Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual, Duh Bisa Nggak Ya?

Fimela diperbarui 21 Jun 2018, 13:00 WIB

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Bagi seorang remaja perempuan yang merantau, menjaga diri adalah tantangan tersendiri.  Menjadi wanita independen yang tinggal di kota besar adalah suatu kewajiban tentunya. Ah, tapi bagaimana denganku yang dulunya merupakan anak mama yang bahkan tidak boleh keluar malam? Tidak mudah, tentunya. Apalagi, baru satu tahun aku merantau aku sudah merasakan sexual harrasment.

Ini sangat sulit bagiku ketika awal menginjakkan diri di kota lain. Dari budaya orang sekitar yang berbeda, lingkungan, serta lokasi yang aku kurang mengerti. Meskipun begitu aku mencoba agar cepat-cepat beradaptasi dengan lingkungan ini. Satu hal yang paling susah menurutku ketika merantau adalah keluar malam. Karena dari dulu tidak pernah diperbolehkan keluar malam, aku awalnya takut untuk keluar malam sendiri. Tentu saja keluar malam bagi seorang perantau tidak dapat dihindarkan. Apalagi, ketika perut keroncongan saat mengerjakan tugas kuliah. "Duh!" batinku.

Mungkin benar bahwa power of kepepet itu memang terjadi. Setelah beberapa kali aku menyediakan roti di kamar, aku mulai jenuh untuk mengonsumsi itu lagi saat lapar di kala malam. Akhirnya, aku mulai terbiasa keluar kamar kosku untuk membeli makanan yang ada di depan gang. Hingga suatu ketika aku bernasib sial.



Malam itu sekitar pukul 11 malam perutku amat lapar, padahal sorenya aku telah menghabiskan beberapa kudapan pengganjal lapar. Karena keesokan harinya ada deadline yang harus dikumpulkan dan aku tidak akan bisa menyelesaikannya dalam keadaan lapar, aku memberanikan diri. Biasanya aku maksimal keluar dari kos untuk mencari makan tidak pernah di atas jam sembilan malam, kini aku keluar dari kos selarut ini.

Aku keluar dari gang kosku dan menemukan ternyata masih lumayan banyak orang yang berjualan di sana. "Syukurlah," batinku saat  itu. Meskipun saat sejauh mata memandang tidak ada wanita selain diriku saat itu. Saat aku melewati beberapa penjual dan bapak-bapak, aku tidak tahu yang mana pastinya, yang jelas aku mendengar seseorang memanggilku. Tentu saja, memanggilnya dalam konteks menggoda. Karena aku dasarnya penakut, aku hanya melengos pergi dan tetap cuek menuju tempat abang-abang nasi goreng menempatkan gerobaknya.

Untung tak dapat diraih, nasib tak dapat ditolak. Setelah aku melewati kumpulan yang entah bapak-bapak atau pemuda-pemuda yang memanggilku tadi, aku mendengar sebuah ujaran porno yang dilontarkan kepadaku! Sungguh saat itu rasanya aku sangat takut dan ingin rasanya balik badan dan lari sekencang-kencangnya untuk kembali ke kamar kos dan menutup rapat-rapat kamarku. Apalagi, setelah ujaran tersebut mereka tertawa-tawa seolah itu merupakan sebuah lelucon yang sangat lucu. Tetapi alih-alih melakukan yang ingin kulakukan tadi, aku malah tetap mempercepat langkahku untuk menuju abang nasi goreng tadi.



Aku membeli nasi goreng dengan keringat dingin. Yang kurasakan saat itu antara marah, takut, kesal, sakit hati karena dilecehkan, dan tentu saja kehilangan rasa lapar. Setelah selesai membeli nasi goreng, aku memutar arah jalanku agar tidak melewati gerombolan pria tadi. Pikiranku saat itu macam-macam, bagaimana apabila mereka menandaiku? Bagaimana apabila mereka mengikutiku?

Awalnya setelah kejadian itu, aku tidak lagi berani keluar malam. Bahkan selepas maghrib pun aku sudah duduk manis di dalam kosku. Tetapi, ini sangat menganggu produktivitasku. Bagaimana apabila aku butuh keluar untuk fotokopi? Tinta pulpen yang habis? Bagaimana apabila ketika menstruasi aku kehabisan pembalut Softex dan harus segera membelinya di luar? Ah! aku sungguh tidak bisa hidup begini dengan segala ketakutanku. Apabila aku terus begini dan membatasi setiap langkahku, maka bayangan wanita independen yang merantau akan sia-sia belaka.

Kini saatnya aku meng-upgrade kualitas diriku. Aku mengevaluasi segala kekurangan-kekuranganku termasuk sifat cuek ketika bertemu orang di jalan. Aku juga banyak menambah wawasanku dengan membaca artikel tentang tips dan serba-serbi yang harus diketahui wanita di situs favoritku, Vemale.com.



Setelah kejadian itu, aku mencoba beramah tamah kepada orang yang kutemui. Setiap aku bertemu orang atau gerombolan orang, aku akan menyapanya dengan ramah dan sopan. Saat kucoba cara itu melintasi gang tempatku membeli makanan saat malam, ternyata voila! Aku takjub bahwa mereka kemudian hanya diam dan mungkin mengurungkan niatnya untuk menggodaku, karena aku beramah tamah padanya. Mungkin mereka kebingungan dan merasa tidak pantas menggoda wanita yang beramah tamah kepadanya, seakan mengenal mereka. Banyak juga tips yang kemudian kupraktikkan agar semakin menjadi wanita yang berkualitas dan independen.

Aku adalah penjaga bagi diriku sendiri, aku adalah wanita tangguh yang siap sedia selama 24 jam untuk menanggung keselamatanku. Memang kejadian sexual harrasment tadi bagaimanapun bukanlah kesalahanku karena di sini aku adalah korban. Tetapi, kita tidak bisa mengendalikan orang lain, maka baiknya kita mengatasinya, kan? Sayangi diri kalian. Pesanku untuk kalian, jadilah pribadi yang senantiasa belajar dari pengalaman dan tidak henti-hentinya berusaha meningkatkan kualitas diri. Semangat dan semoga sukses, salam bagi wanita tangguh seluruh Indonesia!

(vem/nda)