Judul: I AM SARAHZA
Penulis: Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra
Editor: Iqbal Santosa
Lay Out: Muhamad Ali Imron
Cover: Resoluzy
Cetakan I, April 2018
Republika Penerbit
Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di Lauhul Mahfudz, selama manusia memelihara harapan, maka aku akan selalu hidup.
Dari Alam Rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun memerolehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inseminasi dan gagal bayi tabung, bahkan sampai harus melalui badai depresi.
Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta Ilmu Segala Ilmu, kedua orangtuaku tak menyerah. Bahkan setelah ibu menjadi 'tak sempurna' karena upayanya. Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa Luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, akhirnya takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.
Inilah kisahku. I am Sarahza
***
Ada pasangan yang baru menikah langsung diberi momongan. Tapi ada juga yang harus menunggu lama untuk bisa mendapat buah hati. Bahkan ada yang harus mengalami berbagai kegagalan selama bertahun-tahun untuk bisa mendapatkan anak yang diinginkan. Seperti kisah dan pengalaman pribadi yang ditulis Hanum Salsabiela Rais bersama suaminya Rangga Almahendra dalam novel I AM SARAHZA.
Cerita dalam novel ini dituturkan oleh tiga tokoh berbeda, yaitu Hanum, Rangga, dan Sarahza. Dari tiga sudut pandang berbeda, kita akan mendapat keutuhan cerita yang begitu inspiratif tapi juga sangat mengharukan. Dari sisi Hanum, kita akan ikut merasakan betapa besar keinginannya untuk bisa segera hamil, kesedihannya, keterpurukannya, hingga kekuatannya yang luar biasa untuk terus mencoba dan mengikuti prosedur program kehamilan berkali-kali. Dari sisi Rangga, kita merasa ikut terharu dengan perjuangannya untuk terus menguatkan sang istri, melakukan yang terbaik untuk istri tercinta, hingga usaha yang tak putus-putus untuk bisa segera dapat momongan. Sementara itu dari sisi Sahraza, kita seperti akan diajak untuk mendengar isi hatinya dalam penantiannya di Lauhul Mahfuzh.
Namun sekali lagi, keberanian itu seperti iman kadarnya. Sering naik-turun. Apalagi jika aku dihadapkan kenyataan: kegagalan selalu memiliki peluang menjegal keberanian yang telah terbentuk.
(hlm. 143)
Sempat ada keraguan dan kegalauan yang dirasakan Hanum untuk memutuskan ikut suaminya ke Wina. Kariernya yang dibangun di sebuah stasiun TV swasta merupakan impiannya. Tapi pada akhirnya ia meninggalkannya demi bisa berbakti pada suami dan bisa segera mewujudkan impian bersama untuk bisa mendapatkan buah hati.
Demi bisa mendapatkan buah hati, Hanum ikut program inseminasi dari dokter yang sudah sangat ahli dan terkenal di bidangnya. Harapan sempat berpendar sebelum akhirnya meredup dengan kegagalan demi kegagalan yang dialaminya. Disebutkan ada faktor X yang membuat Hanum tak kunjung hamil.
Di tengah perjuangan yang tidak mudah tersebut, Hanum kemudian mencurahkan energinya untuk menulis buku. Lahirlah buku fenomenal yang jadi best seller sampai akhirnya difilmkan. Meski ada bahagia dan syukur, tetap saja masih ada kesedihan mendalam karena tak kunjung dikaruniai momongan.
"Nah kan mulai. Istighfar Say. Mencoba program kehamilan dengan hasil yang tidak pasti ini juga investasi akhirat Say. Nominalnya tak tercatat, tapi ikhtiar dalam menerima dan menjalani ujian Allah pasti juga akan dibukukan dalam tabungan akhirat kita."
(hlm. 229)
Kembali ke Indonesia, Hanum kembali mencoba program kehamilan. Bayi tabung kali ini dipilihnya. Dengan didampingi suami tercinta dan dukungan orangtua, Hanum mengumpulkan keberaniannya untuk kembali mencoba. Meskipun hasilnya lagi-lagi tak sesuai harapan.
Ada operasi yang begitu menyakitkan yang kemudian harus Hanum jalani. Operasi yang membuatnya "kehilangan sebelah sayapnya". Tertekan dan depresi pun menghantui hari-harinya. Benar-benar hilang harapan. Bahkan hiburan dan kata-kata yang menenangkan dari orang-orang terdekatnya sempat tak dihiraukannya. Berada di titik terendah, hidup seperti tak lagi bercahaya.
Kesabaran tak melulu kemampuan menunggu, namun kemampuan mengisinya dengan keberkahan.
(hlm. 317)
11 tahun jelas bukan waktu yang sebentar untuk berjuang mendapatkan momongan. "Enam kali bayi tabung, empat kali inseminasi, puluhan kali terapi, jutaan doa tak bertepi, berkalang badai depresi, hingga akhirnya satu Sahraza terjadi," tulis Hanum dalam salah satu halamannya. Membaca I AM SAHRAZA, kita akan ikut merasakan pengalaman yang sangat emosional yang dialami Hanum dan Rangga. Perjuangan, kesabaran, dan ketangguhan hati mereka bahkan membuat kita menitikkan air mata.
Dukungan dan peran orang terdekat pun menjadi hal yang sangat luar biasa. Nasihat-nasihat yang diberikan orangtua Hanum saat Hanum sedang terpuruk benar-benar sangat menyentuh hati. Terlebih saat Hanum sedang depresi, ada nasihat yang begitu menggetarkan hati yang kemudian membuatnya bisa kembali menemukan harapan. Perjuangan ayah dan ibu yang selalu sabar mendampingi putrinya untuk bisa mendapat momongan menjadi hal yang sangat mengharukan.
Ada banyak pesan dan inspirasi yang sangat menggugah di novel ini. Berbagai pesan kehidupan di novel ini membuat siapa saja yang membacanya akan tergugah, tentang keluarga, janji suci pernikahan, kesabaran dan perjuangan untuk kembali mencoba, dan tentang keajaiban yang terjadi dari jutaan doa dan usaha yang dilakukan. Juga ada banyak wawasan dan pengetahuan soal penciptaan manusia di muka bumi. Rasanya kita kembali diingatkan soal hakikat kehidupan kita sebagai manusia yang sebenarnya di dunia.
Bagi pasangan yang sedang berjuang untuk mendapatkan momongan, novel ini bisa memberikan harapan dan semangat baru. Selain itu, novel ini juga bisa dibaca oleh siapa saja yang mungkin sedang berada di titik terendah dalam hidup. Menemukan lagi harapan dan keajaiban bukanlah hal yang mustahil meski sebelumnya harus dihadapkan pada berbagai macam kegagalan. I AM SARAHZA sangat mengaduk perasaan tapi juga memiliki banyak muatan inspirasi kehidupan yang luar biasa.
- Review: Buku Why Men Want Sex and Women Need Love – Allan & Barbara Pease
- Review: Buku Beyond Mars and Venus Karya John Gray
- Review: Novel Rainbirds Karya Clarissa Goenawan
- Review: Buku Men are from Mars, Women are from Venus - John Gray, Ph. D.
- Review: Novel One of Us is Lying (Satu Pembohong) - Karen M. McManus
- Review Novel The Chemist – Stephenie Meyer (Penulis Terlaris Seri Twilight)