Ironis, Manfaatkan Gengsi Demi Raup Untung di Balik Bisnis Kosmetik Illegal

Fimela diperbarui 05 Jun 2018, 11:18 WIB

Sore itu saya sedang menunggu antrian di sebuah poliklinik saat dua orang perempuan di samping saya datang duduk tak jauh dari tempat saya. Mereka sedang sama-sama mengantri seperti saya. Kebetulan suasana poliklinik tidak begitu ramai dan dokter-dokter pun masih belum banyak yang datang.

Tampak kedua perempuan ini sedang asyik dengan handphonenya. Dari sudut mata, saya melihat mereka sedang asyik scrolling around di Instagram.

“Sekarang gaya make up gini semua ya, lipstiknya juga warnanya beti-beti sih.” (re: “beti” = beda tipis)

“Iya, ala-ala Kylie Jenner gitu.”

“Eh, pengen deh beli lipkitnya Kylie Jenner. Yang Candy K itu lho, hits banget kayaknya. Cakep warnanya.”

“Ahelaaah, boro-boro beli lipstik sampai lima ratus ribu. Bayar duit kos aja berat. Kita mah pantesnya pakai lipen yang tiga puluh ribuan atau beli KW ajalah. Buat gaya-gayaan doang mah.”

------

Sekitar dua hingga tiga tahun lalu, geliat industri kosmetik dunia memang sedang menggila. Tak terhitung berapa banyak brand maupun public figure yang mengeluarkan inovasi-inovasinya dalam dunia beauty. Mulai dari produk skincare hingga dekoratif, berbagai formulasi ditawarkan untuk menarik minat konsumtif masyarakat.

Dari semua lini produk yang membombardir penggila make up beberapa tahun belakangan ini, bisa dibilang produk lipstik dan eyeshadow adalah produk yang paling banyak diproduksi. Bahkan para public figure pun menjadikannya sebagai hit maker-nya dalam dunia bisnis kecantikan. Sebut saja Kylie Jenner dengan Kylie Lip Kit-nya yang menggemparkan di tahun 2016, Jeffree Star dengan koleksi Velour Liquid Lipsticknya dan Pat McGrath dengan koleksi lipsticknya yang sparkling, Pat McGrath Labs.

Meski ada public figure yang lebih mengunggulkan produk complexion seperti Rihanna dengan Fenty Beauty Pro Filt’r-nya yang berupa foundation dan Match Stix-nya berupa highlighter stick, tetapi produk lipstik dan eyeshadow pun turut menghiasi rangkaian koleksinya. 

Meraup untung dari nama besar

Tak bisa dipungkiri, faktor nama besar brand atau public figure adalah faktor pendorong pembelian. Para beauty junkies tak segan mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah demi mendapatkan produk kosmetik ternama yang diincarnya. Umumnya, kosmetik keluaran brand dan public figure ternama ini dibanderol dengan harga minimal $ 25 atau sekitar Rp350 ribu untuk sebuah lipstik koleksi Fenty Beauty. Sementara itu, untuk lipstik yang sempat menggemparkan dunia kecantikan, Kylie Lip Kit yang terdiri dari satu liquid lipstick dan satu lip liner, dibanderol dengan harga $ 29 atau sekitar Rp380 ribu.

Harga ini masih belum seberapa dibandingkan set lipstick Pat McGrath Labs LiquiLUST limited edition. Tiga buah liquid lipstik, sebuah clear vinyl gloss untuk mengubah tampilan menjadi glossy dan sebuah crystalline micro fine pigment sebagai pigmen untuk mengubah tampilan menjadi opalescent dibungkus dalam kemasan pouch berisi glitter hologram. Harga satu set lipstick kit ini $ 75 atau setara dengan Rp 1,1 juta dengan nilai total produk mencapai $ 150 atu sekitar Rp 2,1 juta. Sungguh harga yang fantastis bukan?

Tetapi harga mahal yang diterapkan oleh brand-brand tersebut bukanlah omong kosong semata. Yang mereka jual bukan sekedar nilai praktis dan ekonomis dari produk, melainkan juga personality brand dan ide diciptakannya produk tersebut. Seperti personality seorang Rihanna yang kita kenal selalu tampil seksi dan glamour. Dalam websitenya, Rihanna mengungkapkan, “Aku ingin menciptakan make up yang bisa dipakai oleh perempuan di mana saja.” Oleh karenanya, tone warna yang ditawarkan Fenty Beauty sangatlah luas. Ada 40 shade foundation, dari yang tergelap yaitu shade Cool hingga yang paling putih, Neutral.

