Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Di pertengahan tahun ini sudah banyak pengalaman suka duka yang aku alami, dan hingga akhirnya Allah sepertinya sedang ingin menegur aku dan adik kakakku. Sekitar 4 bulan yang lalu, ibu secara mendadak pingsan di malam hari, tepatnya pukul 11 malam tanggal 11 Februari 2018. Padahal sebelumnya, keluarga bulek baru saja pulang dari rumah kami sekitar pukul 10 malam, dan ibu masih bisa menemani mereka. Dengan tidak ada tanda sebelumnya ibu tiba-tiba pingsan langsung tidak sadar. Kami semua panik, akhirnya kami bawa ke IGD RS terdekat rumah. Setelah menunggu diobservasi oleh dokter lalu di CT Scan bagian kepala ibu, ternyata di kepala Ibu ada pembuluh darah yang pecah di otak dan ibu terkena serangan stroke secara mendadak.
Bagaimana perasaan kami, tiba-tiba mendengar ibu yang sebelumnya terlihat sehat langsung terkena stroke yang berat? Sakit, pedih, trauma, nyesek, sedih semua campur jadi satu.Singkat cerita, ibu direkomendasikan oleh pihak RS untuk dioperasi, dikeluarkan darah yang telah pecah di otak di RS PON (Pusat Otak Nasional) daerah Cawang. Bergegas kami menuju ke RS PON jam sekitar pukul 10 malam setelah mengetahui hasilnya. Setelah sampai RS PON, ibu dioperasi sekitar pukul 12 malam dan selesai sekitar pukul 2 dini hari. Alhamdulillah operasi berjalan lancar berkat doa-doa seluruh kerabat yang didengar oleh Allah.Selama hidup, bagian ini adalah hal terberat dalam hidup aku dari semua masalah yang pernah terjadi sebelumnya. Setiap hari menangis, takut ibu aku meninggal, sementara aku belum bisa jadi anak yang baik. Takut banyak dosa yang belum dimaafkan sama Ibu, takut semua, takut ibu dipanggil oleh Allah dan aku ditinggalkan dalam penuh penyesalan, karena aku belum bisa berbuat banyak untuk balas budi banyak hal kepada ibuku. Sehabis operasi, ibu harus dirawat di ruang ICU yang tidak boleh dikunjungi ke dalam ruangan oleh siapapun termasuk keluarga inti, jadi kami hanya melihat dari jendela pada jam jenguk umum pukul 17.00-18.00 saja. Awal awal di RS aku masih sangat terpuruk yang sangat amat, setiap hari mendampingi ibu sambil mengeluarkan air mata. Aku, adik dan kakakku, selalu bergantian menjaga ibu pagi dan malam, meminta izin dari kegiatan kami masing-masing yaitu kuliah dan kerja untuk menjaga Ibu.
Setelah masa cutiku telah habis, aku berbicara dengan atasanku untuk izin pulang lebih cepat setiap hari untuk bergantian menjaga Ibu di RS selama masa perawatan. Atasanku pun mengerti dan memperbolehkan. Setiap pagi aku bersiap–siap untuk bekerja seperti biasa, namun pukul 14.00 aku sudah mulai keluar kantor untuk bergantian dengan adik yang telah menjaga sejak malam hari. Begitu setiap hari aku lakukan, jika weekend kadang bergantian dengan kakakku. Intinya kami membuat jadwal sedemikian rupa agar kegiatan kami bisa berjalan juga dengan baik. Selama menjaga ibu, tugas kami menggantikan popok ibu, memberikan obat, memberikan minum, memandikan ibu dengan di lap, membaca Al Quran di dekat ibu dan mendoakan ibu setiap harinya di dekat ibu.Sebulan dari RS PON Ibu sudah boleh pulang ke rumah, tetapi seminggu kemudian Ibu drop kembali dan akhirnya masuk ICU dirawat kembali di RS terdekat 2 minggu lamanya hingga dinyatakan baik dan boleh pulang ke rumah. Sampai hari ini, Ibu kami rawat di rumah bersama–sama. Senang rasanya kami masih diberi kesempatan untuk merawat ibu dengan sungguh-sungguh tanpa cela, walaupun aku tahu perawatan kami kepada ibu hanya sekadar sebutir debu dibandingkan jasa ibu merawat kami semua. Allah masih sayang kepada kami semua, doa kita setiap sehabis sholat, permohonan kita setiap waktu dijabah oleh Allah. Ibu masih hidup, ya walaupun masih belum bisa beraktivitas seperti biasa dan masih sering terbaring di kamar. Meskipus sakit, ibu selalu bersemangat untuk sembuh, ibu selalu berusaha berjalan walaupun belum tampak berat, selalu berusaha berbicara walaupun belum jelas, selalu mengingat seseorang walaupun masih suka lupa.Masih ada harapan di kemudian hari bahwa ibu akan sembuh dengan baik jika kita yakin terhadap Allah. Pernah aku berpikir, ya Allah kenapa seberat ini cobaan-Mu kepada hamba dan keluarga hamba. Berasa ada yang hilang dalam keluarga, yang biasanya semua kegiatan kami selalu mengandalkan dan konsultasi ibu. Sekarang Ibu sakit tak berdaya, dan kami semua harus siap semua mandiri dengan sambil mengurusi Ibu.
Selama ibu sakit, banyak sekali hikmah yang kami ambil dari cobaan dan teguran yang Allah timpakan kepada kami, memang terasa berat awalnya, tapi lama-lama kami menyadari bahwa semua terjadi pasti dengan alasan. Ternyata selama ini, kami diajari secara tidak langsung oleh Allah bagaimana kami sabar menghadapi dan menjalani cobaan yang telah diberikan apapun bentuknya, bagaimana kami agar lebih dekat lagi kepada Allah, bagaimana kami jadi lebih kompak bagi tugas rumah dan merawat ibu, bagaimana kami saling memikirkan satu dengan yang lainnya tidak mementingkan diri sendiri saja, bagaimana kami lebih tanggung jawab pada pekerjaan masing-masing, bagaimana kami merawat Ibu yang sedang sakit seperti Ibu merawat kami dahulu dan masih banyak hal lainnya.Mungkin bila tidak diberikan cobaan seperti ini oleh Allah, kami masih suka menyepelekan banyak hal, masih suka marah ke ibu kalau beda pendapat, masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, masih selalu mengandalkan ibu dalam segala hal dan masih banyak hal seharusnya kemarin-kemarin kami tidak lakukan.
Semua memang sudah direncanakan oleh Allah, daun yang jatuh pun sudah Allah rencanakan sejak dahulu. Dan dari cobaan dan teguran ini kami saling introspeksi apa kekurangan kami, apa kesalahan kami, apa yang harus diperbaiki oleh kami, semoga menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Aku selalu ingat firman Allah, "Inna ma'al 'usri yusra," Q.S. 94:6 bahwa sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Allah berfirman kalimat tersebut sampai dua kali yang artinya menegaskan pasti akan kemudahan bersama kesulitan. Doakan ibu kami segera pulih kembali ya, kata dokter butuh waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk bisa kembali normal, semoga kami sabar dan selalu melakukan yang terbaik untuk ibu.
(vem/nda)