Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Sejak kecil, ibuku hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurus segala keperluan anak-anak dan suami. Sumber pendapatan ekonomi keluarga hanya berasal dari ayahku seorang. Ibuku bukan tipe wanita yang lemah, tapi hanya kekurangan rasa percaya diri untuk membuka usaha sendiri padahal banyak sekali kepintaran yang dimilikinya dari kursus-kursus yang diikutinya saat muda dulu. Hari-harinya dihabiskan di rumah bersama anak-anaknya. Dan itulah yang akhirnya mendorong diriku untuk menjadi wanita yang mandiri dan berpenghasilan sendiri tanpa bergantung dengan calon pasanganku kelak.
Aku sendiri bukanlah tipe wanita yang hanya berdiam diri di rumah karena aku sendiri menyadari bahwa dunia di luar memberikanku kesempatan yang lebih banyak, pengalaman, dan tantangan yang luar biasa sehingga bisa membentuk diriku sebagai wanita yang tangguh. Aku tidak berpikir jelek, namun kita tidak pernah tahu apakah ke depannya kita akan menikah. Jika menikah pun apakah pasanganku akan bisa menopang kami selamanya.
Banyak faktor yang membuatku berpikir bahwa pilar sebuah rumah tangga adalah suami istri, ibu dan ayah. Saat satu pilar ini hilang, maka pilar satunyalah masih cukup kuat berdiri untuk menopang keluarga. Maka, ketika aku mendapat pekerjaan dan menjadi mandiri, aku merasa tenang. Bahkan suami saat ini memiliki prinsip yang sama denganku dan selalu mendukung kemajuan karierku. Kemudian pilihanku saat ini mulai goyah saat kami berdua memutuskan untuk memiliki anak setelah satu tahun pernikahan kami.
Dulu ketika melihat rekan kerja wanita yang mengundurkan diri karena lebih condong ke keluarganya, aku masih belum bisa merasakan situasi seperti apa yang membuat mereka rela melepas karier mereka. Membayangkan diri sendiri dari kesibukan bekerja kemudian tiba tiba dunianya terbalik 180 derajat ketika berdiam di rumah dan mengurus rumah tangga. Saat anakku lahir, kurasakan sendiri bagaimana rasanya ketika meninggalkan si kecil bekerja.
Aku dan suami kerja di kota besar. Kami sama-sama anak perantauan. Jadi bisa dibayangkan kala anakku masih bayi, dengan siapa dia akan dititipkan. Day caredi kota kami hanya menerima anak bayi di atas usia 1 tahun. Akhirnya dengan terpaksa kami berdua menitipkan kepada orangtuaku di luar kota yang berjarak 2 jam dari kotaku sekarang dengan catatan bahwa kami menempatkan seorang asisten rumah tangga untuk membantu ibuku mengurus bayi dan pekerjaan rumah tangga.
Ya, mau tidak mau inilah pilihan yang kuambil. Aku masih belum siap melepas karierku di saat atasanku sudah sangat percaya dan posisi karierku sudah mantap. Setiap seminggu sekali aku pulang ke kota asalku, membawa stok ASIP yang tiap hari kuperah 6-8 kali sehari untuk mempertahankan produksi ASI yang masih sangat dibutuhkan bayiku yang kala itu kutinggal bekerja sejak umur 2 bulan membuat waktu tidur berkurang banyak. Bayangkan, tidak boleh sekalipun aku absen untuk pulang, aku harus menjaga asupan nutrisi dan gizi, dan menjaga kesehatanku agar selalu fit untuk pulang menemui dan menjaga bayiku di tengah kesibukan bekerja.
Ada semangat yang selalu menyala, karena di satu sisi juga walaupun waktu bersama anakku hanya dua hari saja, namun peran sebagai seorang ibu adalah memberikan yang terbaik, menjaga dan melindunginya. Saat aku tidak menjaga diriku sendiri, bagaimana aku bisa menjaga anakku juga. Aku bersyukur karena sampai detik ini, anakku aktif luar biasa, selalu sehat dan jarang sakit. Dan aku menantikan waktu saat kami bertiga bisa berkumpul bersama-sama di kota kami ini, di mana ayah dan ibunya yang akan selalu berada di sampingnya untuk menjaganya selalu.
- Untuk Suamiku Tersayang, Tetaplah Bersamaku dalam Suka dan Duka
- Putriku Bukan Anak Down Syndrome, Potensinya Lebih Hebat dari Kelemahannya
- Bila Niat Hijrah Cuma untuk Menarik Perhatian Pria, Hati Akan Sakit Sendiri
- Salat Jadi Penolong Pertamaku untuk Sembuh dari Fobia Menakutkan Ini
- Cela Saja Kekurangan Fisikku, Tapi Nanti Aku Akan Lebih Sukses dari Kalian