.

Di balik semua kemalangan pasti ada pelajaran yang bisa di petik. Senyuman yang bisa kita rasakan dan kebaikan yang akan menanti di ujung sana. Saya percaya hal tersebut akan diberikan oleh buah hati yang sedang saya Jaga saat ini. Saat ini dia adalah kekuatan dan senyuman saya, janji seorang ibu kepada anaknya, kasih sayang ini tak akan pernah lekang oleh waktu, “Mama akan menjagamu dengan jiwa dan raga."

Tumbuhlah besar, sehat, cerdas, taat agama, dan segala hal baik yang akan menjadi doa-doa dalam setiap detiknya. Karena saya percaya doa ibu untuk anaknya adalah jalan menuju surga yang akan menuntun kami berdua.




(vem/nda)