Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Aku dididik dan dibesarkan dari keluarga sederhana. Keluarga perantau. Kehidupan sebagai perantau tak selalu manis, terutama saat kondisi ekonomi ikut mengusik kekhusyukan keluarga kami. Saat itu aku masih balita. Hanya ada ayah, ibu, kakak, uda, dan aku. Kami masih bertiga beradik kakak.
“Antarkan kakaknya ke rumah pamannya, yang satu lagi dengan kita, si bungsu tinggal saja dengan kau,” begitu ujar kakekku memberi saran untuk ayah ibu saat kesulitan ekonomi saat itu.
“Jangan pisahkan mereka. Kalau dipisah, kelak mereka tidak mengenal siapa kakak adiknya,” nenek spontan menjawab.
Itulah penggalan kisah yang pernah ibu ceritakan pada kami jika kami sudah mulai beradu mulut kakak beradik.
Penggalan kisah yang membuatku sadar bahwa andilku saat #JagainKamu adik-adikku, adalah salah satu cara untuk menguatkan ikatan batin kita. Ketika aku masih di bangku sekolah dasar, kedua adikku lahir di tahun yang berbeda. Aku menjadi teman main kedua adikku itu. Aku masih kecil tak paham soal didik mendidik. Namun, rasa seorang kakak yang ingin melindungi adiknya tumbuh menjadi sayang. Aku yakin rasa tulus itulah yang menguatkan rasa bersaudara kami.
Pada kesempatan lainnya, abangku mengambil pendidikan di luar kota dari tempat tinggal kami. Ia harus menetap di sana. Aku bahkan hanya bertemu sekali atau dua kali saja saat lebaran setiap tahun. Hambar rasanya. Sekadar untuk tertawa pun aku ragu. Padahal ia udaku.
Aku pun tidak menyalahkan pilihan udaku bersekolah di sana. Itulah takdir yang harus ia jalani. Begitupun aku yang harus terpisah keluarga selama lima tahun untuk menempuh pendidikan strata satu. Dan benar saja, saat-saat itu benar membuatku merasa jauh dari keluarga karena minimnya waktu berinteraksi langsung. Situasi itu membuatku tak mengerti masalah apa yang membuat ibu murung. Kalaupun aku paham, aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Tapi kecanggungan yang sempat aku rasakan itu kini sudah sirna. Semenjak kami sudah berkumpul kembali di rumah. Ayah, ibu, kakak, uda , aku, adik laki-lakiku, dan adik perempuanku. Saat aku harus pulang larut karena ada keperluan, kakak atau udaku langsung bersedia untuk menjemputku. Memastikan aku aman dan selamat sampai di rumah. Saat ada hal yang membuatku berisik, mengoceh banyak hal karena beban masalah yang aku pikul, mereka adalah orang pertama yang bersedia mendengarkannya. Dan begitulah interaksi itu menumbuhkan rasaku dengan keluarga ini. Interaksi itu menguatkan instingku dengan mereka.
Kisah #JagainKamu ini telah dirantai dari nenek kakekku. Mereka yang ingin menjaga keutuhan keluarga kecil kami lantas melontarkan nasehat itu. Kakak pertamaku yang mengasuh aku dan uda membuatku memahami makna sayang. Saat tiba masaku menjaga adik-adikku aku semakin paham bagaimana menyambung rasa itu. Meskipun tahun-tahun yang kami habiskan ribuan kilometer dari rumah, tak menghapus rasa yang dipupuk sejak saat kecil itu.
- Cela Saja Kekurangan Fisikku, Tapi Nanti Aku Akan Lebih Sukses dari Kalian
- Jangan Bela Pacarmu Bila Ujungnya Kamu Malah Mengecewakan Orangtuamu
- Curahan Hati Penyanyi Berhijab Bertubuh Gemuk: Bangun dari Mimpi Buruk
- Pria Posesif yang Sudah Melanggar Privasi Itu Membuatku Jadi Wanita Bodoh
- Menjadi Bahan Olokan di Kantor karena Gagal Menikah, Aku Kudu Kuat