Tak pernah terbayangkan liburan panjang lebaran tahun ini menjadikan saya seorang penjaga. Semua berawal saat saya mengantar mama ke sebuah rumah sakit swasta karena tubuh mama berwarna kuning. Meskipun suhu badannya normal dan tidak ada keluhan lainnya, mama terlihat lebih lemas dari biasa.
Sambil menunggu kedatangan dokter, saya berinisiatif meminta pemeriksaan laboratorium kepada perawat yang bertugas. Ternyata hasil laboratorium dan pemeriksaan dokter menyatakan mama harus dirawat hari itu juga. Bilirubin mama di angka 13,1, sementara batas normal adalah di bawah 1,0. Membujuk mama untuk rawat inap menjadi pekerjaan besar karena sang Ratu Rumah Tangga enggan meninggalkan singgasana menjelang lebaran.
Akhirnya libur panjang lebaran menjadi alasan saya untuk memaksa mama. Saya katakan kalau libur lebaran ini berakhir, sulit untuk minta cuti kantor menunggui mama. Mencari kamar rawat yang sesuai keinginan mama ternyata tidak mudah. Kamar yang tersedia jauh dari ruang perawat, sedangkan yang dekat melebihi budget. Akhirnya kami putuskan mengambil kamar yang dekat ruang perawat sambil berdoa semoga ada yang sesuai budget di sekitarnya. Ternyata enam jam kemudian, kami mendapatkan kamar sesuai permintaan.
Mungkin karena itu malam pertama di rumah sakit, tidur malam mama amat tidak nyenyak. Berkali-kali mama terbangun dan mengeluh, mulai dari kedinginan, perut sakit, lidah sakit sampai tangan yang bengkak karena infus. Untuk hal infus, tentu saja perawat yang menanganinya. Tetapi masalah dingin atau pegal-pegal, saya berusaha memijat badan mama semampu saya sambil menahan kantuk. Mendekati waktu sahur, mama baru bisa tidur nyenyak.
Pagi hari, saat adik dan papa datang, dokter menyampaikan berita yang cukup mengejutkan dari hasil USG abdomen semalam. Terdapat sumbatan di saluran antara empedu dan pankreas yang disebabkan oleh massa di sekitar pankreas. Ada serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui jenis massa tersebut. Tetapi tindakan utama untuk membuat semacam jembatan di saluran tersebut belum dapat dilakukan di rumah sakit bersangkutan.
Mama tentu saja cemas mendengar hasil pemeriksaan tersebut. Hal ini berimbas pada nafsu makannya. Mama perlu dibujuk untuk menghabiskan makanan walau setengah dari porsi yang disiapkan. Saya juga meminta pada dokter yang merawat apabila hasil pemeriksaan lanjutan lebih parah dari yang disampaikan tadi pagi agar menyampaikan pada keluarga saja tidak di depan mama, mengingat mama sensitif akan penyakit yang dideritanya.
Pemeriksaan lanjutan yang dijalani mama ternyata tidak nyaman bagi dirinya. Saya membujuk mama berkali-kali untuk meminum cairan yang diminta pemeriksaan lanjutan. Hasil pemeriksaan lanjutan disampaikan dokter pada keluarga, massa di pankreas mama ternyata tumor berukuran 4-5 cm. Kami sekeluarga berusaha tidak memberitahu mama akan hal ini, agar mama tetap bersemangat dalam proses penyembuhan. Namun dalam prosesnya, dokter lain yang dimintakan second opinion malah menyatakan terus terang penyakit tersebut kepada mama. Hal ini membuat Mama kehilangan nafsu makan dan semangatnya untuk sembuh. Akibatnya malam hari gula darah mama merosot drastis. Hal tersebut cepat ditangani perawat dan dokter jaga karena saya terbangun dan mendapati badan mama yang berkeringat dingin dan tubuhnya gemetaran.
Pihak rumah sakit menyarankan mama untuk pulang pada malam takbiran, karena pengobatan selanjutnya belum dapat dilakukan di rumah sakit bersangkutan. Namun mama harus segera masuk kembali ke rumah sakit yang lebih besar untuk dilakukan tindakan pemasangan saluran dan juga pengangkatan tumor. Kepulangan kali ini belum melegakan hati kami.
Bayangan untuk menjaga mama di hari-hari berikutnya untuk mendapatkan pengobatan yang tuntas sudah di depan mata. Meskipun demikian, mama menyatakan salah satu penyebab semangatnya kali ini adalah saat di rumah sakit sekarang, mama bisa ditemani saya secara total karena sedang cuti bersama. Beberapa kali sebelumnya, saat Mama masuk rumah sakit, saya hanya dapat menemani satu atau dua hari saja karena kesibukan kerja. Selebihnya adik atau ART mama yang menemaninya.
Penyakit mama saat ini membuat saya kembali menyusun prioritas hidup. Entah berapa lama lagi waktu yang diberikan Tuhan pada saya untuk menjaga mama. Tapi satu yang saya tahu menjaga mama seperti menjaga jalan ke surga, karena bukankah surga berada di telapak kakinya?
- Ikhlas Itu Susah karena Hadiahnya Surga
- 5 Tips Memaafkan untuk Membuat Hati Kembali Damai
- Bila Masalahmu Terasa Berat, Ada Tuhan yang Kapan Saja Bisa Diajak Curhat
- Bila Niat Hijrah Cuma untuk Menarik Perhatian Pria, Hati Akan Sakit Sendiri
- Salat Jadi Penolong Pertamaku untuk Sembuh dari Fobia Menakutkan Ini
(vem/nda)