Suami Baruku Mengincar Keperawanan Anak Gadisku

Fimela diperbarui 25 Jun 2018, 14:40 WIB

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Aku seorang single parent yang memiliki tiga orang anak. Semenjak kematian suamiku 12 tahun yang lalu aku harus bekerja ekstra untuk menghidupi tiga anak kami. Semasa hidup suamiku hanya bekerja sebagai buruh pabrik penghasilannya pas-pasan bahkan kurang. Maklum saja setelah meninggal tak banyak yang diwariskan pada kami, satu-satunya yang ia tinggalkan pada kami hanya rumah yang selama ini kami tinggali.

Beruntung aku memiliki pekerjaan, aku adalah seorang guru TK, di rumah aku juga membuka les privat serta jasa menjahit jika dibutuhkan. Kini ketiga anakku sudah beranjak dewasa, kedua anak laki-lakiku sudah berkuliah, anak ketigaku perempuan dan baru saja lulus SMA.

Anakku yang pertama kini sudah hampir berusia 27 tahun, kuliahnya tak berjalan mulus karena kendala keuangan sehingga ia keluar dan  memutuskan untuk bekerja walaupun dengan penghasilan yang tak selalu tetap. Anakku yang kedua sekarang sedang berkuliah, ia juga kadang-kadang membantu kakaknya bekerja untuk biaya kuliahnya.



Untuk anakku yang ketiga adalah seorang perempuan,kini usianya 19 tahun. Setelah lulus SMA aku memang tak menyuruhnya untuk berkuliah karena mengingat perekonomian kami yang kurang sehingga kini ia membantuku menjahit jika ada orang yang meminta kami.

Memang semenjak kematian suamiku aku selalu mendidik ketiga anakku untuk hidup mandiri dan keras. Walaupun begitu berbeda dengan kedua kakaknya yang patuh, anak gadisku ini sangat  keras kepala, jika ada sesuatu yang tidak bisa kuturuti dia akan marah dan bisa melalukan sesuatu di luar nalar.

Hari itu aku bertengkar hebat dengan anak perempuanku, ia memintaku membelikannya handphone baru dan sepeda motor, katanya ia ingin bekerja di sebuah pabrik. Permintaannya terlalu berat untukku sehingga aku menolaknya.

Suatu hari tiba-tiba terbesit dalam pemikiranku untuk menikah lagi, alasannya karena ekonomi. Aku berpikir jika nanti aku menikah maka semua kebutuhan kami menjadi lebih ringan, toh sebenarnya aku juga mempunyai ego untuk memiliki suami. Jujur saja semenjak kematian suamiku aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi, karena memberatkan ketiga anakku. Aku bekerja sangat keras hanya untuk ketiga anakku dan kini menurutku ini adalah waktu yang tepat untuk memiliki suami, toh anak-anakku sudah dewasa pasti mereka bisa menerimanya.



Singkat cerita aku meminta seorang teman untuk memperkenalkan kepada seorang pria. Sulit awalnya membujuk ketiga anakku untuk merestui pernikahan kami, mengingat umurku sudah berkepala 4 dan tak muda lagi, namun dengan pendekatan dan alasan yang bisa mereka terima akhirnya aku dan AM menikah.

Aku menikah degan seorang pria bernama  AM, kami menikah setelah 3 bulan saling mengenal. AM seorang duda dan usianya sama denganku, sehari-hari AM bekerja sebagai sopir truk antar pulau. Setelah kami menikah,AM memberikan sepeda motornya kepada anak perempuanku, ia juga membelikan HP baru pada ketiga anakku, AM adalah pria yang baik dan bertanggung jawab.

Semenjak AM masuk ke dalam kehidupan kami jujur saja semua beban perekenomian yang biasanya kuatasi sendiri kini terasa lebih ringan, memang setelah menikah dengan AM rasanya aku kembali seperti muda kembali, perasaan  rindu akan suami sudah terobati. Aku merasa kami seperti sebuah keluarga ideal yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.

Tak lama beberapa bulan kemudian setelah aku dan AM menikah, anak perempuanku kabur dari rumah. Terakhir kali anak perempuanku terlihat ketika ada di dalam rumah, lalu setelah kami semua pulang ke rumah anak perempuanku tidak ada di rumah hingga keesokan harinya kami pun memutuskan untuk mencarinya. Kami sudah mencari kesana kemari namun tak ketemu.



Aku mencari sampai ke rumah saudara terjauh kami namun tetap tak membuahkan hasil, bahkan kami menghubungi semua teman-teman anakku dari teman SD hingga SMA berharap ia ada di salah satu rumah mereka. Hampir 14 hari anak perempuanku tak pulang kerumah, kemudian karena sudah putus asa kami pun meminta bantuan polisi.

Suamiku AM meminta izin untuk membawa motornya yang awalnya ia berikan pada anak perempuanku untuk mencarinya, katanya ia akan menemui orang pintar yang bisa tau keberadaan anak perempuanku. Itu adalah terakhir kali aku dan AM saling berkomunikasi, hingga sekarang AM tidak pernah kembali lagi.

Lalu dua minggu kemudian anak perempuanku kembali, ia menceritakan cerita yang membuatku pilu dan sedih sebagai seorang ibu. Alasan mengapa ia kabur dari rumah karena ia takut pulang ke rumah karena ada AM, ia menuturkan jika awalnya AM itu memang sangat baik kepadanya namun lama kelamaan ternyata niat AM ada maksudnya.



AM berusaha merenggut keperawanan anakku. Hari di mana anak perempuanku pergi dari rumah ia bercerita jika waktu itu ia di rumah sedang menjahit beberapa pakaian milik pelanggan kami, lalu ia tahu jika AM sepertinya pulang awal karena anakku tahu sikap AM  yang sesungguhnya ia pun menelepon seorang temannnya untuk datang ke rumah. Dan benar saja hari itu AM berusaha memperkosa anak gadisku, anakku berusaha lari dan tepat di depan rumah kami ia sudah dijemput oleh temannya.

Alasan anakku tak menceritakan semua kelakuan AM adalah ia melihat jika aku sepertinya sangat bahagia jika bersama AM. Aku langsung memeluk anakku dan meminta maaf padanya, tak henti-hentinya aku menangis dan mengatai diriku sebagai ibu yang bodoh dan tak berguna.

Pria yang kukira baik dan bertanggung jawab ternyata berkelakuan bej*t seperti itu. Aku tak menyangka dan merasa sangat bersalah pada anakku. Setelah kepulangan anak perempuanku, AM tak pernah lagi kembali ke rumah kami, aku pun sudah menceraikannya secara agama dan hukum.

Aku tak berniat mencari keberadaan AM serta melaporkannya kepada pihak polisi karena tidak mau masalah ini menjadi panjang, toh anak perempuanku juga ingin segera melupakan AM, tapi aku pastikan jika AM kembali lagi ke kehidupan kami ia tak akan selamat karena aku tidak akan membiarkan kabur lagi.

Untuk sekarang yang aku inginkan hanya menghabiskan waktu dan hidupku untuk menjaga ketiga anakku, aku memutuskan  tak mau lagi menikah. Cukup melihat ketiga anakku berkumpul bersama di rumah sudah sangat membuatku bahagia.





(vem/nda)
What's On Fimela