Bali sudah menjadi pusat Digital Nomad di Indonesia. Apakah itu Digital Nomad? Menurut Investopedia, Digital Nomad adalah orang yang bekerja dan tinggal berpindah - pindah dengan memanfaatkan teknologi. Umumnya mereka bekerja di kafe atau co-working space, dan bekerja hanya melalui laptop.
Berdasarkan penulis buku The 4-Hour Work Week: Escape the 9-5, Live Anywhere and Join the New Rich, Tim Ferriss, menyatakan bahwa gaya hidup ini menggambarkan generasi wirausaha (entrepreneur) “kaya baru”. Generasi ini adalah pemilik bisnis dan pekerja lepas (freelancer) yang memanfaatkan kebebasan lokasi untuk lebih sering jalan - jalan dan eksplorasi.
Banyak expatriat yang tadinya hanya berencana menjadi digital nomad selama sebulan kemudian memutuskan untuk menetap lebih lama dengan cara membuka bisnis.
Tina dan Emilio dari Australia membangun sekolah coding bernama Institute of Code di salah satu daerah hits di Bali yaitu Canggu. Salah satu kesuksesan bisnis ini adalah, ditawarkannya kelas yoga dan meditasi secara reguler. Selain itu, Pieter Levels - terkenal dengan misi “12 startup dalam 12 bulan”, meluncurkan Nomadlist.com, sebuah website berisi data lebih dari 500 kota yang memperlihatkan berbagai kota terbaik untuk digital nomad. Ada juga Steve Munroe, Peter Wall, dan John Alderson, yang menciptakan coworking space pertama di Bali bernama Hubud.
Sudah menjadi cerita lama kalau Bali selalu dikunjungi banyak turis. Dengan gaya hidup yang bebas ditambah keindahan alam pulau dewata ini, banyak anak muda Indonesia merekam ini di media sosial Instagram mereka. Anak muda lokal bali pun mulai memanfaatkan gaya hidup baru ini dengan menjadi fotografer. Salah satunya pemilik akun Instagram @iwwm, Wahyu Mahendra, yang aktif mengambil keindahan bali dengan drone-nya. Karya Wahyu sudah dilirik oleh agency kreatif Beautiful Destinations, dengan menampilkan karyanya di video YouTube, yang saat ini sudah dilihat lebih dari 50 ribu orang.
Jadi apakah worth it untuk pindah ke Bali menjadi Digital Nomad?
Berdasarkan riset dari organisasi non profit American Gap Association, pengalaman menjadi Digital Nomad membantu individu lebih memiliki pemahaman berbagai kultur. Yang paling penting adalah, membantu kita mendapat skill yang bisa memajukan karir, perkembangan personal, dan akhirnya bisa membantu mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Gaya hidup nomaden ini sangat terkenal di kalangan industri teknologi, yang melihat betapa pentingnya seseorang untuk memiliki ini. Beberapa perusahaan yang mewajibkan pegawainya untuk mengambil pilihan kerja digital nomad adalah Wordpress, Google, dan Facebook. Selain itu, sudah semakin banyak situs - situs yang menawarkan informasi lowongan kerja untuk digital nomad, seperti Fiverr, Remote.OK, dan UpWork.
Pada akhirnya keputusan untuk menjadi digital nomad tergantung pada diri sendiri. Kamu perlu memiliki visi yang jelas mengapa kamu melakukan ini. Karena, hidup ini bisa dibilang cukup banyak tantangan. Biasanya kamu sudah tenang setiap bulan akan menerima gaji, dengan gaya hidup ini belum tentu kamu bisa mendatangkan jumlah penghasilan yang sama setiap bulan. Tetapi, bila kamu memutuskan untuk menjadi digital nomad, bisa dipastikan perkembangan profesional dan personal akan jauh lebih cepat!
Tentang Penulis:
Shabrina Koeswologito adalah travel blogger dari Indonesia yang saat ini menetap di kota New York. Websitenya SlowTravelStory.com khusus cerita perjalanan yang sifatnya jangka panjang. Saat ini Shabrina sudah meluncurkan guidebook “Bali From Locals” di Amazon.com. Shabrina bisa diikuti di media sosial Facebook dan Instagram di @slowtravelstory. Shabrina membagi waktunya untuk tinggal di Jakarta dan New York.
- 9 Tanda Kamu Akan Dipecat dari Pekerjaan, Perhatikan Ladies!
- Tips Mengelola THR Agar Tetap Hemat dan Lebih Untung dengan Reksa Dana
- Agar Gaji Tak Hanya Numpang Lewat, Ini 5 Cara Mengelolanya
- 9 Pekerjaan Swasta Ini Punya Gaji yang Tidak Main-Main, Baca Daftarnya!
- Ini Cara Menentukan Hari Baik Memulai Usaha Menurut Primbon Jawa!