Yes, the name and the ideas are expensive!

Meraup untung dari gengsi

Nama-nama besar di balik produk-produk kosmetik ini tentu menggetarkan hati siapa saja. Memiliki produk mereka digenggaman dan memamerkannya di social media atau pun rekan sebangku, tentu akan meningkatkan status sosial seseorang. Sayangnya, tak semua orang mampu dan merasa perlu membeli lipstik atau eyeshadow seharga jutaan rupiah. Akhirnya, barang replika, KW atau counterfeit menjadi pilihan agar tetap bisa memenuhi hasrat bermake up tersebut.

Di Indonesia, sangat mudah menemui make up-make up KW ini dijual secara terang-terangan. Sekali ketik keyword, enter … voila! Berderet-deret lipstik berbagai merk ternama bisa kita temukan di e-commerce atau pun online shop dengan berbagai penawaran harga Paling mudah dijumpai di mall. Saya pernah mengobrol dengan seorang penjaga counter make up di mall yang memajang lipstik Kylie Jenner. Dari segi tampilannya, sangat mirip dengan kemasan aslinya. Walau tetap secara kasat mata terlihat cetakan yang agak kasar dan tekstur lipstiknya yang sedikit menggumpal (saya tidak mencoba lipstik tersebut di bibir).

Lipstik ini dibanderol dengan harga Rp50 Ribu saja. Sangat jauh harganya dibandingkan dengan harga aslinya (Rp380 ribu dalam mata uang Indonesia, atau sekitar Rp500 ribu setelah kena pajak dan ongkos kirim ke Indonesia). Untuk membeli satu lusin lipstik KW ini, harganya tak sampai Rp200 ribu. Bayangkan, berapa banyak keuntungan yang didapatkan dari penjual kosmetik KW ini?

 

 

Beberapa menit saya berdiri di counter kosmetik itu, setidaknya ada 3 perempuan usia belasan hingga 25 tahunan yang mencoba-coba beberapa lipstik yang dijual. Termasuk lipstik-lipstik KW ini. “Ramai ya, Mbak jualannya?” tanya saya. “Alhamdulillah, Mbak, sehari pokoknya ada lah yang kejual. Biasanya yang banyak beli ya anak-anak SMA sama mahasiswa-mahasiswa gitu, Mbak,” jawab penjaga tersebut. “ ‘Kan kalau beli yang asli, mahal banget, Mbak. Nggak sanggup lah, hahahaha …” sambungnya sambil tertawa.

Bagi sebagian orang, membeli kosmetik KW adalah caranya untuk dapat diterima lingkungannya. Pun, tak semua orang memahami membeli kosmetik KW bukan hanya melanggar hukum tetapi juga mempertaruhkan risiko kesehatan. Kosmetik-kosmetik ini tak jelas kandungan bahan yang dipakai. Apa yang dicantumkan di kemasan, tak dapat dipertanggungjawabkan. Begitu pula siapa produsennya karena mereka bersembunyi di balik nama-nama besar brand yang mereka catut. 

Dr. Eyleny Meisyah Fitri, SpKK dalam talkshow bertajuk “Bahaya Kosmetik Ilegal” yang diadakan oleh Zap Clinic, menjelaskan bahayanya memakai kosmetik KW ilegal ini. “Contohnya, orang yang menghirup merkuri, walaupun tidak melakukan kontak langsung di kulit, bisa terpapar efek bahayanya. Pada penggunaan jangka panjang, kosmetik ilegal dapat menimbulkan penyakit di seluruh tubuh, organ-organ vital, bahkan dapat menyebabkan depresi.” (Baca Juga: Waspada! Dampak Penggunaan Kosmetik Illegal, Bahayanya Mengerikan)

So, Ladies, masih mau mempertaruhkan risiko kesehatan demi gengsi? Pilih kosmetik yang sudah jelas keaslian dan brandnya bisa dipertanggungjawabkan. Beli hanya di gerai-gerai yang terpercaya dan jangan malu meski saat ini kamu baru bisa membeli kosmetik murah asalkan asli dan aman.

(vem/wnd)