Menjaga Suami Diopname, Tahun Lalu Kami Hampir Berlebaran di Rumah Sakit

Fimela diperbarui 14 Jun 2018, 18:45 WIB

Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.

***

Saya seorang ibu dari dua orang anak yang sudah mulai menginjak hampir remaja, sekaligus saya bekerja sebagai seorang karyawan swasta yang bergerak di bidang subcontractor architectural oil & gas. Meski begitu  kodrat saya sebagai istri tidak boleh diabaikan. Harus tetap mengurus suami dan anak-anak serta menjaga mereka.

Ramadan tahun lalu momen yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tepatnya seminggu sebelum Idulfitri, suami saya sakit dan harus opname, diagnosa dokter sementara karena  DBD.

Saya berusaha tenang waktu dokter bilang suami harus dirawat inap dan harus dilakukan beberapa pengecekan laboratorium dan rontgen. Bagaimana tidak,  wajar rasanya jika saya ada sedikit panik. Saya tidak ada sanak saudara  karena saya dan suami ada di perantauan. Sementara saat itu bulan Ramadan saya harus menyiapkan menu buka dan sahur buat anak-anak, saya juga harus menjaga suami saya di rumah sakit. Tidak ada yang membantu saya. Dan selama ini saya yang mengerjakan semua baik mengurus anak-anak maupun mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa ada asisten rumah tangga.



Alhasil, saya harus melakukan semua itu sendiri. Dan saya percaya Allah SWT akan bersama saya dan akan membantu saya menjaga anak-anak.

Dan akhirnya hari-hari saya lalui dengan setiap jam 6 pagi  sudah harus berada di rumah sakit untuk menjaga suami, apalagi suami sehari 2x pagi dan sore harus cek darah dan cek dahak, dan saya yang harus  bawa ke laboratorium dan mengambil hasilnya keesokan harinya. Itu saya lakukan  setiap hari.

Belum lagi harus mengambil obat yang diresepkan oleh dokter ke apotek, di rumah sakit itupun jika obat tersebut tersedia. Jika tidak saya harus mencari dan membeli obatnya di apotek luar sesuai resep dokter.

Setiap menjelang pukul 5 sore saya akan  pulang ke rumah untuk menyiapkan buka puasa buat anak-anak. Untung saja anak-anak sudah mandiri bisa membuat minuman buat berbuka. Paling tidak sudah membantu tugas saya agar saya tidak kelabakan menyiapkan menu berbuka.  



Setelah semua tugas selesai  di rumah, pukul 7 malam saya akan kembali ke rumah sakit untuk menjaga suami. Saya di rumah sakit hingga pukul 11 malam atau sampai saya pastikan suami sudah rehat tidur, saya akan balik pulang dan rehat di rumah karena jam 3 pagi saya harus sudah bangun untuk masak  menyiapkan sahur buat anak-anak.

Dan sementara itu  selama suami sakit saya mengambil cuti  di perusahaan. Alhamdulilah saat itu pekerjaan kantor tidak ada yang urgent yang harus diselesaikan.

Memang cukup melelahkan dan perlu tenaga ekstra agar saya  bisa melalui ini semua. Anak-anak yang menjadi semangat saya agar saya bisa kuat dalam kondisi saat itu. Saya harus bisa mengurus anak-anak menjaga mereka dan menyiapkan berbuka puasa serta makan sahur mereka. Di sisi yang lain saya juga harus menjaga suami yang sakit di rumah sakit. Dan pastinya saya harus bisa jaga diri saya sendiri agar saya tidak kelelahan hingga jatuh sakit.

Memang sangat melelahkan kondisi saya saat itu. Harus hilir mudik rumah ke rumah sakit bolak balik beberapa kali dalam sehari. Belum lagi rehat yang kurang karena harus melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjaga suami. Tapi alhamdulilah saya coba imbangi dengan makan yang cukup saat berbuka dan sahur untuk mengembalikan tenaga saya serta minum air putih yang banyak dari berbuka hingga menjelang imsak agar cairan tubuh saya cukup setelah beraktivitas seharian. Dan alhamdulilah semua bisa saya atasi.



Akhirnya genap sudah seminggu suami saya opname di rumah sakit. Tepatnya malam takbiran oleh dokter jaga setelah berkonsultasi dengan dokter yang merawat suami dari hasil laboratorium yang terakhir dinyatakan boleh pulang meninggalkan rumah sakit. Syukur alhamdulilah kami tidak berlebaran di rumah sakit.

Alhamdulilah kami bisa berkumpul semua di hari yang Fitri, sempat ada kekhawatiran kalau masih belum boleh pulang mengingat dokter yang merawat suami sudah libur yang ada hanya dokter jaga.

Memang wanita itu kuat baik fisik maupun batin. Ibarat pepatah mengatakan jika suami/pria yang sakit maka istri/wanita yang repot. Jika anak yang sakit ibu yang repot dan jika istri atau wanita yang sakit, wanita/istri yang repot karena harus tetap mengurus suami dan anak-anaknya.





(vem/nda)
What's On Fimela