Biaya Rp 30 Juta, Briand-Ike Gelar Nikah Piknik Minimalis Nan Romantis

Fimela diperbarui 30 Jun 2018, 10:58 WIB

Langit Kota Malang sore itu dihiasi dengan matahari senja yang malu-malu menampakkan sinarnya. Angin berhembus cukup kencang di bulan Juni yang sejuk. Tapi suasana hangat terasa di sebuah cafe di Kota Malang bernama Hamur Dieng. Hari Sabtu (23/6), Briand dan Ike, merayakan syukur atas perjalanan cinta mereka dalam sebuah resepsi pernikahan yang sederhana tetapi berkesan.

Pesta pernikahan Briand dan Ike dirayakan oleh kedua mempelai dan sahabat-sahabat mereka dengan nuansa pesta kebun yang hangat. Hari itu, pasangan yang telah berpacaran selama sembilan tahun itu berbagi kebahagiaan dalam acara yang mereka sebut dengan "Nikah Piknik."

Dari pintu masuk, terasa sekali suasana piknik yang santai dan menyenangkan. Pohon besar yang rindang menyambut para tamu begitu memasuki venue. Hiasan bernuansa rustic berpadu dengan bohemian membuat ambience acara terasa sangat artsy.

Melalui akun Twitternya, Briand membagikan cerita persiapan pesta pernikahannya. Untuk pesta pernikahan yang mengundang 225-250 undangan, pasangan ini menghabiskan budget sebesar Rp 30 jutaan. "Kami nggak undang banyak banget karena emang dari awal pengennya intim, jadi cuma undang keluarga, temen2 deket, temen2 kerja. Kami pengennya ketemu bisa 'reuni' sesama tamu, bisa ngobrol enak. Intim gitu, " cuit Briand.

Konsep Nikah Piknik idaman

Nikah Piknik ini merupakan konsep pesta pernikahan yang diidamkan Ike, sang istri, yang terinspirasi dari pernikahan Rahne Putri - Yogas. Untuk mewujudkan mimpinya, pasangan yang sudah mengenal sejak bangku SMA ini benar-benar mengerjakan segala persiapannya berdua.

Melalui Whatsapp, Winda Carmelita dari Vemale.com berkesempatan ngobrol-ngobrol langsung dengan Briand.

Berapa bulan persiapan pesta pernikahan ini?

Sebenernya kami betul-betul fokus menyiapkan pernikahan bulan April. Jadi, akad kami dilaksanakan 14 April, akhir April baru balik ke Malang. Sesampainya di Malang belum menyiapkan apapun, malah kami disibukkan jadwal 'bulan madu' di Jawa Tengah pada awal Mei. Jadi benar-benar mulai menyiapkan perhelatan nikah piknik ini pada pertengahan Mei. Venue dan Dekor baru kami DP pertengahan Mei itu.

Bagaimana kalian mempersiapkan budget untuk pernikahan ini?

Jujur, nikah piknik kami budgetnya adalah budget pribadi sisa dari rangkaian acara lamaran sampai akad nikah. hehe. Jadi kami pasrah sedapetnya rejeki, sedikit gambling sih. Jadi kami menyiasati dengan ngirit semaksimal mungkin, contohnya memakai perlengkapan yang kami punya, kain dari lamaran, celana untuk akad. Tapi di masa mendekati hari H, akhirnya dibantu orang tua juga.

Pertama kali hal apa yang kalian survey dan yang kalian putuskan terkait persiapan pesta pernikahan ini, di luar menetapkan tanggal?

Yang utama jelas Venue ya, tapi begitu kami dapet Hamur Dieng lngsung fix kok. Tanpa melihat pertimbangan lain. Kedua baru milih dekor yang sesuai keinginan.

Ada area buat anak-anak, bagaimana ide awalnya?

Murni dari istri saya sih idenya, dia ingin para tamu yang datang bersama anak-anaknya bisa santai, menikmati acara, gak cranky ngajak pulang. Terinspirasi dari nikahan Dion-Ayu yang ada kids cornernya. Dan beneran seru, bahkan ada tamu yang ketika foto anaknya gak mau turun dari sepeda yang kami siapin hehe. Kids cornernya kurang balon, bubble sama hadiah. Karena hectic dan gak sempat makanya kami hapuskan.

Dari serangkaian persiapan, menurut kalian untuk pernikahan outdoor low budget ini apa yang paling menantang?

Hujan. Beberapa hari sebelum acara Malang jadi sering banget hujan. Kalau kemarin jadi hujan, akan sia-sia persiapan kami selama ini. Tapi Alhamdulillah gak hujan di venue. Selain itu tantangannya adalah memastikan kordinasi berjalan dengan baik, sehingga acara bisa berjalan lancar. Karena kami memang gak ada yang bantuin.

Banyak hal yang tidak saya ceritakan di Twitter, misalnya:

  1. Baju mempelai wanita H-4 masih berupa lembaran kain, belum dijahit. Vest dan kemeja yang aku pake juga baru aku terima hari jumat malem. Baru aku coba H-2 jam. Kami super sibuk karena Jumat sore sampe malem ada acara teuni keluarga istri dengan estimasi peserta 100 orang. Itupun cuma kami berdua yang handle.
  2. Souvenir itu hari Jumat malam masih belum dipacking, baru diprint sorenya, akhirnya dibantuin pegawaiku sampe tengah malem. (red: Briand punya usaha konveksi)
  3. H-2 masih bingung baju bapak pake baju apa, akhirnya deal sewa jas.
  4. Aku sama istri super sibuk. Rabu ada acara pengajian 1000 hari kakeknya istri di Banyuwangi. Kamis pagi berangkat ke Malang rombongan se keluargaku. Sampe Malang jam 7 malem, jam 9 lanjut rapat sama orang dekor, sama band dll.
  5. Jumat pagi membagi fokus ke acara reuni keluarga, ikut acara sampe jam 11 malem.
  6. Sabtu masih riwa-riwi ambil souvenir, cek venue, jemput Ibu dll. Acara mulai jam 13.30 tapi jam 11 aku belum mandi. Hehe

Intinya sih ribet dan gak berjalan mulus, tapi harus tetep sabar dan dinikmati.

Hal apa yang pengen kalian sampaikan untuk mereka yang mau menyelenggarakan pernikahan low budget seperti kalian?

Pertama emang niat dari awal, niat bikin pernikahan yang memorable dan affordable. Itu bisa jadi semangat biar gak nyerah duluan.

Dua, percaya sama rejeki dari Tuhan dan rejeki manten itu ada. Selain itu berkaitan dengan finansial, jangan gengsi buat nego ke vendor. Bahkan kami bayar dekor sampai lima kali. Tapi harus dipastikan vendornya mau.

Pesta pernikahan memang adalah momen berkesan seumur hidup. Tetapi jangan lupa, merayakannya harus diiringi dengan kemampuan finansial dan kesiapan kedua pengantin dalam mempersiapkan penyelenggaraannya. Jangan sampai keinginan yang menggebu-gebu, mengorbankan hal yang tak seharusnya menjadi ganjalan di kemudian hari.

Selamat untuk Briand dan Ike, semoga pernikahannya langgeng dan terus menginspirasi.

Tertarik dengan konsep pernikahan unik ini, Ladies?

 

(vem/wnd)