Kadang dalam hidup ini, perempuan punya peran istimewa sebagai seorang penjaga. Meski kadang ujian hidup begitu berat tapi seorang perempuan bisa begitu tangguh menjalaninya. Seperti kisah sahabat Vemale dalam Lomba Menulis #JagainKamu ini. Ada cerita yang begitu menyentuh hati di dalamnya. Lomba menulis kali ini dipersembahkan oleh Softex Daun Sirih, yang selalu #JagainKamu para perempuan Indonesia.
***
Hai, namaku Shyta. Sebelumnya aku adalah seorang karyawan swasta yang bekerja di salah satu start up baru di Jakarta. Bergabung di sebuah start up adalah salah satu targetku dalam hal pekerjaan, setelah bosan bekerja di dunia perbankan.
Aku sudah menikah selama 7 tahun, tapi keluarga kecilku belum diberi malaikat lucu penambah suka cita dalam rumah kami. Sampai pada awal Desember 2016, tanteku memberi informasi ada seorang anak yang butuh untuk diadopsi karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Awalnya aku ragu, tapi keluarga dan suami meyakinkan untuk mengadopsi anak tersebut.
Sebelum berangkat menjemput anak itu, aku belajar bagaimana tata cara untuk mengadopsi anak, berkas apa saja yang dibutuhkan untuk kelengkapan mengadopsi, agar kelak ke depan tidak ada kesalahpahaman dengan pihak manapun. Usianya baru empat hari saat aku membawanya pulang, aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat itu. Bahagia dan sedih bercampur jadi satu, karena sekarang aku sudah jadi seorang ibu.
Saat itu aku masih bekerja, empat bulan setelah anakku hadir, aku merasa selalu saja kurang waktuku untuk bersama dengan dia. Akhirnya aku memutuskan untuk resign dari pekerjaan, padahal saat itu aku baru saja naik jabatan dan sebentar lagi disusul dengan kenaikan gaji yang cukup lumayan tinggi. Tapi pikiranku tidak lagi soal materi. Naluriku sebagai ibu sudah muncul, aku harus bisa jadi penjaga untuk anakku, menjadi guru bagi dirinya dan sahabat yang baik dalam hidupnya.
Aku tidak bisa lagi mengikuti ego seperti dulu, memaksa tetap bekerja meski suamiku sudah menyuruh agar aku tetap di rumah saja. Aku tidak bisa hanya diam berkutat di rumah tidak melakukan apa-apa, aku ingin berkontribusi untuk keluargaku juga, membantu suami dan tidak menambah bebannya. Tapi rupanya aku memang ditugaskan untuk jadi penjaga orang-orang yang aku sayang, suami dan anakku di rumah. Tugasku selain membuat suasana rumah yang nyaman, menyediakan makanan yang enak dan sehat, tapi juga harus bisa menjadi istri dan ibu yang baik.
Sebagai perempuan, kadang kita memiliki banyak mimpi dan cita-cita. Tapi aku sadar, apa yang selama ini aku ingin dan mimpikan selalu naik levelnya ketika aku sudah memperoleh apa yang aku inginkan sebelumnya, naik lagi dan lagi. Dan sampai di titik akhirnya aku merasa, semua yang aku kejar akan terus lari jika kita mengejarnya. Termasuk mimpi dan cita-cita pun tak ada habisnya.
Pada pulang dan rumah, aku memilih menjadi penjaga dan pelindung untuk orang-orang yang aku sayangi. Sebuah perasaan bahagia menjadi pelepas dahaga dari ego dan ketidakpuasan diri, terima kasih sudah hadir di tengah-tengah kami, Nak. Semoga apa yang sudah titipkan kepadaku bisa aku jaga sebaik dan semampuku. Karena kalian adalah cita-cita nyata yang tak pernah pergi dan lari.
- Dari sebuah kamar, 06 Juni 2018
- Suami Ketahuan Selingkuh Saat Aku Tengah Mengandung
- Bila Masalahmu Terasa Berat, Ada Tuhan yang Kapan Saja Bisa Diajak Curhat
- Salat Jadi Penolong Pertamaku untuk Sembuh dari Fobia Menakutkan Ini
- Aku Selingkuh karena Sakit Hati pada Suami Tapi Malah Berujung Penyesalan
- Bila Niat Hijrah Cuma untuk Menarik Perhatian Pria, Hati Akan Sakit Sendiri